Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Isi Surat Trump ke Khamenei: Ultimatum Dua Bulan untuk Capai Kesepakatan Nuklir

Axioos pada hari Rabu (19/3/2025) mengungkapkan isi surat presiden AS Donald Trump terhadap pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei.

YouTube The White House
DONALD TRUMP - Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari YouTube The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah pertemuan dengan Taoiseach (Perdana Menteri) Irlandia Micheal Martin di Ruang Oval di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (12/3/2025). Axioos pada hari Rabu (19/3/2025) mengungkapkan isi surat presiden AS Donald Trump terhadap pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei. 

TRIBUNNEWS.COM - Axioos pada hari Rabu (19/3/2025) mengungkapkan isi surat Presiden AS, Donald Trump terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei yang dikutip dari seorang pejabat AS dan dua sumber yang mengetahui surat tersebut.

Dalam surat tersebut, Trump dilaporkan memberi tenggat waktu kepada Iran selama 2 bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir baru.

Namun dalam surat tersebut tidak dituliskan kapan dimulainya tenggat waktu tersebut, dikutip dari Al-Arabiya.

Selain berisi ultimatum, surat tersebut juga tampaknya berisi ancaman.

Trump mengatakan apabila Iran menolak untuk bernegosiasi, maka mereka akan mendapatkan resiko yang cukup besar.

Resiko yang dimaksud adalah serangan dari AS dan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran.

Ia menegaskan bahwa dirinya tak ingin adanya negosiasi terbuka.

Sebagai informasi, surat tersebut dikirimkan ke Khamenei melalui diplomat senior UEA Anwar Gargash pada minggu lalu.

Tanggapan Iran

Iran mengatakan pada Senin (17/3/2025) bahwa pihaknya saat ini sedang meninjau surat dari Trump. 

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Esmaeil Baghaei, surat tersebut sama seperti apa yang dibacarakan Trump di depan publik.

"Isi surat tersebut tidak jauh dari pernyataan publik Trump dan mengulang pokok bahasan yang sama," kata Baghaei.

Baca juga: Iran Tolak Perintah Trump, Tegaskan AS Tak Punya Hak Atur Kebijakan Otoritas Teheran 

Setelah Iran meninjau surat tersebut, maka mereka baru menyampaikan tanggapannya.

"Tanggapan kami akan diberikan melalui saluran yang sesuai setelah penilaian selesai," tambahnya.

Sementara Khamenei mengaku belum membaca surat dari Trump, namun ia memilih untuk mengesampingkan pembicaraan dengan AS.

"Negosiasi yang diusulkan "tidak akan mencabut sanksi tetapi malah akan "memperketat ikatan sanksi," tegasnya.

Pada tahun 2019, Khamenei juga mengabaikan surat dari Trump.

Menurutnya pada saat itu, surat dari Trump "tidak layak" dibalas.

Sementara itu, Iran telah lama menegaskan bahwa programnya ditujukan untuk tujuan damai.

Sejak Trump kembali ke menjabat sebagai Presiden AS, pemerintahannya secara konsisten mengatakan bahwa Iran harus dicegah memperoleh senjata nuklir. 

Akan tetapi, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan lalu mengatakan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya yang mendekati tingkat senjata.

Pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya karena kekhawatiran negara itu berpotensi mengembangkan senjata nuklir.

Akan tetapi pada tahun 2018, keadaan berubah.

Di mana Presiden AS Donald Trump saat menjabat sebagai presiden AS  secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut.

Setelah menarik diri, Trump kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Khamenei

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved