Konflik Iran Vs Israel
Trump: Saya Dukung Gencatan Senjata Israel-Iran jika Situasi Memungkinkan, tapi Ini Sulit
Presiden AS Donald Trump mengatakan ia mungkin mendukung gencatan senjata Israel-Iran jika situasi memungkinkan, tapi masih sulit menghentikan Israel.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia mungkin akan mendukung gencatan senjata antara sekutunya, Israel, dan Iran jika situasi memungkinkan.
Ia sebelumnya mengatakan Iran mengusulkan untuk melakukan perundingan dengan AS mengenai program nuklir.
Pernyataan itu disusul kabar bahwa diplomat Iran melakukan pertemuan dengan pejabat Eropa di Jenewa, Swiss, pada hari Jumat (20/6/2025).
Menanggapi upaya Eropa untuk menangani Iran, Trump menegaskan Iran tidak ingin berunding dengan negara-negara Eropa, tetapi lebih memilih berbicara langsung dengan Amerika Serikat.
"Iran tidak ingin berbicara dengan Eropa, tetapi dengan kami," katanya kepada wartawan pada hari Jumat.
Ia mengatakan Iran sedang mengalami masa sulit dan saat ini ia tidak melihat cara yang jelas untuk menghentikan pertempuran antara Iran dan Israel.
Mengenai masa depan eskalasi militer, Trump berkata, "Saya mungkin mendukung gencatan senjata jika keadaan memungkinkan."
"Tapi akan sulit untuk meminta Israel menghentikan serangan udara di Iran," tambahnya.
Presiden AS tersebut mencatat bahwa Iran, menurut pengetahuannya, hanya tinggal beberapa minggu lagi untuk memiliki senjata nuklir.
Dalam pernyataannya, Trump menahan diri untuk tidak mengambil posisi yang tegas pada tahap ini terhadap Iran.
"Saya tidak dapat membuat keputusan tentang Iran sekarang," tegasnya, seperti diberitakan Reuters.
Baca juga: 2 Minggu Lagi, Trump Akan Buat Keputusan Apakah AS Ikut Perang Israel-Iran atau Negosiasi
Trump menekankan bahwa Amerika Serikat siap untuk berunding dengan Iran, seraya menambahkan, "Kami akan berunding dengan Iran dan melihat apa yang terjadi selanjutnya."
Ia memberi tenggat waktu setidaknya dua minggu bagi Iran untuk berbicara dengan AS mengenai perundingan nuklir, sebelum AS memutuskan tindakan selanjutnya.
"Saya memberi Iran masa tenggang waktu dua minggu, paling lama, untuk melihat apakah beberapa dari mereka sadar," katanya.
Menlu Iran Temui Pejabat Eropa
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi dan diplomat tinggi Eropa mengadakan pertemuan di Jenewa, Swiss pada hari Jumat.
Menteri luar negeri dari Inggris, Prancis, dan Jerman serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, muncul dari pembicaraan di sebuah hotel Jenewa hampir empat jam setelah Abbas Araghchi dari Iran tiba untuk pertemuan tersebut.
Dalam pernyataan tertulis bersama yang dikeluarkan setelah perundingan berakhir, ketiga negara Eropa dan Uni Eropa mengatakan mereka membahas jalan menuju solusi yang dinegosiasikan untuk program nuklir Iran.
Mereka juga menegaskan kekhawatiran mereka tentang perluasan program nuklir Iran.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot mengatakan kepada wartawan, operasi militer hanya dapat memperlambat program nuklir Iran dan tidak dapat menghilangkannya.
“Kita tahu betul—setelah melihat apa yang terjadi di Afghanistan, Irak, dan Libya—betapa ilusif dan berbahayanya keinginan untuk memaksakan perubahan rezim dari luar," katanya, seperti diberitakan Euro News.
Sementara itu, Abbas Araghchi menegaskan Iran siap mempertimbangkan opsi diplomasi jika agresi Israel terhadap Iran dihentikan.
Ia juga menegaskan bahwa kemampuan dan hak Iran untuk membela diri tidak dapat dinegosiasikan.
Sebelumnya, Israel memulai serangannya terhadap Iran dengan mengebom kota Teheran pada Jumat, 13 Juni 2025, dalam apa yang disebutnya sebagai "upaya membela diri" dari ancaman program nuklir Iran.
Kurang dari 24 jam, Iran menanggapi dengan meluncurkan ratusan pesawat tak berawak dan rudal balistik ke Israel.
Ketika situasi memanas, sekutu Israel, pemerintahan Presiden AS Donald Trump, bergegas mengonfirmasi bahwa AS tidak terlibat dalam serangan Israel terhadap Iran.
Aksi saling serang antara Israel dan Iran masih berlanjut, menambah korban jiwa di Iran menjadi lebih dari 639 dan melukai lebih dari 1.329 lainnya, menurut laporan Anadolu Agency pada 19 Juni 2025.
Sementara itu, Israel melaporkan 25 orang tewas dan lebih dari 800 orang terluka dalam serangan balasan Iran, data terakhir yang dipublikasikan otoritas Israel, menurut AFP.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.