Konflik Palestina Vs Israel
Trump dan Netanyahu Sepakat Soal Perdamaian di Gaza, Hamas: Kami Siap Gencatan Senjata
Pejabat senior Hamas, Taher al-Nounou mengatakan pihaknya sudah siap untuk gencatan senjata dan membebaskan para sandera Israel.
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat senior Hamas, Taher al-Nounou menyatakan pihaknya siap untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.
Bahkan, kata Taher al-Nounou, Hamas juga siap untuk membebaskan sisa sandera Israel yang masih tertahan di Gaza.
Pernyataan Taher al-Nounou ini selaras dengan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.
Donald Trump sebelumnya telah merilis proposal yang berisi 20 poin kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Proposal tersebut diungkap Donald Trump saat bertemu dengan para pemimpin negara Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Umum PBB minggu kemarin.
Dalam pernyataan persnya, al-Nounou mengatakan bahwa pembebasan tahanan Israel berkaitan dengan berakhirnya perang di gaza dan penarikan pendudukan Israel.
"Kami serius ingin membebaskan para tahanan sebagai bagian dari perjanjian yang mengakhiri perang di Gaza dan menjamin penarikan pendudukan," kata al-Nounou, Senin (29/9/2025), dikutip dari Middle East Monitor.
"Kami siap untuk gencatan senjata yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan kami menerima usulan Mesir untuk membentuk pemerintahan independen bagi Jalur Gaza," tambahnya.
Al-Nounou juga mengatakan bahwa “gerakan tersebut akan mempelajari rencana Amerika dengan cara yang melindungi hak dan kepentingan Palestina”.
Sebelumnya, Donald Trump mengumumkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya menyetujui proposal yang berisi 20 poin kesepakatan gencatan senjata.
Berbicara dalam konferensi pers setelah bertemu dengan Netanyahu, Senin (29/9/2025), Trump mengatakan mereka sudah sangat dekat dengan kesepakatan damai di Gaza.
Baca juga: Trump dan Netanyahu kepada Hamas: Terima 20 Poin Rencana Gaza, atau Hancur?
Namun, ia memperingatkan kelompok Islamis Hamas bahwa Israel akan mendapat dukungan penuh AS untuk mengambil tindakan apa pun yang dianggap perlu jika para militan menolak tawarannya.
Trump pun mengucapkan terima kasih kepada Netanyahu atas persetujuannya terhadap rencana tersebut.
"Atas kepercayaannya bahwa jika kita bekerja sama, kita dapat mengakhiri kematian dan kehancuran yang telah kita saksikan selama bertahun-tahun, puluhan tahun, bahkan berabad-abad," kata Trump, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Netanyahu mengatakan pihaknya mendukung penuh rencana Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.
Menurut Netanyahu, rencana Trump ini telah sesuai dengan tujuan perang Israel.
"Ini akan membawa kembali semua sandera kami ke Israel, membongkar kemampuan militer Hamas, mengakhiri kekuasaan politiknya, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel," ujarnya.
Dalam kunjungan keempat Netanyahu ke Gedung Putih sejak Trump kembali menjabat pada bulan Januari, pemimpin sayap kanan Israel itu ingin memperkuat hubungan paling penting negaranya setelah sejumlah pemimpin Barat secara resmi menerima negara Palestina di PBB minggu lalu yang menentang AS dan Israel.
Trump mengkritik tajam pengakuan kenegaraan sebagai hadiah bagi Hamas.
Pertemuan hari Senin menandai peningkatan upaya diplomatik dari Trump, yang berjanji selama kampanye untuk segera mengakhiri konflik dan sejak itu berulang kali mengklaim bahwa kesepakatan damai sudah dekat, tetapi gagal terwujud.
Washington menguraikan rencana perdamaiannya kepada negara-negara Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Umum PBB minggu lalu.
Trump menyampaikan serangkaian usulannya dengan penuh semangat pada hari Senin tetapi mengakhiri apa yang disebut sebagai konferensi pers tanpa menjawab pertanyaan.
Netanyahu, sambil memuji Trump sebagai sahabat Israel, menempatkan jarak antara dirinya dan beberapa item dalam rencana Trump, termasuk reformasi yang dituntut dari Otoritas Palestina yang diakui secara internasional dan prospek kenegaraan Palestina pada akhirnya.
Otoritas Palestina menyambut baik upaya Trump pada hari Senin dan menegaskan kembali komitmennya untuk bekerja sama dengan AS dan mitranya untuk mencapai kesepakatan komprehensif, kantor berita WAFA melaporkan.
Netanyahu berada di bawah tekanan yang semakin besar dari keluarga para sandera dan, menurut jajak pendapat publik, dari publik Israel yang lelah dengan perang.
Baca juga: Perdamaian di Gaza Sudah Dekat, Trump Berhasil Bujuk Netanyahu untuk Berdamai dengan Hamas
Namun, ia juga berisiko runtuhnya koalisi pemerintahannya jika para menteri sayap kanan meyakini ia telah memberikan terlalu banyak konsesi untuk mencapai kesepakatan damai.
Steven Cook, peneliti senior di lembaga riset Council on Foreign Relations, mengatakan akhir perang mungkin sudah semakin dekat, tetapi ia memperingatkan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan.
"Qatar sekarang harus menekan Hamas dan Netanyahu perlu meyakinkan kabinet keamanannya," ujarnya.
Para pejuang yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 66.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.