Konflik Palestina Vs Israel
Kapal Madleen Menuju Ashdod, 12 Aktivis termasuk Greta Thunberg akan Ditahan di Penjara Israel
Kapal Madleen tiba di pelabuhan Ashdod. Israel akan menyekap 12 aktivis dari kapal tersebut, termasuk Greta Thunberg, di sel penjara yang terpisah.
TRIBUNNEWS.COM - Kapal bantuan Madleen diperkirakan segera tiba di pelabuhan Ashdod di Israel tengah, membawa 12 aktivis yang ditangkap oleh pasukan Israel.
Israel melakukan pembajakan terhadap kapal tersebut untuk mencegah para aktivis membawa bantuan kemanusiaan ke pantai Gaza.
Media Ibrani, Israel Hayom, melaporkan Dinas Penjara Israel sedang bersiap untuk menahan para aktivis yang berada di kapal Madleen dan telah menyiapkan sel terpisah untuk mereka di Penjara Givon di Ramle.
Menteri Keamanan Nasional Israel dan ekstremis Zionis, Itamar Ben-Gvir, memerintahkan larangan masuknya perangkat komunikasi, radio, dan televisi, serta segala simbol Palestina ke dalam penjara.
Organisasi hak asasi manusia Israel, Adalah, meminta otoritas Israel untuk segera mengungkapkan keberadaan para aktivis yang berada di atas kapal Madleen dan ditahan secara paksa.
Sebelumnya, pada Senin (9/6/2025) dini hari, militer Israel menyita kapal bantuan dan menahan semua aktivis di dalamnya, menyusul ancaman pada hari Minggu (8/6/2025) untuk mencegah kapal tersebut mencapai Jalur Gaza dan meminta mereka pulang.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan semua penumpang di kapal tersebut selamat dan akan kembali ke negara masing-masing.
Tentara Israel juga menyiarkan rekaman momen ketika semua aktivis di atas kapal Madleen ditangkap.
Radio Angkatan Darat Israel mengatakan para aktivis di atas kapal akan diinterogasi di pangkalan militer di pelabuhan Ashdod, dan mereka akan diperlihatkan film tentang peristiwa 7 Oktober 2023.
Kecaman Internasional
Sumber Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan negaranya memanggil kuasa usaha Israel untuk memprotes insiden dengan kapal Madleen.
Baca juga: Israel Cegat Kapal Bantuan Madleen, Greta Thunberg dan Aktivis Internasional Ditahan
Sementara itu, Iran mengecam tindakan Israel yang mencegat kapal bantuan Madleen dan menyebutnya sebagai tindakan pembajakan.
"Serangan terhadap kapal ini merupakan bentuk pembajakan berdasarkan hukum internasional karena terjadi di perairan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, pada konferensi pers di Teheran pada hari Senin, seperti diberitakan Al Jazeera.
Sementara itu, Turki menganggap intervensi pasukan Israel terhadap kapal Madleen merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Israel sekali lagi menunjukkan bahwa mereka bertindak sebagai negara teroris.
Selain itu, Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di wilayah pendudukan, Francesca Albanese, menyatakan dukungannya terhadap operasi Koalisi Armada Kebebasan dan mendesak pengiriman kapal tambahan pada hari Minggu untuk menantang blokade terhadap Gaza.
Kapal Madleen berlayar dari Italia pada tanggal 1 Juni, membawa 12 aktivis dari Prancis, Jerman, Brasil, Turki, Swedia, Spanyol, dan Belanda, untuk mematahkan blokade Israel terhadap rakyat Palestina yang menyebabkan krisis kelaparan yang luar biasa di Jalur Gaza.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.