Selasa, 30 September 2025

Virus Corona

KIsah Dea yang Kehilangan Orang Tua, Kakak dan Keponakan karena Ganasnya Covid-19

Dea mengaku awalnya dia merupakan orang yang menyepelekan Covid-19. Awalnya ia menilai Covid-19 hanya penyakit flu biasa.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Choirul Arifin
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Ratusan pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II, Indrapura, Surabaya mengikuti upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia secara virtual, Senin (17/8/2020). Tujuan digelarnya upacara tersebut selain untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pasien COVID-19, dan juga untuk menyampaikan apa yang telah dicapai RS Lapangan dalam hal penanggulangan COVID-19. RS Lapangan Indrapura yang berdiri sejak akhir Mei 2020 itu telah merawat sebanyak 1.555 pasien dimana 1.207 di antaranya dinyatakan sembuh. Sementara 139 pasien masih dirawat. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Kisah para penyintas Covid-19 menarik untuk diulas di tengah Pandemi yang tak kunjung berakhir. Seperti kisah Dea Winnie yang kehilangan keluarganya akibat Covid-19. 

Dalam wawancara yang diunggah akun youtube Sekretariat Presiden, Minggu, (30/8/2020), Dea menceritakan awal virus Corona atau SARS-CoV-2 menjangkit keluarganya. 

Menurut Dea, awalnya yang terjangkit adalah kakaknya yang sedang hamil delapan bulan. Sejak dirawat 19 Mei 2020, kondisinya semakin hari semakin parah.

"Aku inget banget, kakak ku  itu chat aku, dia di rumah sakit, dan bilang badannya panas, sempet di rapid hasilnya non reaktif,  semakin hari semakin batuknya parah banget dan sesak nafas banget."

"Pada lebaran ke dua, sudah benar benar tidak bisa nafas, sempet dilarikan ke IGD,"kata dia dalam wawancara dengan dokter Reisa Broto Asmoro.  

Baca: 3 Hari Berturut-turut, Pasien Covid-19 Tembus 800 Orang, Ini Penjelasan Dinkes DKI Jakarta

Pada tanggal 29 Mei, sang ayah menyusul dilarikan ke rumah sakit dan divonis terinfeksi Covid-19. Sehari kemudian sang ayah dinyatakan meninggal.

"Papah hanya satu malem di RS, jadi jarak dua jam, papahku dimakamkan jam 6 magrib, ponakanku jam 8 setengah 9 malem," katanya.

Baca: 90 Persen Pasien Covid-19 di RSUD Klungkung Bali Mengalami Indra Penciuman Menurun

Setelah ayah dan keponakan, menurut Dea, kakaknya yang kemudian meninggal. Menyusul kemudian ibunya,  Pada 2 Juni,  setelah mendapatkan perawatan intensif.

"Tanggal 2 Juni, jam 15,30 meninggal. Jam 1 dia telepon aku, bilang sudah engga kuat," katanya.

Dea mengaku awalnya dia merupakan orang yang menyepelekan Covid-19.  Awalnya ia menilai Covid-19 hanya penyakit flu biasa.

Namun setelah satu per satu keluarganya meninggal, ia sadar bahwa Covid-19 sangat berbahaya.

Dea sendiri tidak luput dari penularan virus tersebut. Ia dinyatakan positif Covid-19 setelah keluar hasil uji swab.

Pada awalnya ia merasa mudah lelah, jantung berdebar da kehilangan indra perasa. Karena masih trauma dengan rumah sakit, ia menjalani isolasi mandiri.

Dea berharap masyarakat untuk tidak menyepelekan Covid-19. Namun masyarakat juga tidak usah cemas saat dinyatakan positif Covid-19 karena akan menurunkan imunitas tubuh.

"Makanya kalau sekarang engga percaya Covid-19, meremehkan protokol kesehatan itu sedih aja, banyak anak anaka muda mikirnya aku masih muda kok, imunnya kuat, buktinya aku 28 tahun pun bisa kena," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved