Selasa, 7 Oktober 2025

KTT SCO 2025: Tiongkok Pamer Kekuatan, Pimpin Aliansi Baru Melawan Hegemoni Barat

Xi Jinping memimpin parade militer besar di Beijing dengan menampilkan rudal hipersonik, drone bawah laut, hingga ribuan prajurit.

Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti
PUTIN BERTEMU XI - Foto diambil dari laman Kantor Presiden Rusia pada Senin (1/9/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping pada upacara penyambutan resmi pada 31 Agustus 2025. Pada Rabu (3/9/2025), Presiden Tiongkok Xi Jinping memimpin parade militer besar di Beijing. Acara ini digelar hanya sehari setelah Tiongkok menjadi tuan rumah KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). 

TRIBUNNEWS.COM - Pada Rabu (3/9/2025), Presiden Tiongkok Xi Jinping memimpin parade militer besar di Beijing.

Parade ini berlangsung di Jalan Perdamaian Abadi dan menampilkan beragam senjata modern, mulai dari rudal hipersonik hingga drone bawah laut terbaru.

Acara ini digelar hanya sehari setelah Tiongkok menjadi tuan rumah KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).

Pertemuan itu mempertemukan sejumlah negara seperti Rusia, Iran, India, dan negara Asia Tengah.

Bagi banyak pengamat Barat, rangkaian peristiwa ini menandai lahirnya apa yang mereka sebut sebagai "poros pergolakan" — sebuah aliansi baru yang dipandang siap menantang dominasi Amerika Serikat di kancah global.

KTT SCO Tianjin 2025 merupakan pertemuan ke-25 Dewan Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), yang berlangsung pada 31 Agustus hingga 1 September 2025 di Tianjin, Tiongkok.

Ini menjadi KTT terbesar dalam sejarah SCO dan kelima kalinya Tiongkok menjadi tuan rumah.

Simbolisme di Balik Pertemuan Para Pemimpin 

Lebih dari 20 pemimpin negara yang memiliki kedekatan strategis dengan Tiongkok hadir dalam acara ini.

Tokoh-tokoh penting seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian turut serta, menegaskan bobot politik pertemuan tersebut.

Dari Indonesia, Menteri Luar Negeri Sugiono hadir mewakili Presiden Prabowo Subianto, yang membatalkan kunjungannya di tengah gelombang protes domestik.

Kehadiran mereka bukan sekadar simbolis.

Negara-negara ini dipandang oleh Washington dan sekutunya sebagai penopang utama Rusia dalam perang di Ukraina—dari suplai senjata yang diberikan Iran dan Korea Utara hingga sokongan ekonomi yang krusial dari Tiongkok.

Baca juga: KTT SCO di China, Putin Panggil Modi dengan Sapaan Akrab ‘Dear Friend’

Pertemuan ini sekaligus memperlihatkan terbentuknya koalisi politik yang semakin solid, berlandaskan kepentingan bersama untuk menyeimbangkan, bahkan menantang, dominasi tatanan global yang selama ini dipimpin Amerika Serikat.

Kehadiran para pemimpin ini tidak lepas dari kontroversi.

Pemerintah Jepang secara aktif meminta negara-negara Asia dan Eropa untuk tidak menghadiri parade, menilai acara tersebut sarat dengan sentimen anti-Jepang.

Tiongkok menanggapi dengan protes diplomatik, menegaskan bahwa peringatan ini adalah bagian dari narasi sejarah nasional yang sah.

Menantang Narasi Barat dan Menawarkan Alternatif 

Dalam pidatonya di KTT SCO, Xi Jinping menolak tegas apa yang ia sebut sebagai "mentalitas Perang Dingin" dan praktik "intimidasi" oleh negara lain.

Sindiran ini jelas diarahkan kepada Amerika Serikat.

Xi menegaskan bahwa Tiongkok menawarkan "alternatif yang kredibel" bagi tatanan dunia yang ada.

Ia juga menjanjikan hibah jutaan dolar kepada negara-negara anggota SCO.

Dengan langkah itu, Xi memosisikan Tiongkok bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai penopang ekonomi yang kuat bagi sekutunya.

Parade Militer sebagai Pernyataan Politik

Para analis menilai parade militer ini bukan sekadar unjuk kekuatan.

Lebih dari itu, acara ini dianggap sebagai pernyataan politik yang jelas dan tegas.

Brian Hart dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) menekankan, inilah pertama kalinya para pemimpin Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Iran berkumpul di satu panggung yang sama.

Hal ini menunjukkan adanya koordinasi politik yang semakin erat di antara negara-negara tersebut.

Dengan mengaitkan parade ini pada peringatan 80 tahun penyerahan Jepang dalam Perang Dunia II, Xi Jinping ingin menampilkan Tiongkok dan Rusia sebagai penjaga tatanan dunia pascaperang.

Baca juga: KTT SCO di China, Putin Panggil Modi dengan Sapaan Akrab ‘Dear Friend’

Narasi ini secara langsung menantang kepemimpinan Amerika Serikat dalam urusan global.

Dengan demikian, Tiongkok tidak hanya menunjukkan diri sebagai tuan rumah diplomasi.

Lebih dari itu, Beijing menegaskan posisinya sebagai kekuatan global yang siap membentuk ulang tatanan dunia.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved