Gejolak Rupiah
Biaya Program Bayi Tabung Tak Terpengaruh Penguatan Dolar AS
Ivan Riza Sini mengatakan, biaya program bayi tabung di Morula IVF hanya naik sekira 40 persen sejak 1998
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran soal tingginya biaya rumah sakit. Namun, pasutri yang tengah menjalani program bayi tabung nampaknya tak perlu khawatir.
Presiden klinik bayi tabung Morula IVF Indonesia, Ivan Riza Sini mengatakan, biaya program bayi tabung di Morula IVF hanya naik sekira 40 persen sejak 1998, dari Rp 50 juta menjadi Rp 70 juta.
"Banyak stigma bahwa program bayi tabung mahal. Nyatanya, sekalipun kurs dollar AS terus naik, biayanya justru kian terjangkau," kata Ivan saat menjadi pembicara di Fertility Science Week di Central Park, Jakarta Barat, Kamis (6/9/2018).
Ia menambahkan, kisaran biasa tersebut bahkan bisa lebih mudah bagi pasutri di usia muda, relatif di bawah 35 tahun.
"Range Rp 70 juta-Rp 80 juta itu yang membuat mahal adalah obat untuk merangsang hormon. Kalau pasangan lebih muda biasanya cost lebih sedikit," jelasnya.
Ivan menyayangkan, masih banyak masyarakat yang memilih layanan kesehatan di luar negeri.
Padahal, kualitas pelayanan dan teknologi yang digunakan di Indonesia sama saja dengan yang ada di negara lain, seperti Malaysia, Singapura dan Australia.
"Kami memiliki sertifikasi dari RTAC JAS-ANZ Australia dan teknologi terkini di Indonesia. Namun, masih banyak yang pergi keluar negeri, yang otomatis menambah biaya dan waktu," ucap Ivan.
Lebih dari 3.000 bayi tabung telah lahir melalui proses inseminasi dan bayi tabung di Morula IVF Indonesia. Angka ini berkontribusi sebanyak 40 persen dari layanan program bayi tabung di seluruh Indonesia.
"Morula IVF Indonesia sangat senang karena bisa sharing 3.000 bayi tabung. Ini artinya, kami bisa memberikan pelayanan yang baik, tidak hanya di Indonesia tapi juga pasien dari luar negeri. Sekarang ini, 15 persen pasien kami berasal dari luar daerah juga dari luar negeri," pungkasnya.