Minggu, 5 Oktober 2025

Pesawat Jeju Air Jatuh di Korsel

Fakta Mengejutkan Penyelidikan Awal Ungkap DNA Bebek dan Bulu Burung Nempel di Mesin Jet Jeju Air

Lalu mengapa perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) pesawat berhenti merekam dalam empat menit terakhir sebelum pesawat jatuh?

|
Tangkap layar X
Foto Pesawat Jeju Air Alami Kecelakaan Mematikan di Bandara Muan pada Minggu (29/1/2025). Terkuak, Kotak Hitam Jeju Air Berhenti Merekam 2 Kilometer dari Landasan Pacu. 

Pesawat saat itu berada pada ketinggian sekitar 152 meter dan hanya sekitar 2 kilometer dari landasan pacu.

Sesaat setelah sistem perekaman berhenti, pilot mengeluarkan peringatan "Mayday" setelah mengalami tabrakan dengan burung.

Baca juga: Jeju Air Pangkas 1.900 Penerbangan Domestik dan Internasional Buntut Kecelakaan Maut

bebek Baikal
Terkuat kalau mesin pesawat Boeing 737-800 yang jatuh mengandung DNA dari bebek Baikal,  jenis burung yang bermigrasi.

Pilot berusaha mendaratkan pesawat dengan perut setelah roda pendaratan gagal berfungsi.

Setelah mendarat darurat, pesawat meledak dan terbakar saat menghantam penghalang beton di ujung landasan pacu.

Keberadaan penghalang beton tersebut memunculkan pertanyaan baru tentang keselamatan dan desain bandara.

Baru-baru ini pihak berwenang mengumumkan bahwa mereka akan mengganti penghalang beton dengan struktur yang dapat dipecahkan di seluruh bandara di Korea Selatan.

Seoul mengumumkan pada Senin (13/1/2025), struktur lokaliser di 7 dari 13 bandara yang diperiksa antara tanggal 2-8 Januari memerlukan perbaikan karena alasan keselamatan. 

Inspeksi di 13 bandara mencakup 32 localizer, 51 stasiun glide path, peralatan pengukur jarak, dan 17 stasiun Very High Frequency Omni-directional Range (VOR), Korea JoongAng Daily melaporkan.

Penyelidikan Lanjutan dan Pengaruh Temuan

lihat fotoKecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, mengakibatkan kebakaran.
Kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, mengakibatkan kebakaran.

Meskipun laporan awal ini memberikan temuan penting tentang keberadaan burung dan dampaknya terhadap kecelakaan, banyak aspek lain yang masih belum jelas.

Sampai saat ini, penyelidik dari Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara lain yang terlibat, seperti Prancis, terus menganalisis bukti dan data dari pesawat.

Para penyelidik juga meminta klarifikasi lebih lanjut tentang peran tabrakan burung dalam kecelakaan ini.

Temuan awal ini juga telah dibagikan dengan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), yang mengharuskan laporan awal diserahkan dalam waktu 30 hari setelah kecelakaan terjadi.

Baca juga: Polisi Korsel Geledah Kantor Jeju Air, Cari Dokumen Operasional Boeing  737 usai Kecelakaan Tragis

Kotak Hitam Jeju Air Berhenti Merekam 2 Kilometer dari Landasan Pacu

Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Kementerian Transportasi Korea Selatan baru saja merilis laporan awal terkait kecelakaan ini.

Dalam laporan tersebut, diketahui bahwa kotak hitam pesawat berhenti merekam sekitar 2 kilometer dari landasan pacu.

Pesawat kemudian menabrak localizer, yaitu alat bantu pendaratan, sekitar empat menit setelah kotak hitam berhenti merekam.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved