Jumat, 3 Oktober 2025

Secara Global, CDC dan WHO Peringatkan 40 Juta Anak Berisiko Terkena Campak Karena Vaksinasi Rendah

CDC Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada November lalu telah memperingatkan bahwa campak dapat menjadi 'ancaman

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
IMUNISASI ANAK SEKOLAH - Siswa SD Negeri Kaliasin V Surabaya mengikuti pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Kamis (15/10/2020). Pemerintah Kota Surabaya menggelar Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan program imunisasi Measles Rubella (MR) dan Human Papiloma Virus (HPV) untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dari penyakit campak dan penyakit rahim. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, OHIO - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada November lalu telah memperingatkan bahwa campak dapat menjadi 'ancaman yang akan segera terjadi di setiap wilayah di dunia'.

Hal itu karena adapuluhan juta anak yang belum divaksinasi untuk penyakit tersebut.

Laporan tersebut dibuat saat wabah campak di Ohio, AS terus berkembang.

Dikutip dari laman Healthline, Rabu (7/12/2022), setidaknya 44 anak di Columbus Ohio telah terinfeksi campak dan 17 diantaranya telah dirawat di rumah sakit.

Ini menurut pejabat kesehatan dari Kesehatan Masyarakat Columbus.

Wabah tersebut telah meluas ke 17 sekolah dan pusat penitipan anak di wilayah itu.

Wabah campak kali pertama dilaporkan pada 9 November lalu, saat empat kasus dikaitkan dengan fasilitas penitipan anak di Columbus.

"Semua anak yang terinfeksi wabah Ohio tidak divaksinasi," kata  Juru bicara Kesehatan Masyarakat Columbus mengkonfirmasi kepada Healthline.

Layanan Kesehatan Masyarakat Columbus telah meminta bantuan CDC dalam menyelidiki dan mengendalikan wabah tersebut.

"Secara keseluruhan, sangat disayangkan dan mengkhawatirkan saat kita melihat wabah campak pada 2022, karena campak sepenuhnya dapat dicegah," kata seorang Dokter Penyakit Menular di Nationwide Children’s Hospital di Columbus OH, Dr. Cristina Tomatis Souverbielle.

CDC dan WHO memperingatkan anak-anak yang berisiko terkena campak

Bulan ini CDC dan WHO mengeluarkan laporan bahwa 40 juta anak berisiko terkena campak secara global.

Baca juga: Resep Ramuan Alami untuk Mengobati Penyakit Cacar Air dan Campak

Mereka melaporkan bahwa pada tahun 2021, sekitar 25 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin campak dan hampir 15 juta anak lainnya melewatkan dosis kedua vaksin.

"Paradoks pandemi ini adalah bahwa sementara vaksin melawan virus corona (Covid-19) dikembangkan dalam waktu singkat dan digunakan dalam kampanye vaksinasi terbesar dalam sejarah, program imunisasi rutin sangat terganggu, dan jutaan anak melewatkan vaksinasi yang menyelamatkan jiwa dari penyakit mematikan seperti campak," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam sebuah pernyataan.

Menurutnya, mengembalikan program imunisasi ke jalurnya sangatlah penting.

"Di balik setiap statistik dalam laporan ini, ada seorang anak yang berisiko terkena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah," tegas Tedros.

Lalu apa yang memicu wabah Ohio?

Menurut seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins dan Ahli Penyakit Menular, Dr. Amesh Adalja mengatakan wabah campak dapat menyebar ketika orang yang tidak divaksinasi terinfeksi virus campak.

Meskipun campak telah diberantas di Amerika Serikat, namun penyakit ini terus beredar di banyak negara lainnya dan wabah di AS menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir.

Wabah Campak di negara itu dapat terjadi ketika seorang pelancong yang tidak divaksinasi tertular infeksi di luar negeri dan membawanya kembali ke AS.

"Infeksi tunggal kemudian dapat memicu rantai infeksi domestik di antara orang yang tidak divaksinasi. Virus akan menyebar setiap kali ada kesempatan untuk menginfeksi individu yang tidak divaksinasi," kata Dr. Adalja.

Ia menduga wabah akan terbatas di Ohio, terutama jika tingkat vaksinasi cukup tinggi untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

"Wabah ini akan berhenti ketika virus menabrak dinding individu yang divaksinasi, ditambah dengan isolasi kasus dan pelacakan kontak (tracing),” kata Dr. Adalja.

Di sisi lain, Spesialis Penyakit Menular anak di UH Rainbow Babies and Children’s Hospital di Cleveland, Ohio, Dr Claudia Hoyen mengaku prihatin dengan waktu munculnya wabah tersebut.

Baca juga: Denmark: Penularan Omicron Mungkin Akan Seperti Campak

"Ini menakutkan bagi saya, sejujurnya, bahwa ini terjadi pada momen Thanksgiving. karena sekali lagi kita tahu bahwa ini adalah waktu ketika orang akan bepergian, dan mereka akan berada dalam jarak dekat dengan orang lain," tegas Dr Hoyen.

Potensi wabah ini menyebar ke luar Ohio, kata dia, sangat mengkhawatirkan.

Cara pencegahan dan pengendalian penyakit campak

Campak dapat dicegah dengan menerima vaksinasi campak, gondok, dan rubella (MMR).

Anak-anak disarankan untuk mendapatkan dua dosis, yang pertama antara usia 12 hingga 15 bulan dan dosis kedua antara usia empat hingga enam tahun.

Dewasa yang tidak memiliki kekebalan juga disarankan untuk mendapatkan satu dosis vaksin MMR.

"Ini sangat penting bagi orang yang tinggal di dekat atau bepergian di sekitar wabah, jelas Dr Hoyen.

Selain mendapatkan vaksinasi, tracing dan karantina adalah cara terbaik untuk menghentikan penyebaran campak.

"Campak bisa dicegah dengan vaksinasi. Selain itu, diagnosis dini dan isolasi sangat membantu, sedangkan vaksin untuk semua orang yang memenuhi syarat adalah yang paling penting," kata Souverbielle.

Penurunan tingkat vaksinasi menyebabkan wabah

Bukti menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi harus di atas 95 persen untuk mencegah terjadinya wabah, namun tingkat vaksinasi campak telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Cegah KLB Campak hingga Diare, Kemenkes Ingatkan Pemda Kejar Target Imunisasi Dasar pada Anak-anak

Menurut Sumber Tepercaya CDC, 90,8% anak di bawah usia dua tahun dan 91,9% anak berusia 13 hingga 17 tahun telah menerima vaksin MMR.

Hoyen menduga bahwa tingkat vaksinasi MMR bahkan lebih rendah lagi di wilayah Ohio tempat penyebaran campak.

"Campak adalah virus paling menular yang diketahui dan akan dapat menyebar jika tingkat vaksinasi turun meski dalam jumlah kecil," tutur Dr. Adalja.

Pandemi Covid-19 mempercepat penurunan dalam vaksinasi rutin anak-anak di AS, menciptakan peluang penyebaran penyakit yang dapat dicegah seperti campak.

"Tingkat vaksinasi sayangnya lebih rendah saat ini, sebagian karena efek pandemi Covid-19, yang memungkinkan campak untuk bersirkulasi ulang," jelas Souverbielle.

Begini cara penularan campak

Campak adalah virus yang sangat menular yang ditularkan melalui tetesan cairan pernafasan yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara dan bernafas.

Faktanya itu sangat menular, bahkan 9 dari 10 orang tanpa kekebalan (immunocompromised) akan mengembangkan penyakit jika mereka terpapar virus.

Biasanya dibutuhkan antara 8 hingga 12 hari setelah paparan bagi orang yang terinfeksi, untuk mengembangkan gejala.

Menurut Souverbielle, virus dapat ditularkan selama periode 8 hari, dengan rincian 4 hari sebelum gejala muncul dan4  hari setelah timbulnya gejala.

Betapa berbahayanya penyakit campak

Gejala awal penyakit ini berupa demam tinggi, batuk, pilek dan mata berair diikuti dengan ruam.

Kira-kira 1 dari 5 orang yang terkena campak akan dirawat di rumah sakit.

Sementara sekitar 1 dari 1.000 akan mengalami infeksi otak parah yang disebut ensefalitis dan 1 hingga 3 dari setiap 1.000 yang terinfeksi campak berisiko mengalami kematian.

"Anak-anak kecil sangat rentan terhadap komplikasi campak, karena sistem kekebalan mereka yang kurang berkembang," tegas Souverbielle.

Menurut Dr. Hoyen, sekitar 20 persen anak kecil yang terinfeksi campak akan dirawat di rumah sakit.

Baca juga: 80 Persen Balita Berisiko Terkena Campak dan Rubella, Segera Bawa ke Dokter Jika Temui Gejala Ini

Beberapa anak akan mengalami masalah makan atau tetap terhidrasi, beberapa akan mengalami pneumonia, dan sebagian kecil akan mengalami ensefalitis akut.

"Ketika orang berpikir tentang campak, mereka berpikir, 'Oh, itu hanya ruam'. Namun untuk sebagian besar anak-anak, itu jauh lebih dari sekadar ruam dan benar-benar dapat menyebabkan mereka harus menjalani rawat inap, unit perawatan intensif (ICU), dan kerusakan saraf," jelas Dr. Hoyen.

Sumber

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved