Jumat, 3 Oktober 2025

Diabetes Perlu Dikendalikan, Bisa Sebabkan Komplikasi pada Jantung Hingga Otak

Penelitian tim penanggulangan Covid-19 di Indonesia, angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi COVID-19 meningkat 8,3 kali lipat

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
capture zoom meeting
Webinar Daewoong Media Day bertajuk 'Pengobatan dan Pengendalian Diabetes yang Semakin Meningkat Pesat Di Era New Normal', Selasa (6/4/2021). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di masa pandemi virus corona (Covid-19), angka prevalensi penderita penyakit diabetes mencapai 6,2 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data dari International Diabetes Federation pada 2020, jumlah penderita diabetes tipe 2 terus mengalami peningkatan di berbagai negara.

Sedangkan Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi.

Persentase serangan diabetes pun mencapai angka 18 juta pada tahun 2020.

Angka ini mengalami peningkatan sebesar 6,2 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim penanggulangan Covid-19 di Indonesia, angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi COVID-19 meningkat 8,3 kali lipat dibandingkan dengan masyarakat yang tidak menderita diabetes.

Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok Prof Dr Mardi Santoso mengatakan penyakit ini sangat berbahaya karena bisa memicu terjadinya komplikasi jika tidak dikendalikan melalui ubah gaya hidup.

Baca juga: Ini 5 Tips Berpuasa Lancar untuk Diabetesi

"Diabetes perlu dikendalikan dan diperhatikan secara rutin karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti komplikasi di organ penting tubuh, seperti mata, jantung, ginjal dan otak," ujar Prof Mardi, dalam webinar Daewoong Media Day bertajuk 'Pengobatan dan Pengendalian Diabetes yang Semakin Meningkat Pesat Di Era New Normal', Selasa (6/4/2021).

Ia kemudian menyebutkan risiko lainnya yang dapat ditimbulkan penyakit diabetes yang berpotensi membuat penderita harus kehilangan kakinya.

"Diabetes dapat mengakibatkan kronik diabetik perifer neuropati (DPN) atau kerusakan syaraf tepi yang dapat terjadi akibat gangguan sirkulasi darah dan penurunan fungsi pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko amputasi pada penderita ulkus kaki," kata Prof Mardi.

Oleh karena itu, diperlukan pengobatan bagi pasien diabetes tipe-2 ini.

Antidiabetics Product Manager Daewoong Pharmaceutical Korea, Jung Hye Min mengatakan pihaknya telah mengembangkan pengobatan antidiabetik SGLT 2 yang disebut Enavogliflozin.

Baca juga: DeBio Dinilai Dapat Mencegah Penyalahgunaan Data Genetik

Dalam uji klinis fase II yang dilakukan terhadap pasien diabetes tipe-2, Enavogliflozin diklaim mampu menurunkan kadar gula darah lebih baik jika dibandingkan dengan inhibitor SGLT-2 lainnya yang ada di pasaran.

"Kami berharap Enavogliflozin dapat membantu pasien diabetes, karena telah terbukti keamanannya dengan kemungkinan efek samping yang lebih rendah," kata Hye Min.

CEO Daewoong Pharmaceutical Korea, Sengho Jeon menegaskan bahwa perusahaannya tengah melakukan pengembangan terhadap pengobatan antidiabetik SGLT 2 yang rencananya akan diluncurkan 2 tahun mendatang.

"Kami sedang mengembangkan Enavogliflozin sebagai pengobatan baru dan terbaik dalam kategori SGLT-2 untuk menangani diabetes, Enavogliflozin akan diluncurkan di Korea pada tahun 2023," kata Jeon.

Ia menegaskan bahwa pihaknya akan berkomitmen terhadap pengembangan obat ini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, khususnya penderita diabetes.

"Kami akan melakukan upaya yang konsisten untuk mengembangkan obat pertama dan terbaik di kelasnya untuk meningkatkan kenyamanan tenaga kesehatan dan pasien, serta meningkatkan kualitas hidup umat manusia," tegas Jeon.

Perlu diketahui, terkait pengobatan terhadap penderita diabetes ini, Daewoong Pharmaceutical melalui PT Daewoong Infion telah merilis pengobatan ulkus kaki diabetik di Indonesia yang diberi nama Epidermal Growth Factor (EGF).

EGF merupakan zat yang memiliki struktur dan aktivitas yang identik dengan EGF dalam tubuh manusia.

Teknologi yang dikembangkan perusahaan ini memungkinkan produksi massal EGF dan memperkenalkan EGF rekombinan genetik pertama di dunia pada 2001 lalu.

Obat EGF ini digunakan melalui cara semprot dan dapat digunakan tanpa bersentuhan langsung dengan luka serta efektif dalam mengobati ulkus kaki diabetik yang cenderung sulit disembuhkan.

EGF ini pun telah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Mei 2020.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved