Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.311, Trump Tarik Ejekannya soal 'Macan Kertas'

Perang Rusia-Ukraina hari ke-1.311, Trump menarik ucapannya soal menyebut Rusia sebagai macan kertas dalam unggahan Truth Social sebelumnya.

Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti/Kremlin
PUTIN KE ALASKA - Foto diunduh dari website Kremlin, Sabtu (16/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) di Alaska pada Jumat, 15 Agustus 2025. Pada 25 September 2025, Trump menarik ucapannya setelah mengejek Rusia sebagai macan kertas. 

TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia dan Ukraina memasuki hari ke-1.311 pada Jumat (26/9/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Perang Rusia–Ukraina berakar dari ketegangan panjang sejak bubarnya Uni Soviet pada 1991.

Rusia mewarisi kekuatan utama Soviet, sementara Ukraina memilih berdiri sebagai negara merdeka.

Sejak itu, hubungan kedua negara kerap tegang, mulai dari persoalan perbatasan, pencarian identitas nasional, hingga perbedaan arah politik.

Situasi semakin memanas setelah Revolusi Maidan 2014 yang menggulingkan Presiden Ukraina pro-Moskow, Viktor Yanukovych. Pemerintahan baru Ukraina lebih condong ke Barat, langkah yang memicu kemarahan Rusia.

Sebagai respons, Moskow mencaplok Krimea dan mendukung kelompok separatis di Donetsk serta Luhansk. Konflik ini berkembang menjadi perang berkepanjangan di wilayah Donbas.

Ketegangan mencapai puncaknya pada Februari 2022, ketika Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.

Ia berdalih serangan dilakukan untuk melawan pengaruh “neo-Nazi” di Kyiv, melindungi warga keturunan Rusia di Donbas, sekaligus menolak rencana Ukraina bergabung dengan NATO yang dianggap mengancam keamanan Rusia.

Pada malam 25 September, Pasukan Sistem Tak Berawak menyerang tiga stasiun distribusi gas di wilayah Luhansk yang masih diduduki Rusia. Komandan pasukan, Robert Brody, mengumumkan serangan tersebut.

“Tangki bahan bakar hampir habis, air keran hampir tidak menetes, bahan bakar biru di kompor gas tidak begitu biru, dan di sana, tak lama kemudian, pedupaan akan berkedip... Jadi, begitulah adanya – kebahagiaan,” tulis Brody.

Menurutnya, target serangan mencakup stasiun distribusi gas Shchastya yang memasok TPP Luhansk, stasiun Severodonetsk yang penting bagi industri kimia termasuk pabrik Azot, serta stasiun Novopskov.

Baca juga: Pesawat Menteri Pertahanan NATO Kena Serangan Pengacau GPS di Kaliningrad Rusia

Akibat serangan ini, TPP Luhansk terpaksa beralih menggunakan batubara, sementara perusahaan kimia di Severodonetsk kehilangan pasokan gas yang stabil.

Trump Tarik Ucapannya soal 'Rusia, Si Macan Kertas'

Presiden AS Donald Trump menegaskan ia tidak akan lagi menyebut Rusia sebagai "macan kertas", setelah sebelumnya menggunakan istilah itu dalam unggahan di Truth Social. 

Dalam unggahan Selasa lalu, Trump menyebut Rusia gagal mengalahkan Ukraina setelah tiga setengah tahun perang dan dalam kesulitan ekonomi yang besar, bahkan menilai Kiev berpeluang merebut kembali seluruh Ukraina.

Namun, saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Gedung Putih pada Kamis, Trump berkata, "Saya tidak akan pernah menyebut siapa pun macan kertas."

Sebelumnya, Trump menyebut Rusia 'macan kertas' untuk menggambarkan kekuatan Rusia yang terlihat menakutkan dari luar, tetapi sebenarnya rapuh dan tidak sekuat yang dibayangkan.

Meski melunak, ia tetap menilai militer Rusia "hampir tidak memperoleh wilayah" meskipun telah menghabiskan banyak sumber daya.

Kementerian Pertahanan Rusia membantah, menyebut pasukan mereka merebut 4.700 km persegi dan 205 permukiman di Donetsk tahun ini. 

Menanggapi Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyindir, "Rusia bukanlah harimau. Rusia lebih sering dikaitkan dengan beruang. Tidak ada yang namanya 'beruang kertas', dan Rusia adalah beruang sungguhan."

Ia juga menegaskan ekonomi Rusia mampu beradaptasi meski ada sanksi, walau pertumbuhan diperkirakan turun menjadi 2,5 persen tahun ini.

New York Post melaporkan, pernyataan keras Trump disebut sebagai langkah strategis untuk mendorong Rusia ke meja perundingan. 

Sejak menjabat Januari lalu, Trump aktif berdiplomasi dengan Moskow, termasuk pertemuan puncak dengan Vladimir Putin di Alaska pada Agustus, seperti diberitakan Russia Today.

Trump Kecewa dengan Putin

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyatakan kekecewaannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Gedung Putih pada 25 September, Trump menegaskan bahwa perang Rusia–Ukraina seharusnya bisa cepat diakhiri.

“Saya pikir perang ini akan menjadi salah satu yang paling mudah diselesaikan. Tapi saya sangat kecewa dengan Putin. Dia berjuang sangat keras. Dia sudah berjuang lama. Dan mereka kehilangan jutaan. Mereka kehilangan sekitar satu juta tentara,” ujarnya.

Trump juga menyoroti bahwa meski Rusia melakukan pengeboman besar-besaran dalam dua minggu terakhir, hasilnya hampir tidak signifikan. 

“Coba pikirkan. Mereka hampir tidak merebut wilayah. Rusia telah menghabiskan jutaan dolar untuk bom, rudal, amunisi, dan nyawa, nyawa mereka. Dan mereka hampir tidak merebut wilayah. Saya pikir sudah waktunya untuk berhenti. Sungguh,” kata Trump, lapor Pravda.

Ibu Negara Ukraina Bertemu Istri Trump

Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska, bertemu dengan Ibu Negara AS, Melania Trump, pada Kamis, 25 September. 

Pertemuan itu ia umumkan melalui media sosial.

“Kami membahas nilai-nilai bersama, terutama perlindungan anak dan masa kanak-kanak mereka. Saya berterima kasih kepada Ibu Melania atas dukungannya untuk Ukraina. Terutama atas perhatiannya kepada anak-anak yang menjadi korban perang brutal Rusia melawan Ukraina. Khususnya, atas suratnya—seruan kepada Putin untuk perdamaian bagi anak-anak,” tulis Zelenska.

Ia menambahkan keyakinannya pada kekuatan soft power seperti kemanusiaan, empati, dan kemampuan mengubah realitas. 

“Saya sungguh berterima kasih kepada Melania Trump atas pertemuan hari ini dan menantikan kerja sama lebih lanjut untuk melindungi hal paling berharga di dunia – anak-anak kita. Lagipula, saat ini, perlindungan mereka bukan hanya tujuan bersama, tetapi tanggung jawab bersama untuk masa depan kita,” ujarnya.

Sebelumnya, pada Agustus lalu di Washington, Presiden Volodymyr Zelensky menyerahkan surat dari Zelenska kepada Melania Trump melalui Donald Trump, lapor Suspilne. 

Surat itu berisi ucapan terima kasih atas pesan Melania kepada Putin, yang berbunyi: “Tuan Putin, Anda sendirilah yang dapat memulihkan tawa merdu mereka. Dengan melindungi kepolosan anak-anak ini, Anda akan melakukan lebih dari sekadar melayani Rusia — Anda akan melayani kemanusiaan itu sendiri.”

NATO Terus Danai Ukraina dengan Beli Senjata AS

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menegaskan bahwa pasokan senjata Amerika ke Ukraina yang dibiayai oleh negara-negara sekutu akan terus berlanjut. 

Hal itu ia sampaikan di platform X setelah bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Rabu, 24 September.

"NATO terus mendukung Ukraina, termasuk dengan menyediakan senjata dan material penting Amerika yang didanai oleh negara-negara anggota NATO. Kami terus bekerja sama secara erat untuk memastikan Ukraina dapat mempertahankan diri sementara kami berupaya mengakhiri perang dan membangun perdamaian abadi," tegas Rutte.

Perjanjian “Daftar Persyaratan Prioritas Ukraina” (PURL), yang ditandatangani AS dan NATO pada 14 Juli, memungkinkan Kyiv menerima sistem pertahanan udara, rudal, dan amunisi dengan biaya dari negara-negara Eropa. 

Denmark telah menyumbang sekitar 580 juta kroner, Swedia 275 juta dolar, Norwegia 135 juta dolar, Belanda 500 juta euro, dan Jerman juga ikut berkontribusi.

NATO mengumumkan bahwa pasokan militer pertama dari program PURL telah tiba di Ukraina pada 18 September, dengan pengiriman tambahan segera menyusul. 

Zelensky menyebut, dua bulan sejak program ini berjalan, dukungan yang terkumpul sudah mencapai 2,1 miliar dolar. 

Rutte menekankan pentingnya memperluas jumlah kontribusi dan partisipasi negara dalam inisiatif tersebut.

Zelensky Siap Mundur Setelah Perang Berakhir

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky menyatakan siap mundur setelah perang dengan Rusia berakhir. 

Dalam wawancara dengan Axios pada Kamis, ia menegaskan, "Bukan tujuan saya – pemilu. Tujuan saya adalah mengakhiri perang." 

Zelensky juga mengatakan bersedia mengadakan pemilu jika ada gencatan senjata, dan mengisyaratkan tidak akan mencalonkan diri lagi.

Masa jabatan Zelensky sebenarnya berakhir pada Mei 2024, namun ia tetap berkuasa di bawah darurat militer. 

Rusia menilai hal ini membuatnya tak lagi memiliki mandat sah. 

Di dalam negeri, kritikus menuduhnya memperkuat kekuasaan, melemahkan parlemen, serta menyingkirkan lawan politik, termasuk mantan panglima militer Valery Zaluzhny yang kini menjabat duta besar di Inggris dan disebut-sebut siap menantangnya dalam pemilu mendatang.

Media internasional juga menyoroti isu ini, termasuk Financial Times yang menulis bahwa Zelensky menggunakan kekuasaan darurat untuk "menyingkirkan para kritikus, membungkam pemimpin masyarakat sipil, dan mengonsolidasikan kendali." 

Sementara itu, Kremlin menuding Ukraina makin otoriter.

Juru bicara Dmitry Peskov menilai Zelensky hanya bertahan lewat perpanjangan darurat militer dan pencegahan pemilu, sehingga kesepakatan damai di bawahnya bisa diperdebatkan.

Temui Trump, Zelensky Minta Senjata Ampuh untuk Seret Putin ke Perundingan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan dalam wawancara di Axios Show bahwa ia meminta Presiden AS Donald Trump sebuah sistem persenjataan – tanpa menyebutkan namanya – yang diyakininya bisa memaksa Presiden Rusia Vladimir Putin duduk di meja perundingan. 

Menurut Zelenskyy, Trump juga menekankan bahwa Ukraina harus bisa merespons serangan Rusia. 

"Jika mereka (Rusia) menyerang energi kami, Presiden Trump mendukung bahwa kami dapat menjawabnya terkait energi," ujarnya. 

Ia menambahkan, Trump bahkan menyinggung kemungkinan Ukraina menargetkan fasilitas drone atau situs rudal Rusia, meski keduanya sangat terlindungi. 

Zelenskyy kemudian memperingatkan bahwa pejabat Kremlin seharusnya sadar akan pentingnya tempat perlindungan bom. 

"Mereka harus tahu di mana tempat perlindungan bom itu berada. Mereka membutuhkannya. Jika mereka tidak menghentikan perang, mereka akan tetap membutuhkannya," katanya. 

Pernyataan ini muncul setelah Trump sebelumnya mengisyaratkan bahwa Ukraina bisa merebut kembali wilayah yang direbut Rusia, meski sebagian pejabat Uni Eropa meragukan klaim tersebut.

Zelensky Rayu Bisnis AS, Ingin Kembangkan Drone Bersama

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan rencana negaranya untuk meningkatkan ekspor drone dan memperluas kerja sama teknologi saat bertemu dengan pimpinan sejumlah perusahaan besar Amerika Serikat, menurut pernyataan kantornya pada Kamis. 

Sejak invasi Rusia pada Februari 2022, ekspor senjata Ukraina dihentikan karena seluruh produksi difokuskan pada pertahanan nasional. 

"Negara kita memiliki industri manufaktur drone yang kuat dan lebih dari 300 perusahaan teknologi. Saya pikir ini adalah arah baru bagi bisnis dan perekonomian kita di masa depan," kata Zelenskyy. 

Ia menambahkan, "Saya pikir tahun ini kami akan membuka ekspor teknologi baru kami hanya ke negara-negara yang dapat kami andalkan." 

Pertemuan itu dihadiri perwakilan perusahaan seperti Amazon, JPMorgan Chase, Bank of America, GE Vernova, hingga Westinghouse. 

Beberapa sudah berinvestasi di Ukraina, dan Zelenskyy menegaskan Kyiv siap membuka sektor baru untuk kemitraan.

Produksi drone Ukraina sendiri melonjak pesat sepanjang perang, dengan ratusan perusahaan memproduksi jutaan unit yang telah diuji di medan tempur. 

Zelenskyy menyebut Ukraina berencana mendirikan platform ekspor di AS, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. 

Untuk memperkuat ekonomi yang terpukul perang, Kyiv juga menggandeng bisnis Amerika melalui peluang investasi, termasuk dana bersama senilai 150 juta dolar yang diluncurkan awal bulan ini dengan US International Development Finance Corporation. 

Menurut pejabat Ukraina, Perdana Menteri Yulia Svyrydenko dijadwalkan berkunjung ke AS akhir bulan ini untuk membicarakan lebih lanjut peluang tersebut.

Ingin Cegat Drone Rusia, Rudal NATO Justru Hantam Rumah di Polandia

Sebuah rudal udara-ke-udara sepanjang tiga meter menghantam rumah di pedesaan Polandia saat jet NATO merespons dugaan serangan drone pada 9 September. 

Menurut laporan Onet, rudal itu ditembakkan dari jet tempur F-35 Belanda, bukan pesawat Polandia, dan gagal meledak setelah mendarat di dekat Provinsi Lublin.

Insiden ini berbeda dengan laporan surat kabar Polandia Rzeczpospolita yang menuding F-16 Polandia, serta klaim awal bahwa "drone Rusia" yang menyebabkan kerusakan. 

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky menegaskan bahwa satu-satunya kerusakan datang dari rudal yang ia sebut sebagai "Polandia."

Moskow membantah tuduhan dari Polandia dan Estonia soal pelanggaran wilayah udara, menyebutnya sebagai disinformasi untuk menggambarkan Rusia sebagai ancaman dan mendorong AS terus mendukung Kiev.

Sekjen NATO Mark Rutte memuji respons aliansi, namun menekankan keputusan seperti itu "selalu didasarkan pada intelijen yang tersedia."

Presiden AS Donald Trump menilai NATO harus siap menembak jatuh jet Rusia. Ia menyebut Rusia "macan kertas" dan menegaskan kekuatan sejati akan "dengan cepat mengalahkan Ukraina." 

Menurut New York Post, pernyataan Trump didasarkan pada "intelijen AS baru" tentang kelemahan ekonomi Rusia, dan dimaksudkan sebagai "langkah strategis" untuk menekan Moskow.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved