Konflik Palestina Vs Israel
Menteri Israel Bezalel Smotrich Desak Netanyahu, Minta Israel Duduki Gaza
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mendesak Perdana Menteri Israel Netanyahu agar Israel menduduki Jalur Gaza dan memindahkan penduduknya.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Keuangan Israel dan anggota Kabinet Keamanan, Bezalel Smotrich, mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memerintahkan tentara Israel untuk menyerang dan menduduki Jalur Gaza.
Ia menyalahkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang ia sebut semakin menolak kesepakatan parsial apa pun mengenai perjanjian gencatan senjata.
Bezelel Smotrich juga meminta Netanyahu untuk menutup pintu negosiasi dengan Hamas.
"Bapak Perdana Menteri, mengingat penolakan yang diperkirakan akan dilakukan oleh Hamas, saatnya telah tiba untuk menutup pintu bagi kesepakatan parsial untuk selamanya," kata Bezalel Smotrich melalui platform X, Rabu (23/7/2025).
"Saya minta Anda menginstruksikan tentara Israel untuk menginvasi dan menduduki Gaza, serta melaksanakan rencana pemisahan kemanusiaan," lanjutnya.
Rencana pemisahan kemanusiaan adalah rencana yang diusulkan oleh Menteri Pertahanan Israel Katz, yang mencakup pemindahan sekitar 600.000 warga Palestina ke "kota kemanusiaan" di Rafah, Jalur Gaza selatan.
"Rencana pemisahan kemanusiaan harus dilaksanakan hingga Hamas ditundukkan dan semua tahanannya dibebaskan tanpa syarat atau dihancurkan sepenuhnya. Waktunya untuk kemenangan telah tiba!" ujarnya, dikutip dari Al Arabiya.
Pada hari Selasa, Bezalel Smotrich menuntut Netanyahu untuk memberi Hamas waktu 24 jam untuk menyetujui gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.
Ia juga menyerukan aneksasi Jalur Gaza utara ke Israel.
Bezalel Smotrich berulang kali menyerukan agar Israel menduduki Jalur Gaza, termasuk seruannya pada November tahun lalu yang menyerukan penggusuran separuh penduduk Gaza dalam waktu dua tahun.
Pada 19 Mei 2025, senada dengan Smotrich, Netanyahu mengatakan Israel akan mengambil alih kendali seluruh Jalur Gaza dan mencegah Hamas kembali berkuasa di sana.
Baca juga: Netanyahu kepada Smotrich: Kami akan Melanjutkan Perang Gaza setelah Gencatan Senjata 60 Hari
Kota Kemanusiaan di Rafah
Pada 13 Juli 2025, pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana untuk mendirikan "kota kemanusiaan" di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Rencana tersebut yaitu memindahkan 600.000 warga Palestina ke sana dan akan diawasi secara ketat oleh militer Israel.
Militer Israel juga akan melakukan pemeriksaan ketat terhadap warga Palestina yang keluar dan masuk kota tersebut, yang dianggapnya sebagai upaya pemisahan warga sipil dengan anggota kelompok perlawanan.
Rencana tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk mantan perdana menteri Israel Yair Lapid yang menjabat pada tahun 2022 dan Ehud Olmert yang menjabat pada 2006-2009.
“Itu ide yang buruk dari setiap perspektif – keamanan, politik, ekonomi, logistik,” kata Yair Lapid pada 13 Juli.
“Saya tidak suka menggambarkan kota kemanusiaan sebagai kamp konsentrasi, tetapi jika keluar darinya dilarang, maka itu adalah kamp konsentrasi,” tambahnya.
Rencana tersebut juga dikritik oleh militer Israel karena dianggap bertentangan dengan tujuan perang di Jalur Gaza.
Menurut laporan Al-Jazeera, citra satelit menunjukkan pasukan Israel telah meningkatkan operasi pembongkaran di Rafah dalam beberapa bulan terakhir.
Pada 4 April, jumlah bangunan yang hancur mencapai sekitar 15.800 dan Pada 4 Juli, jumlahnya meningkat menjadi 28.600.
Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, menewaskan setidaknya 59.219 warga Palestina dalam perang genosida Israel sejak Oktober 2023, menurut data Kementerian Kesehatan pada hari Rabu.
Selain itu, 113 jenazah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir dan 534 orang terluka, sehingga jumlah korban luka menjadi 143.045 dalam serangan Israel.
Bezalel Smotrich
Bezalel Smotrich lahir pada 27 Februari 1980 di Haspin, sebuah pemukiman religius di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.
Nama belakangnya berasal dari kota Smotrych di Ukraina, tempat ia mengaku sebagai tempat tinggal leluhurnya.
Ia dibesarkan di pemukiman Beit El di Tepi Barat, dalam keluarga rabinik nasional-religius.
Ayahnya, Rabbi Haim Yerucham Smotrich, adalah tokoh Tekumah dan National Union.
Ia menempuh pendidikan di berbagai yeshiva ternama seperti Mercaz HaRav Kook dan melanjutkan studi hukum di Ono Academic College serta program master di Universitas Ibrani Yerusalem, meskipun tidak selesai.
Bezalel Smotrich juga menjalani dinas militer di Angkatan Pertahanan Israel (IDF) sebagai staf Divisi Operasi Umum.
Sebelum terjun ke politik, Bezalel Smotrich dikenal aktif dalam gerakan pro-pemukim dan pendiri organisasi Regavim yang menentang pembangunan ilegal oleh warga Palestina.
Ia terlibat dalam protes penolakan evakuasi pemukiman Gaza tahun 2005, dikutip dari Al Jazeera.
Karier politik formalnya dimulai ketika ia bergabung dengan partai Tkuma (Religious Zionist Party) dan berhasil masuk Knesset pada tahun 2015, menjadikannya salah satu tokoh utama dalam kubu kanan religius Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.