Konflik Palestina Vs Israel
Ada Apa dengan UEA? Israel Perintahkan Para Diplomat dan Keluarganya Segera Mengungsi
Kemlu Israel memerintahkan sebagian besar diplomat dan keluarga mereka untuk segera meninggalkan UEA,apam
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri Israel memerintahkan sebagian besar diplomat dan keluarga mereka untuk segera meninggalkan Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (31/7/2025) malam.
Israel beralasan, langkah tersebut sebagai aksi untuk menghindaripotensi ancaman keamanan, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Perintah evakuasi tersebut berlaku bagi staf di kedutaan besar Israel di Abu Dhabi dan konsulatnya di Dubai, kata harian Yedioth Ahronoth.
Perintah yang tidak biasa ini dikaitkan dengan kemungkinan ancaman yang kredibel.
Namun, Kemlu Israel menolak berkomentar mengenai laporan tersebut.
"Kami tidak mengomentari instruksi keamanan yang diberikan kepada karyawan kami."
Kabar itu menambahkan bahwa Dewan Keamanan Nasional juga mengeluarkan peringatan perjalanan bagi UEA atas situasi yang terjadi antara Iran, Hamas, dan Hizbullah di tengah konflik dengan Israel.
UEA Tuntut Israel
Sebelumnya dikabarkan ynet, para pejabat tinggi UEA mengatakan kepada Israel bahwa Duta Besar Yossi Shelley bertindak tidak pantas dan melanggar protokol bisnis.
Meskipun ada peringatan, PM Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk bertindak, dan Emirat sekarang mengesampingkan Shelley dari pertemuan resmi.
“Jika dia dari negara lain, dia tidak akan bertahan semenit pun—kami akan mengusirnya,” tulis pejabat senior Emirat dalam pesan tajam kepada Israel, yang mengekspresikan rasa frustrasi berulang kali terhadap perilaku Duta Besar Israel untuk Abu Dhabi, Yossi Shelley .
Baca juga: 24 Calon Dubes Masih Tunggu Lampu Hijau Negara Penempatan, Kemlu RI: Mereka Perlu Waktu
Pesan tersebut menuduhnya melakukan perilaku yang tidak pantas dan melanggar batasan pribadi dan bisnis.
Meskipun UEA dilaporkan mengisolasi Shelley dari pertemuan resmi, para pemimpin Israel sejauh ini mengabaikan tuntutan tersebut.
Kepulangannya ke Israel kini tampaknya sudah dekat.
Sekitar sebulan yang lalu, trio pejabat tertinggi UEA—Presiden Mohammed bin Zayed, Menteri Luar Negeri Abdullah bin Zayed, dan Menteri Urusan Strategis Tahnoun bin Zayed—mengirim pesan tegas kepada Yerusalem: Israel harus mengganti Shelley “karena alasan pribadi dan ekonomi.”
Ketika Israel tidak merespons, pesan serupa diteruskan kepada tiga pebisnis senior Israel dan seorang akademisi.
Kekhawatirannya: perilaku Shelley dapat segera membuatnya menjadi persona non grata dan bahkan menyebabkan pengusirannya dari Abu Dhabi.
Menurut laporan yang dikirim oleh tim keamanan lokal Shelley ke kantor keluarga kerajaan, duta besar tersebut "bertindak dengan cara yang tidak sesuai dengan adat istiadat setempat" di tempat umum—sebuah restoran di Abu Dhabi.
Pimpinan UEA juga menuduhnya melanggar kode etik bisnis dan komersial, menekankan bahwa sebagai duta besar, ia tidak boleh terlibat dalam urusan bisnis apa pun.
Ketika Yerusalem tidak merespons, rincian keluhan terhadap Shelley dikirimkan melalui perantara.
Para pejabat senior Emirat mendorong para pengusaha Israel untuk menyampaikan pesan tersebut langsung kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Gideon Sa'ar.
"Jika duta besar lain tertangkap melanggar batasan pribadi dan keuangan, mereka tidak akan bertahan semenit pun—kami akan segera mencopotnya," tegas pihak Emirat. Mereka mencatat bahwa Shelley diketahui "sangat dekat dengan Perdana Menteri Netanyahu dan istrinya, Sara."
Meskipun demikian, Netanyahu bersikeras mempertahankan Shelley di jabatannya.
Sa'ar menolak berkomentar, kabarnya karena Shelley bukan anggota resmi korps diplomatik Kementerian Luar Negeri.
Menanggapi hal ini, para pejabat senior Emirat yang memantau laporan media Israel mulai secara aktif mengecualikan Shelley dari pertemuan dengan pejabat tinggi.
Ia kini dilarang memasuki kementerian pemerintah, karena Emirat yang dipimpin Abu Dhabi, termasuk Dubai, dilaporkan mengamati adanya "ketidaksepakatan yang jelas dengan Israel".
Di tengah meningkatnya ketegangan antara Yerusalem dan Abu Dhabi, Netanyahu belum diundang untuk kunjungan resmi ke UEA.
Sebaliknya, pemimpin oposisi Yair Lapid dan mantan Perdana Menteri Naftali Bennett telah mengunjungi dan mengadakan pertemuan dengan Presiden Sheikh Mohammed dan Menteri Luar Negeri Sheikh Abdullah.
Menurut laporan radio Kan Bet Israel, salah satu insiden yang memicu kemarahan Emirat adalah ketika Shelley memaki petugas keamanan setempat yang memintanya membatasi pergerakannya di malam hari, dilaporkan berteriak: "Apa ini, penjara?"
Dalam insiden lain, Shelley diduga membiarkan penumpang tak dikenal memasuki kendaraan diplomatiknya tanpa izin terlebih dahulu.
Ia juga memperkenalkan diri sebagai duta besar Israel dalam konteks yang tidak perlu, mengabaikan sensitivitas keamanan dan risiko ancaman teror.
Kementerian Luar Negeri Israel berkomentar: “Pemanggilan duta besar belum dibahas dan tidak ada dalam agenda.”
(Tribunnews.com/ Chrysnha)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.