Konflik Rusia Vs Ukraina
Selama 1 Jam Telepon dengan Trump, Putin Tetap Tolak Hentikan Perang Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon selama satu jam dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (3/7/2025).
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon selama satu jam dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (3/7/2025).
Dalam percakapan tersebut, Putin menegaskan bahwa Rusia tidak akan menghentikan perang di Ukraina.
"Rusia akan terus mengejar tujuannya dalam perang melawan Ukraina," kata ajudan Kremlin, Yury Ushakov, mengutip pernyataan Putin.
Percakapan yang berlangsung sekitar satu jam ini difokuskan pada situasi perang Rusia di Ukraina dan kondisi di Timur Tengah.
Menurut Ushakov, Trump kembali menekankan pentingnya mengakhiri permusuhan militer sesegera mungkin.
Namun, Putin menegaskan bahwa Rusia masih berupaya mencari solusi politik yang dinegosiasikan, tetapi tidak akan mundur dari tujuan yang telah ditetapkan.
"Presiden kami mengatakan bahwa Rusia akan mengejar tujuannya, khususnya mengatasi akar penyebab yang menyebabkan situasi saat ini, dan tidak akan mundur dari tujuan tersebut," kata Ushakov, dikutip dari Kyiv Independent.
Istilah “akar penyebab” merujuk pada argumen Kremlin bahwa invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022 dilancarkan untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan digunakan sebagai basis untuk menyerang Rusia, dikutip dari Al Jazeera.
Klaim ini ditolak oleh Kyiv dan sekutunya, meski didukung sebagian oleh Trump.
Setelah panggilan, Trump menuatakan bahwa ia belum mencapai 'kemajuan' dalam upaya mencapai gencatan senjata dan mengaku 'tidak senang' dengan berlanjutnya perang di Ukraina.
Panggilan telepon ini merupakan yang keenam sejak Trump memulai masa jabatan keduanya pada Januari lalu.
Baca juga: Donald Trump Akui Tak Capai Kemajuan dengan Putin untuk Akhiri Perang Ukraina
Percakapan ini terjadi sehari setelah Pentagon mengonfirmasi penghentian beberapa pengiriman senjata ke Kyiv.
Termasuk rudal pertahanan udara dan artileri berpemandu presisi, yang sebelumnya dijanjikan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Keputusan ini diambil saat Rusia mengintensifkan serangan ke Ukraina.
Menurut Ushakov, Trump dan Putin tidak membahas secara langsung penghentian pengiriman senjata, namun presiden AS tetap mengangkat perlunya mengakhiri perang sesegera mungkin.
Meskipun prospek pertemuan tatap muka tidak dibahas, keduanya sepakat untuk terus berkomunikasi.
Meski Trump berupaya menjadi penengah dalam konflik Ukraina, hingga kini belum ada kemajuan signifikan.
Putin menolak usulan gencatan senjata tanpa syarat yang diajukan Washington, sedangkan Ukraina mendukung penuh usulan tersebut.
Uskaov menambhakna, meskipun Rusia terbuka untuk berbicara dengan AS, setiap negosiasi perdamaian harus terjadi langsung antara Moskow dan Kyiv.
Ia juga menyinggung indikasi bahwa Moskow menghindari format trilateral dalam perundingan.
Dengan mengacu pada laporan bahwa negosiator Rusia meminta diplomat AS meninggalkan ruangan selama pembicaraan di Istanbul awal Juni lalu.
Terakhir kali Putin dan Trump berbicara adalah pertengahan Juni, saat Putin menawarkan diri sebagai penengah dalam perang Iran-Israel.
Namun Trump mengalihkan fokus kembali ke Ukraina dengan mengatakan membutuhkan bantuannya.
“Tidak, saya tidak butuh bantuan dengan Iran. Saya butuh bantuan dengan Anda," kata Trump.
Dalam panggilan terbaru, Putin juga menekankan pentingnya menyelesaikan perselisihan mengenai Iran melalui jalur diplomatik.
Trump dijadwalkan akan menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Jumat berikutnya.
Panggilan ini juga menyusul keputusan Trump untuk menghentikan sementara pengiriman peluru artileri dan pertahanan udara ke Ukraina, sebuah langkah yang mengejutkan Kyiv dan para sekutunya.
Sejauh ini, Moskow dan Kyiv telah menggelar dua putaran pembicaraan langsung di Istanbul tahun ini, pada 16 Mei dan 2 Juni, setelah lebih dari tiga tahun tanpa negosiasi tatap muka.
Pertemuan tersebut hanya menghasilkan beberapa pertukaran tahanan dan belum menghasilkan kemajuan menuju gencatan senjata.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Donald Trump, Vladimir Putin dan Konflik Rusia vs Ukraina
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.