Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Main Tarif, Xi Jinping Main Strategi, China Batasi Film AS dan Cari Sekutu di Eropa
Berikut ini adalah fakta-fakta terkait langkah strategis yang diambil China dalam menghadapi serangan tarif terbaru dari Trump. Apa saja?
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memanaskan perang dagang dengan menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal China hingga 145 persen.
Namun, bukan dengan amarah atau retorika keras, Presiden China Xi Jinping memilih jalan strategi menanggapi ancaman Trump.
Xi membalas lewat budaya, diplomasi, dan serangkaian kebijakan ekonomi yang cermat.
Langkah-langkah ini menandai respons Beijing yang tidak hanya fokus pada balasan ekonomi.
Tiongkok justru membangun aliansi global melawan kebijakan sepihak Washington.
Berikut ini adalah fakta-fakta terkait langkah strategis yang diambil China dalam menghadapi serangan tarif terbaru dari Trump:
1. Xi Jinping Ajak Eropa Bersatu Lawan Intimidasi AS
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, Xi Jinping secara terbuka mengajak Uni Eropa (UE) untuk bersatu menghadapi kebijakan dagang sepihak Amerika Serikat.
“China dan Eropa harus memenuhi tanggung jawab internasional mereka dan bersama-sama melawan praktik intimidasi sepihak,” ujar Xi, dikutip AFP melalui Xinhua, Jumat (11/4/2025).
Pernyataan tersebut mengindikasikan upaya Beijing untuk memperluas poros diplomasi, menjadikan Eropa sebagai mitra dalam menyeimbangkan dominasi dagang AS.
2. Spanyol Soroti Ketimpangan Dagang, Tapi Tetap Dukung Kerja Sama
Baca juga: Respons Tarif Trump, Xi Jinping: Tak Ada Pemenang dalam Perang Dagang, China Tetap Berdiri Tegak
Menanggapi ajakan Xi, Pedro Sanchez menyatakan bahwa ketegangan dagang seharusnya tidak menjadi penghalang untuk menjalin kerja sama ekonomi yang sehat antara China dan Eropa.
“Spanyol dan Eropa memiliki defisit perdagangan signifikan dengan China yang perlu diperbaiki,” kata Sanchez, dikutip dari CNBC.
Meski menyuarakan kekhawatiran soal defisit, Sanchez tetap menegaskan pentingnya mempertahankan jalur perdagangan terbuka.
3. China Kurangi Impor Film AS, Pilih Pasar Alternatif
Salah satu respons paling menarik dari China adalah pembatasan impor film asal Amerika Serikat.
Kebijakan ini diumumkan sebagai langkah menyesuaikan selera pasar sekaligus sinyal bahwa produk budaya juga bisa menjadi senjata dalam perang dagang.
“China akan memperkenalkan lebih banyak film unggulan dari negara lain untuk memenuhi permintaan pasar,” ujar juru bicara Badan Perfilman China, dikutip Xinhua (10/4/2025).
Ini menjadi langkah strategis yang tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga menyentuh aspek pengaruh budaya AS di pasar global.
4. China Terbitkan Peringatan Perjalanan ke AS
Di bidang keamanan dan pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mengeluarkan peringatan resmi kepada warganya yang hendak bepergian ke Amerika Serikat.
“Menyarankan warga Tiongkok untuk secara cermat menilai risiko sebelum melakukan perjalanan ke AS,” bunyi pernyataan resmi, dilansir Anadolu Agency.
Langkah ini diperkirakan akan berdampak langsung pada sektor pariwisata AS, mengingat Tiongkok merupakan salah satu penyumbang wisatawan terbesar sebelum pandemi.
5. Efek Psikologis dan Budaya dari Kenaikan Tarif
Baca juga: Menteri PU Ingatkan BUJT Tidak Urus SPM Jalan Tol Hanya Saat Ingin Menaikkan Tarif
Kenaikan tarif dari AS tidak hanya berdampak secara ekonomi, tapi juga memengaruhi persepsi publik China terhadap produk Amerika.
Film, barang konsumen, hingga gaya hidup Amerika perlahan mulai kehilangan daya tariknya di mata masyarakat Tiongkok.
Hal ini mencerminkan strategi jangka panjang China: mengurangi ketergantungan terhadap AS dengan memperkuat produk lokal dan memperluas hubungan dagang ke wilayah lain.
6. Diplomasi Aktif China-Eropa: Sanchez Kunjungi Beijing dan Hanoi
Pedro Sanchez menjadi simbol dari keterlibatan diplomatik Eropa yang semakin intensif dengan Asia.
Kunjungan terbarunya ke Beijing merupakan yang ketiga dalam dua tahun terakhir, dan dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi strategis dengan PM Vietnam di Hanoi.
Pada 2024, Sanchez juga menyerukan “tatanan perdagangan yang adil” dan menentang rencana Uni Eropa untuk mengenakan tarif pada mobil listrik buatan China.
Langkah ini semakin menegaskan bahwa Eropa kini berada di tengah persaingan dua raksasa ekonomi dunia, dan Beijing berupaya memanfaatkan peluang tersebut.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.