Selasa, 30 September 2025

Rifat Sungkar: Human Error Penyebab Kecelakaan Lalu lintas Jalan Tertinggi

Menurut Rifat Sungkar perilaku pengemudi yang berkeselamatan merupakan faktor keselamatan yang paling penting.

Editor: Content Writer
dok. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Duta Keselamatan Lalu Lintas Jalan Kementerian Perhubungan dan juga pereli nasional Rifat Sungkar. 

Menurutnya, hal ini bisa diminimalisir dengan melakukan perubahan mental bangsa dimulai dari generasi muda, karena di usia yang muda, biasanya memiliki mental state tidak mau kalah, cepat emosi, ingin menjadi yang terbaik diantara teman-temannya.

"Kadang anak muda ini salah persepsi, menjadi terbaik itu artinya apa, terbaik menang selamat sampai tujuan di jalan memang tidak mendapat piala, tetapi terbaik menjadi panutan dalam keselamatan berkendara, barulah itu benar-benar adalah juara dalah hal keselamatan berkendara," ungkapnya.

Dirinya juga prihatin dengan kondisi kurang sadarnya masyarakat akan resiko berkendara, sehingga banyak orangtua dengan mudahnya memberikan kendaraan roda dua untuk anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Ini dikarenakan orangtua tidak mau susah untuk mengantar anaknya ke sekolah, sehingga lebih memilih memberikan motor kepada anaknya.

Seharusnya, orangtua baru memberikan kendaraan bermotor kepada anaknya di usia 17 tahun berbarengan dengan pembuatan SIM (Surat Ijin Mengemudi).

“Kenapa SIM baru bisa didapatkan di usia 17 tahun? Hal ini bukan karena soal tinggi badan mereka, tetapi soal pola pikir mereka sudah menuju dewasa di umur segitu. Dewasa dalam arti bisa bersikap dan menentukan yang terbaik untuk apa yang akan mereka lakukan. Memberikan mereka kendaraan di usia muda, sama saja memberikan tools kepada mereka untuk bunuh diri, tolong orangtua ingat hal itu," ujarnya.

Rifat juga berbicara tentang fenomena 'balap liar' yang masih terjadi di beberapa tempat di ibukota.

Menurutnya, sebaiknya pemerintah pusat dan pemerintah daerah memberikan solusi dengan cara membangun fasilitas untuk anak muda yang mencintai dunia balap ini agar mereka memiliki tempat untuk menyalurkan minat mereka.

Bukan karena mereka bisa dilatih menjadi pembalap yang baik untuk mengharumkan nama daerahnya, tetapi mereka juga bisa jadi panutan bagi anak muda lainnya.

“Yang saya bicarakan di sini fasilitas balap bukan masalah moto GP bukan masalah track untuk balap  mobil F1 dan lain-lain, bukan itu. Fasilitas balap sekarang kita realistis aja, yang paling rame di jalan itu adalah drag bike, tarik tarikan di jalan. Untuk yang suka balap, kita juga hanya perlu satu buah sirkuit lebar 10 meter panjang 1,5 Km untuk bisa menyalurkan inspirasi mereka," terangnya.

Pria berumur 39 tahun ini mengapresiasi upaya Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat Pembinaan Keselamatan, Direktorat Perhubungan Darat yang menerapkan sanksi tegas untuk kendaraan angkutan barang yang melanggar ketentuan ODOL (Over Dimension and Over Loading).

Menurutnya, hal ini bisa meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas.

Sebagai seorang pembalap nasional, Rifat tahu benar betapa pentingnya keselamatan. Banyak orang yang berpikir bahwa menjadi pembalap itu pasti berbahaya dan penuh resiko.

Justru karena sudah menyadari resikonya, maka untuk antisipasi resiko itu, seorang pembalap akan menggunakan safety device yang mumpuni, seperti baju balap, sepatu balap, sarung tangan, helm, hand and neck support, dan lain-lain.

"Nah justru karena kita tahu kalau kita ini seorang pembalap, maka kita selalu prepare. Nah bila kita di jalan raya, resiko yang kita hadapi justru lebih besar dan kita tidak se prepare ketika membalap. Karena balapan, sekencang apapun, arahnya semuanya pasti sama. Sementara di jalan raya, arahnya kan beragam, jadi kita harus bisa antisipasi resiko ketika berada di jalan raya," pungkasnya. (*)

Penulis:  Viliny Lesmana Stratx KG  

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved