Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Dideportasi Israel, Greta Thunberg Angkat Bicara: Kami Diculik Saat Berlayar ke Gaza

Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, mengecam keras tindakan Israel setelah dirinya dideportasi pada Selasa (10/6/2025).

Tangkapan Layar YouTube Sky News
GRETA THUNBERG - Tangkapan layar YouTube Sky News yang diambil pada Senin (11/6/2025) yang menampilkan Greta Thunberg tiba di Prancis setelah dideportasi Israel pada Senin (9/6/2025). Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, mengecam keras tindakan Israel setelah dirinya dideportasi pada Selasa (10/6/2025) usai berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui laut. 

TRIBUNNEWS.COM - Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, mengecam keras tindakan Israel setelah dirinya dideportasi pada Selasa (10/6/2025) usai berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui laut.

Setibanya di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Thunberg menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya telah "diculik di perairan internasional" oleh angkatan laut Israel.

Dalam pernyataannya, Thunberg menegaskan bahwa dirinya dan para aktivis lain tidak melakukan pelanggaran hukum. 

Ia menolak menandatangani dokumen yang menyatakan telah masuk Israel secara ilegal, dan mendesak agar para aktivis lain yang masih ditahan segera dibebaskan.

“Kami ditangkap saat berada di perairan internasional dan dibawa ke Israel tanpa seizin kami,” ujarnya, dikutip dari Anadolu Ajansi.

“Kami ditahan di dasar kapal, tidak diperbolehkan keluar. Itu tindakan ilegal," tambahnya.

Thunberg, yang berusia 22 tahun, berada di kapal Madleen, bagian dari misi kemanusiaan yang diselenggarakan Freedom Flotilla Coalition

Kapal tersebut membawa pasokan bantuan ke Gaza dan mencoba menembus blokade laut yang telah diberlakukan Israel selama bertahun-tahun.

Dikecam dan Dituduh Cari Sensasi

Israel mencegat kapal Madleen sekitar 200 kilometer dari pesisir Gaza pada Senin (9/6/2025) pagi. 

Sebanyak 12 awak dan penumpang kapal diamankan, termasuk Thunberg.

Baca juga: 8 Fakta Greta Thunberg Dideportasi, Israel Anggap Misi Kapal Madleen Hanya Gimik dan Cari Panggung

Dalam wawancara dengan media, ia menolak anggapan bahwa aksinya hanya sebagai “aksi panggung”.

“Ini bukan soal pencitraan. Kapal yang lebih besar sebelumnya bahkan dibom. Kami hanya ingin bantuan kemanusiaan bisa sampai,” katanya, dikutip dari Al-Arabiya.

Thunberg juga merespons kritik dari mantan Presiden AS Donald Trump yang menyebutnya sebagai “perempuan muda yang pemarah”.

Ia justru balik menegaskan bahwa dunia memang butuh lebih banyak perempuan muda yang marah terhadap ketidakadilan.

"Saya pikir dunia membutuhkan lebih banyak wanita muda yang pemarah, sejujurnya, terutama dengan semua yang terjadi saat ini," katanya.

Penahanan Aktivis dan Kecaman Internasional

Dari 12 orang yang ditangkap, hanya tiga, termasuk Thunberg dan seorang jurnalis—yang telah dideportasi ke Prancis. 

Delapan lainnya, termasuk anggota parlemen Prancis Rima Hassan, masih ditahan oleh otoritas Israel

Empat dari mereka dijadwalkan menjalani sidang dalam waktu dekat.

“Saya sangat khawatir dengan kondisi teman-teman saya. Mereka butuh akses ke pengacara, dan saya menyerukan pembebasan mereka segera,” kata Thunberg.

Koalisi Freedom Flotilla menyebut penahanan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional. 

Mereka mendesak Israel untuk membebaskan seluruh penumpang dan mengizinkan kapal melanjutkan misi kemanusiaannya.

Israel dan Blokade Gaza

Kementerian Luar Negeri Israel membenarkan deportasi Thunberg.

Foto dirinya saat berada di dalam pesawat menuju Prancis sempat dibagikan ke media, meskipun Thunberg selama ini dikenal menolak terbang demi alasan lingkungan.

Pihak Israel menegaskan bahwa blokade laut terhadap Gaza adalah sah secara hukum, dan menyebut kapal Madleen telah memasuki wilayah perairan mereka.

Namun, Thunberg dan pihak Freedom Flotilla bersikukuh bahwa mereka ditangkap di perairan internasional.

“Cerita sebenarnya adalah genosida yang sedang berlangsung di Gaza, kelaparan sistematis, dan kekurangan akses terhadap obat, air, serta bantuan medis,” tutur Thunberg.

Dalam penutup pernyataannya, Thunberg menyerukan gencatan senjata permanen dan diakhirinya blokade atas Gaza.

Ia juga meminta komunitas internasional untuk lebih tegas dalam menanggapi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Palestina.

“Sudah saatnya pendudukan dan kekerasan sistemik dihentikan. Rakyat Palestina berhak mendapatkan kehidupan yang bermartabat, katanya.

Hingga saat ini, otoritas Israel belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai nasib delapan aktivis yang masih ditahan.

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Greta Thunberg dan Kapal Madleen

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved