Senin, 6 Oktober 2025

Sosok Pejuang-pejuang Wanita Indonesia yang Turun ke Medan Perang Melawan Penjajah

Konon armadanya memiliki 100 kapal perang dan tiap kapal diawaki oleh 400 hingga 500 janda.

net
Cut Nyak Dhien. 

TRIBUNNEWS.COM - Banyak orang yang hanya mengenal RA Kartini sebagai sosok pejuang wanita di Indonesia.

Padahal, negeri ini memiliki segudang wanita-wanita perkasa yang turun langsung di palagan atau medan perang melawan para penjajah.

Berikut deretan para wanita perkasa tersebut

1. Keumalahayati

Ia lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati, anak Laksamana Mahmud Syah.

Ia mengenyam pendidikan di pusat pendidikan militer Aceh Baital Makdis. Setelah suaminya gugur di medan perang, Malahayati mengumpulkan para janda korban perang dan membentuk sebuah armada perang bernama Inong Balee.

Konon armadanya memiliki 100 kapal perang dan tiap kapal diawaki oleh 400 hingga 500 janda.

Di tangannyalah terbunuh Cornelis de Houtman, pemimpin salah satu kapal dagang Belanda yang datang ke Aceh.

2. Ladrang Mangungkung


Matah Ati, sebuah sendratari yang menceritakan kegagahan prajurit wanita di Kraton Surakarta. Sumber gambar: National Geographic Indonesia

Di masa pemerintahan Mangkunegara I di Kraton Surakarta, sang sultan memiliki keprihatinan terhadap nasib kaum wanita yang sangat dimarginalkan.

Salah satu cara untuk mengangkat derajat wanita ini, Mangkunegara I membuat sebuahh korps militer wanita yang diberi nama Ladrang Mangungkung.

Dalam buku Peter Carey yang berjudul Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855 disebutkan, korps yang disebut juga dengan Laskar Estri ini menjadi semacam pengawal sultan.

Dalam buku itu juga disebut bahwa prajurit wanita ini dibekali dengan sepucuk bedil. Mereka sangat terampil menembak sambil menunggang kuda.

3. Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi


Patung Nyi Ageng Serang di salah satu pertigaan di Kulonprogo, Yogyakarta. Sumber gambar: panduanwisata.id

Lahir di pinggiran kali Serang, Purwodadi sekitar tahun 1760-an. Ia lebih dikenal dengan nama Nyi Ageng Serang.

Ia disebut-sebut ikut berperang bersama putranya melawan belanda.

Menurut beberapa literatur, Nyi Ageng Serang menciptakan sebuah teknik kamuflase dengan daun lumbu dan daun keladi yang harus dibawa oleh seluruh pasukannya.

4. Cut Nyak Dhien


Cut Nyak Dhien saat dibuang di kawasan Jawa Barat. Sumber gambar: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen

Wanita yang umurnya tak beda jauh dengan RA Kartini ini selama enam tahun memimpin puluhan pasukan gerilya di kawasan Aceh setelah suaminya Teuku Umar ditembak mati Belanda.

Ia bersama suaminya menjalankan siasat yang agak unik, sebab mereka berpura-pura tunduk kepada Belanda dan menjalin relasi yang hangat untuk mengumpulkan senjata milik Belanda.

Setelah jumlah senjata dirasa cukup, pasukan Cut Nyak Dhien langsung mengadakan perlawanan secara bergerilya.

Penulis: Remigius Septian/Angkasa

Sumber: Angkasa
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved