Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Iran Ambil Pelajaran dari Cekcok Trump-Zelensky: Kami Tidak Bergantung pada Negara Lain

Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa perselisihan antara Trump dan Zelensky merupakan keretakan besar dalam tatanan global.

Tangkap layar video Sky News
IRAN PILIH KEMANDIRIAN - Menlu Iran Abbas Araghchi dalam wawancara yang diterbitkan Sky News pada 28 Januari 2025, membahas potensi serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Dalam sebuah opini, Araghchi mengatakan bahwa perselisihan antara Trump dan Zelensky merupakan keretakan besar dalam tatanan global. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa pemerintahan AS di bawah Donald Trump telah menciptakan "suasana kacau" setelah pertemuan sengitnya di Ruang Oval dengan pemimpin Ukraina minggu lalu.

Dalam opini yang diterbitkan pada Rabu (5/3/2025) di surat kabar Ettela'at Iran, Araghchi menilai perselisihan tersebut mengungkapkan keretakan besar dalam tatanan global dan memperjelas bahaya mengandalkan Amerika Serikat dalam urusan keamanan.

Araghchi mengkritik apa yang ia sebut sebagai "ketegangan verbal" dan "kebijakan impulsif" dalam diplomasi global.

Ia menyoroti pertikaian di Ruang Oval sebagai momen refleksi bagi negara-negara yang selama ini bergantung pada AS, khususnya dalam konteks hubungan Ukraina dengan Barat.

"Perselisihan baru-baru ini di Gedung Putih bukan sekadar konflik biasa; hal ini mencerminkan keretakan mendalam dalam tatanan dunia," tulisnya.

Araghchi menilai bahwa bahkan sekutu lama AS kini mulai mempertanyakan kepemimpinan Washington, dengan negara-negara Eropa mengambil pendekatan lebih hati-hati terhadap perang di Ukraina.

Iran Pilih Kemandirian

Dalam opininya, Araghchi menegaskan bahwa Iran telah memilih jalur berbeda, yaitu kemandirian dan kemerdekaan strategis.

"Tidak seperti banyak negara yang bergantung pada kekuatan asing untuk keamanan, Iran telah secara sadar memilih untuk mempertahankan kemandiriannya, meskipun harus membayar harga atas keputusan tersebut," tulisnya.

Ia menegaskan bahwa pendekatan ini bukanlah akibat dari sanksi, melainkan keputusan strategis yang disengaja.

"Iran tidak membeli keamanannya; Iran membangunnya," tambahnya.

Mengutip Newsweek, pernyataan Araghchi sejalan dengan sikap Iran yang telah lama meyakini bahwa aliansi dengan AS tidak dapat diandalkan.

Baca juga: Rusia dan Iran Bereaksi Terhadap Bentrokan Berdarah Antara Pasukan Keamanan Vs Pejuang Pro-Assad

Pernyataannya juga mendukung sikap Pemimpin Tertinggi Iran yang menolak negosiasi dengan Washington.

Garis keras Iran menilai bahwa konfrontasi Trump-Zelensky menjadi bukti ketidakstabilan diplomatik AS.

Meskipun Araghchi menekankan pentingnya kemandirian militer, Iran tetap menjalin kerja sama dengan pihak asing, khususnya Rusia.

Hubungan Rusia dan Iran

Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi dan militer.

Kedua negara menganggap perjanjian ini sebagai tonggak penting dalam hubungan bilateral mereka.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menandatangani perjanjian tersebut dalam sebuah upacara di Kremlin.

Keduanya memuji kesepakatan ini sebagai babak baru dalam hubungan kedua negara.

"Dokumen terobosan ini bertujuan menciptakan kondisi bagi pembangunan yang stabil dan berkelanjutan antara Rusia, Iran, serta seluruh kawasan Eurasia," ujar Putin.

Pezeshkian menambahkan bahwa perjanjian ini akan membuka babak baru dalam kerja sama Iran dan Rusia di berbagai sektor, terutama ekonomi.

Mengutip laporan France24 pada 17 Januari 2025, sejak pecahnya perang di Ukraina pada Februari 2022, Rusia semakin memandang Iran sebagai sekutu strategis.

Dalam dokumen yang diterbitkan Kremlin, kedua negara sepakat untuk saling membantu menghadapi ancaman keamanan bersama.

Namun, perjanjian ini tidak mencakup pakta pertahanan bersama seperti yang ditandatangani Rusia dan Korea Utara tahun lalu.

Rusia dan Iran sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan ekonomi di berbagai sektor, terutama dalam menghadapi sanksi Barat terhadap industri energi mereka.

Selain itu, mereka juga akan bekerja sama dalam pelatihan militer dan penggunaan fasilitas pelabuhan untuk kapal perang masing-masing negara.

Baca juga: Trump Kirim Surat ke Pemimpin Tertinggi Iran, Pezeshkian Pilih Patuhi Khamenei Ogah Negosiasi

Namun, perjanjian tersebut tidak secara eksplisit mencakup pertukaran senjata, yang merupakan aspek kerja sama yang telah dikenai sanksi oleh Barat.

Iran diketahui telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak "Shahed" yang digunakan dalam serangan ke Ukraina, menurut pejabat Ukraina dan Barat.

Moskow dan Teheran telah merancang perjanjian baru ini selama bertahun-tahun.

Sebelumnya, hubungan kedua negara diatur oleh dokumen kerja sama tahun 2001 yang diperbarui secara berkala.

Meski kini semakin erat, hubungan Rusia dan Iran memiliki sejarah yang kompleks.

Pada abad ke-18 dan ke-19, kedua negara berperang memperebutkan wilayah di Kaukasus. Selain itu, Uni Soviet dan Inggris pernah menginvasi Persia selama Perang Dunia II.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved