Rusia Kewalahan Atasi Bencana Pencemaran Minyak di Laut Hitam?
Wisatawan ramai-ramai menjauhi pesisir Laut Hitam usai karamnya kapal tanker di lepas pantai Anapa. Tumpahan minyak belum ditanggulangi,…
Sejak beberapa pekan terakhir, wisatawan berbondong-bondong membatalkan liburan di pesisir Krasnodar di selatan Rusia. Penyebabnya adalah polusi minyak sejak karamnya dua kapal tanker Volgoneft-212 dan 239 pada 15 Desember silam.
"Orang tua tidak ingin mengirim anak-anaknya ke pantai yang berbahaya," kata seorang pengguna di saluran Telegram "Kub Mash". Menurut kabar yang beredar, sejumlah perusahaan juga telah menuntut uang kembali, setelah membeli voucher perjalanan untuk dibagikan kepada karyawan sebagai bonus.
Kepada surat kabar Rusia Parliamentskaya Gazeta, Nina Ostanina, ketua Komite Keluarga di parlemen Duma, mengatakan jumlah pesanan di kamp perkemahan remaja dan anak-anak di Anapa telah turun drastis.
Penurunan mencapai 27 persen pada bulan Januari, 38 persen pada bulan Februari, dan 40 persen pada musim panas. Kota di tepi Laut Hitam itu merupakan salah satu wilayah tujuan utama pariwisata di Rusia.
Bencana tumpahan minyak terjadi ketika kedua kapal tanker dilaporkan terjebak cuaca buruk di Selat Kerch, di lepas pantai Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia. Salah satu kapal kandas di sebuah gundukan pasir dan kapal kedua karam. Seorang awak kapal dikabarkan tewas.
Minyak masih cemari lautan
Satu bulan setelah insiden tersebut, lubang di buritan salah satu kapal tanker tidak dapat ditutup karena sulitnya kondisi bagi penyelam, menurut pihak berwenang.
Menurut informasi resmi, sekitar 5.000 dari 9.200 ton minyak yang diangkut oleh kapal tanker kemungkinan telah tumpah di laut. Minyak yang diangkut adalah jenis berat M100, yang sebagian mengendap di dasar laut dan sebagian lagi terdampar di pantai. Polusi meluas di radius hingga lebih dari 50 kilometer.
Kementerian Perlindungan Bencana di Moskow mengklaim, saat ini tidak ada metode efektif untuk menghilangkan jenis minyak yang tumpah. Namun, pegiat lingkungan memastikan bahwa metode pembersihan telah dilakukan pada kasus tenggelamnya kapal tanker Prestige di lepas pantai Spanyol pada tahun 2002. Serupa Volgoneft, Prestige pun mengangkut minyak jenis M100.
Sementara itu, pihak berwenang Rusia memperkirakan awal musim panas akan membawa masalah tambahan. Saat suhu meningkat, minyak mulai larut dalam air yang mengakibatkan lebih banyak minyak terdampar di pantai.
Konsekuensi bagi lingkungan dan manusia
Eugene Simonov dari kelompok lingkungan Ukraine War Environmental Consequences Work Group, UWEC mengatakan kepada DW, dibutuhkan waktu sepuluh tahun bagi ekosistem alami untuk pulih. "Namun bagi beberapa spesies, tumpahan minyak ini dapat menimbulkan konsekuensi yang dramatis," aktivis lingkungan memperingatkan.
Menurut pantauan Greenpeace, hingga awal Januari, sebanyak 32 lumba-lumba dan 1.355 burung telah dilaporkan mati di sekitar lokasi tumpahan minyak. Anna Jerzak, seorang pakar di organisasi lingkungan untuk Eropa Tengah dan Timur, mengatakan kepada DW bahwa konsentrasi hidrokarbon yang tinggi berbahaya bagi ikan.
Pencemaran menyebabkan penurunan populasi dan terganggunya rantai makanan. "Dalam jangka panjang, minyak akan meracuni lamun, yang merusak habitat banyak organisme," kata Jerzak.
Pada musim panas mendatang, Eugene Simonov menambahkan, minyak juga akan membuat air laut "berbau tidak sedap, banyak perenang yang akan mengalami masalah pernapasan atau terpapar zat karsinogenik." Anna Jerzak juga memperingatkan tentang bahaya asap beracun, reaksi alergi dan peradangan kulit.
Relawan keluhkan intervensi pemerintah
Ribuan relawan yang dilengkapi pakaian pelindung, saat ini berusaha membersihkan pantai dan menyelamatkan satwa lokal dari tumpahan minyak. "Gerakan ini muncul secara spontan, dengan sekitar 10.000 orang mendaftarkan diri pada pusat penyelamatan burung," kata ahli ekologi Yevgeny Vitishko kepada DW. Berkat keterlibatan mereka, sekitar 2.500 burung berhasil diselamatkan.
"Jumlah itu sekitar setengah dari semua burung yang terpapar minyak. Jumlahnya lebih banyak dari yang biasa terjadi di seluruh dunia, biasanya cuma 10 hingga 12 persen yang diselamatkan," kata Vitishko.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.