Konflik Palestina Vs Israel
Roket Hizbullah yang Disita IDF Meledak, 10 Tentara Israel Terluka di Ruang Kelas Sekolah
Sepuluh tentara Israel terluka setelah sebuah RPG yang disita IDF dari Hizbullah meledak saat pelatihan di ruang kelas.
TRIBUNNEWS.COM – Sepuluh tentara Israel terluka setelah sebuah rocket propelled grenade (RPG) meledak saat pelatihan sekolah zeni militer di Negev, Israel selatan.
Ledakan itu terjadi hari Rabu lalu sekitar pukul 21.00 waktu setempat saat pelatihan di ruang kelas.
“Malam kemarin ada tiga tentara yang mengalami luka sedang dan tujuh tentara yang terluka ringan akibat ledakan senjata di markas pelatihan militer di Israel selatan,” demikian pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) keesokan paginya, dikutip dari All Israel News.
IDF menyebut para tentara yang terluka itu telah dilarikan ke rumah sakit dengan helikopter dan ambulans untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
“Keluarga mereka telah diberi tahu. Peristiwa ini sedang diselidiki.”
Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa ledakan itu terjadi di salah satu ruang kelas.
Adapun mata pelajaran yang disampaikan saat pelatihan itu adalah “Mempelajari Amunisi Musuh”.
Saat pelajaran berlangsung, roket yang disita dari Hizbullah itu tiba-tiba ditembakkan secara tidak sengaja di dalam kelas.
Proyektil itu menuju ke arah pintu, menembusnya, dan meledak di luar ruang kelas. Tentara Israel pun terluka setelahnya.
Ada pula laporan kerusakan bangunan yang total kerugiannya diperkirakan mencapai ratusan ribu shekel atau lebih dari setengah miliar rupiah.
Tim Investigasi Polisi Militer telah tiba di tempat kejadian perkara (TKP) guna menggelar penyelidikan awal. Pelatihan ditangguhkan selama 24 jam demi penyelidikan yang lebih menyeluruh.
Baca juga: Gencatan Senjata di Gaza, Hamas Ucapkan Terima Kasih kepada Iran, Hizbullah, hingga Houthi Yaman
Israel menyita ribuan senjata Hizbullah saat melakukan operasi militer di Lebanon selatan.
Ledakan terbaru ini adalah ledakan kedua yang melibatkan salah satu senjata yang dirampas dari Hizbullah.
Adapun ledakan sebelumnya terjadi ketika IDF membongkar senjata Hizbullah yang dipamerkan di Pangkalan Militer Amiad di Israel Utara.
Satu staf IDF, seorang warga sipil, yang terlibat dalam pembongkaran itu mengalami luka sedang karena ledakan senjata itu.
IDF sibuk cari senjata Hizbullah
IDF dilaporkan bersiap angkat kaki dari daerah-daerah di Lebanon selatan yang didudukinya.
Mundurnya IDF dari Lebanon merupakan konsekuensi dari perjanjian gencatan senjata Israel-Hizbullah.
Media Israel Maariv menyebut IDF kini sedang berpacu melawan waktu dalam operasinya di Lebanon sebelum angkat kaki.
Dalam beberapa hari terakhir, Divisi Ke-91 dan ke-146 Israel berupaya menemukan infrastruktur Hizbullah di sana.
Sejauh ini IDF sudah mundur dari Kota Naqoura di Lebanon barat daya. IDF juga sudah menarik diri dari Kota Khayam. Posisi IDF di kedua kota itu digantikan oleh tentara Lebanon
Kedua divisi Israel itu berupaya memastikan tidak ada senjata Hizbullah yang ketinggalan di bangunan-bangunan di sana.
Baca juga: Israel Diduga Tanam Bom dalam Perangkat yang Dibeli Iran, Kasus Pager Hizbullah Bisa Terulang?
"Di dalam hampir setiap bangunan kami mendapati senjata dan bom yang digunakan oleh Hizbullah," kata IDF.
"Itulah mengapa penting bagi kami untuk kembali mencari lagi. Benar bahwa jumlah yang kami temukan menurun, tetapi kami akan memanfaatkan situasi ini untuk membersihkan area yang ditinggalkan Hizbullah."
Senin malam IDF menyerang sejumah target di Lebanon yang diklaim terkait Hizbullah. IDF mengklaim serangan itu dilakukan di bawah perintah kecabangan intelijen.
IDF berdalih serangan dilakukan setelah Israel diperingatkan tentang adanya ancaman pelanggaran mekanisme penerapan kesepahaman antara Israel dan Lebanon yang tidak ditangani.
Israel dan Hizbullah telah menyepakati gencatan senjata selama 60 hari yang berlaku sejak tanggal 27 November 2024.
Pejuang Hizbullah diharuskan mundur 40 km dari perbatasan Israel-Lebanon, sedangkan pasukan Israel harus mundur dari wilayah Lebanon.
Dalam perjanjian itu, disepakati per 26 Januari nanti, satu-satunya kelompok bersenjata yang boleh berada di selatan Sungai Litani adalah tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.