Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik India dan Pakistan

Stop Perang, AS Desak India dan Pakistan Lakukan De-Eskalasi Serukan Dialog Diplomatik

AS mendesak pemerintah India dan Pakistan untuk segera melakukan de-eskalasi dan pembicaran diplomatik demi mengakhiri konflik panas antara keduanya.

Pexels
INDIA PAKISTAN MEMANAS - Ilustrasi bendera India dan Pakistan yang diambil dari Pexels pada 29 April 2025. AS mendesak pemerintah India dan Pakistan untuk segera melakukan de-eskalasi dan pembicaran diplomatik demi mengakhiri konflik panas antara keduanya. 

TRIBUNNEWS.COM  - Amerika Serikat (AS) mendesak pemerintah India dan Pakistan untuk segera melakukan de-eskalasi, mengakhiri konflik panas antara keduanya.

Permintaan itu diungkap Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio di tengah meningkatnya potensi konflik nuklir antara dua negara tersebut, buntut teror berdarah di Kashmir yang menewaskan 26 orang.

Dalam upaya diplomatiknya, Rubio diketahui telah melakukan pembicaraan terpisah dengan Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, dan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif.

Dalam pembicaraan itu, ia menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan penyelesaian damai atas perselisihan yang ada.

Rubio juga menyampaikan dukungan AS terhadap upaya India dalam memerangi terorisme serta menyampaikan belasungkawa atas korban sipil di Pakistan akibat serangan udara India baru-baru ini, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Senada dengan Rubio, Presiden Donald Trump juga berharap konflik India dan Pakistan segera mereda.

Untuk mempercepat upaya ini Trump bahkan bersedia menawarkan dukungan informal untuk menengahi secara resmi guna meredakan ketegangan di kawasan yang rawan konflik ini.

AS Ogah Cawe-Cawe Konflik India-Pakistan

Meski AS menyatakan harapan agar konflik ini segera berakhir, namun pemerintah Trump belum mengambil langkah formal untuk menjadi mediator dalam krisis ini.

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance mengatakan bahwa negaranya tidak akan campur tangan dalam konflik yang tengah memanas antara India dan Pakistan.

Pernyataan itu diungkap Vance dalam sebuah wawancara televisi Fox News pada hari Jumat (9/5/2025).

Baca juga: Jatuhnya Jet Tempur India Saat Serang Pakistan dalam Serangan Udara Kejutkan Pengamat Militer Global

Sehari setelah India melancarkan serangan udara yang disebut sebagai "Operasi Sindoor" terhadap infrastruktur teror di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan.

"Yang dapat kami lakukan adalah mencoba mendorong orang-orang ini untuk sedikit meredakan ketegangan, tetapi kami tidak akan terlibat di tengah perang yang pada dasarnya bukan urusan kami,” kata Vance.

Pernyataan tersebut sesuai dengan kebijakan luar negeri Pemerintahan Trump yang mengedepankan prinsip "America First" dan menarik peran AS dari konflik luar negeri sebagai mediator utama.

“Amerika tidak bisa menyuruh India untuk meletakkan senjata. Kami tidak bisa menyuruh Pakistan untuk meletakkan senjata. Jadi kami akan terus mengejar penyelesaian ini melalui saluran diplomatik." ujar Vance

“Harapan kami di sini adalah India menanggapi serangan teroris ini dengan cara yang tidak mengarah pada konflik regional yang lebih luas,” kata Vance.

Kronologi Konflik India vs Pakistan

Perseteruan ini sebenarnya telah terjadi selama berpuluh-puluh tahun, namun konflik keduanya kembali pecah setelah 26 wisatawan di Kashmir tewas pada 22 April 2025.

India menuduh kelompok militan yang didukung Pakistan bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Merespons tudingan India, Pakistan dengan tegas membantah keterlibatannya dan menyerukan penyelidikan independen.

Buntut konflik ini India mulai bersikap keras, Pada Rabu (7/5/2025) sekitar pukul 01.00 waktu setempat (20.00 GMT Selasa), India melancarkan serangan rudal ke enam lokasi di Pakistan.

Tak lama setelah serangan, Pakistan langsung merespons. Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan militer negara itu mengatakan lima jet tempur India telah ditembak jatuh dalam konflik bersenjata terbaru di Kashmir.

Pemerintah Pakistan bahkan memberikan izin kepada pasukan militernya untuk melakukan serangan termasuk menggunakan senjata nuklir untuk membalas India.

Dalam keterangan resminya, ia mengungkap bahwa Komite keamanan nasional setuju memberikan wewenang kepada Angkatan Bersenjata Pakistan untuk melakukan tindakan yang sesuai sebagai respons terhadap agresi tersebut.

"Angkatan Bersenjata Pakistan telah diberi wewenang untuk melakukan tindakan yang sesuai terkait ini," kata Sharif, seperti dikutip The Times.

Sharif berdalih tindakannya diambil sebagai respon atas "Operasi Sindoor” militer India hingga mengenai area sipil dan menyebabkan korban jiwa di kalangan masyarakat sipil.

Ketegangan Nuklir India-Pakistan Bisa Picu Kelaparan Global

Ketegangan yang terus meningkat membuat para pakar memperingatkan dampak perang nuklir India dan Pakistan yang berpotensi bawa malapetaka.

Para ahli Jurnal akademis dalam Bulletin of the Atomic Scientists menjelaskan potensi perang nuklir antara India dan Pakistan dapat memicu penurunan produksi pangan, menyebabkan kekurangan makanan di seluruh dunia.

Ini terjadi lantaran penggunaan senjata nuklir berarti gumpalan besar debu akan dilepaskan ke atmosfer Bumi.

Asap yang naik ke lapisan atmosfer bagian atas (stratosfer) akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke permukaan Bumi, seperti kabut asap global.

Dengan sinar matahari yang berkurang, temperatur bumi bisa turun drastis hingga 2–5 derajat celsius secara global, bahkan lebih dingin di daratan.

Jika suhu turun dan musim tanam terganggu, hasil panen menurun drastis.  Alhasil beberapa wilayah bahkan tidak bisa menanam sama sekali.

Apabila hal ini terjadi maka akan memicu penurunan produksi pangan, negara yang bergantung pada impor pangan juga akan kesulitan mendapat pasokan, dan harga bahan makanan melonjak.

Ini bisa menyebabkan kelaparan di banyak negara, termasuk yang tidak terlibat dalam perang yang pada akhirnya dapat mempengaruhi miliaran orang di seluruh dunia.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved