Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik India dan Pakistan

Gara-gara Air, Jenderal Pakistan Mengamuk, Ancam Rudal Bendungan India di Sungai Indus

Jenderal Pakistan menyatakan kalau langkah India menangguhkan Perjanjian Air Indus berpotensi menyebabkan kelaparan bagi 250 juta orang Pakistan. 

Tangkap Layar/HT
SETOP AIR - India mulai melakukan operasi penyedotan lumpur di bendungan Baglihar dan menurunkan pintu air, sehingga mengurangi aliran air ke hilir ke Pakistan hingga 90 persen. India tak mau negara tetangganya itu mendapat setetes pun air dari sungai tersebut sejak memutuskan menangguhkan perjanjian Indus. 

Gara-gara Air, Jenderal Pakistan Mengamuk, Ancam Hancurkan Bendungan India di Sungai Indus

TRIBUNNEWS.COM - Panglima Angkatan Darat Pakistan, Marsekal Lapangan Asim Munir, pada Minggu (10/8/2025) mengecam India atas keputusan New Delhi untuk menunda Perjanjian Air Indus.

Munir menyatakan kalau langkah New Delhi menangguhkan perjanjian tersebut berpotensi menyebabkan kelaparan bagi 250 juta orang. 

Baca juga: India Setop Aliran Air ke Pakistan dari Bendungan Baglihar: Tak Mau Tetangga Dapat Setetes Pun Air

Ia juga mengancam akan menyerang bendungan-bendungan India di masa mendatang di Sungai Indus.

Munir, yang sedang berkunjung ke Amerika Serikat (AS), juga memperingatkan kalau Pakistan tidak kekurangan rudal dan akan menghancurkan bendungan-bendungan apa pun yang diputuskan India untuk dibangun di sungai tersebut.

Ia bahkan melontarkan ancaman nuklir terhadap India dan dunia, dengan mengatakan, "Jika kami berpikir kami akan hancur, kami akan membawa separuh dunia bersama kami."

SETOP AIR - India mulai melakukan operasi penyedotan lumpur di bendungan Baglihar dan menurunkan pintu air, sehingga mengurangi aliran air ke hilir ke Pakistan hingga 90 persen. India tak mau negara tetangganya itu mendapat setetes pun air dari sungai tersebut sejak memutuskan menangguhkan perjanjian Indus.
SETOP AIR - India mulai melakukan operasi penyedotan lumpur di bendungan Baglihar dan menurunkan pintu air, sehingga mengurangi aliran air ke hilir ke Pakistan hingga 90 persen. India tak mau negara tetangganya itu mendapat setetes pun air dari sungai tersebut sejak memutuskan menangguhkan perjanjian Indus. (Tangkap Layar/HT)

Apa Itu Perjanjian Air Indus

Berbicara dalam jamuan makan malam privat berdasi hitam di Tampa yang diselenggarakan oleh pengusaha Adnan Asad, yang menjabat sebagai konsul kehormatan Pakistan di Tampa, Munir mengatakan Pakistan adalah negara berkekuatan nuklir dan akan menggunakan persenjataannya jika diperlukan.

Munir mengatakan penangguhan Perjanjian Perairan Indus oleh India dapat membahayakan ratusan juta orang yang kelaparan.

Perjanjian Air Indus adalah kesepakatan penting antara India dan Pakistan yang ditandatangani pada 19 September 1960, dengan mediasi dari Bank Dunia.

Tujuan utama perjanjian ini adalah untuk mengatur pembagian air dari sistem Sungai Indus yang mengalir melintasi kedua negara, guna mencegah konflik dan mendukung pembangunan ekonomi.

Sistem sungai ini sangat vital karena menopang kehidupan jutaan orang di wilayah yang bergantung pada pertanian dan pasokan air bersih.

Dalam perjanjian tersebut, enam sungai utama dibagi menjadi dua kelompok.

Tiga sungai timur—Beas, Ravi, dan Sutlej—dialokasikan sepenuhnya untuk India.

Sementara tiga sungai barat—Indus, Jhelum, dan Chenab—diberikan kepada Pakistan, dengan ketentuan bahwa India tetap dapat memanfaatkan airnya untuk keperluan non-konsumtif seperti pembangkit listrik tenaga air, navigasi, dan irigasi terbatas.

Perjanjian ini juga membentuk Komisi Tetap Indus, yang terdiri dari wakil dari kedua negara, untuk mengawasi pelaksanaan dan menyelesaikan perselisihan teknis.

Selama lebih dari enam dekade, perjanjian ini dianggap sebagai salah satu contoh keberhasilan diplomasi air internasional, bahkan di tengah ketegangan politik dan konflik bersenjata antara kedua negara.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perjanjian ini mulai goyah.

Pada April 2025, India secara sepihak menangguhkan implementasi perjanjian setelah serangan teroris di Pahalgam, yang dituduhkan berasal dari kelompok yang berbasis di Pakistan.

India juga mulai membangun proyek bendungan Sawalkote di Sungai Chenab, yang sebelumnya dibatasi oleh perjanjian, memicu ancaman dari Pakistan untuk menghancurkan proyek tersebut jika dianggap melanggar hak airnya.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa isu air kini menjadi bagian dari strategi geopolitik yang lebih luas antara India dan Pakistan. Ketegangan atas sumber daya air tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral, tetapi juga pada stabilitas regional dan kesejahteraan jutaan penduduk yang bergantung pada sistem Sungai Indus.

Jika perjanjian ini benar-benar runtuh, dunia bisa menyaksikan salah satu konflik air terbesar di era modern.

Pakistan Tak Kekurangan Rudal

Marsekal Asim Munir juga mengancam akan menargetkan bendungan-bendungan India di masa mendatang di Sungai Indus.

Ia mengumumkan kalau Pakistan "akan menunggu India membangun bendungan, dan ketika India membangunnya, 10 rudal se faarigh kar denge (kami akan menghancurkannya dengan 10 rudal)". 

Munir menegaskan bahwa Pakistan "tidak kekurangan rudal" dan akan menghancurkan bendungan-bendungan India jika dibangun.

"Sungai Indus bukanlah milik keluarga India. Humein missilon ki kami nahi hai, al-Hamdulillah (kami tidak kekurangan rudal, Alhamdulillah)," katanya.

Cercaan Munir Soal India

Menurut ThePrint, telepon dan alat perekam dilarang saat makan malam.

Mengutip pernyataan panglima militer Pakistan, para hadirin jamuan makan malam itu kemudian mengatakan kalau dia beberapa kali merujuk ke India dan ketegangan terkini antara New Delhi dan Islamabad. 

Munir menjabarkan rencana negaranya jika India benar-benar membangun bendungan yang akan menghalangi air sungai ke bagian Pakistan.

"Kita akan mulai dari India Timur, tempat mereka menemukan sumber daya mereka yang paling berharga, lalu bergerak ke barat," ujarnya.

Menggunakan analogi yang ia sebut kasar, Munir menambahkan, "India adalah Mercedes yang berkilauan di jalan raya seperti Ferrari, tetapi kita (Pakistan) adalah truk sampah yang penuh kerikil. Jika truk itu menabrak mobil, siapa yang akan rugi?" 

 

 

(oln/WN/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved