Senin, 6 Oktober 2025

Helikopter Presiden Iran Jatuh

4 Pertanyaan setelah Meninggalnya Ebrahim Raisi, Apa Bedanya Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran?

Siapa yang akan memimpin Iran setelah kematian Ebrahim Raisi? Berikut 4 pertanyaan seputar meninggalnya Presiden Iran dalam kecelakaan helikopter.

Foto: Presidensi Iran/AFP
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi peralatan militer Angkatan Laut IRGC di Bandar Abbas, Iran, 2 Februari 2024. 

TRIBUNNEWS.COM - Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter menimbulkan pertanyaan mengenai siapa yang akan menggantikannya dalam menjalankan pemerintahan.

Ebrahim Raisi sebenarnya diharapkan menggantikan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang kini sudah berusia 85 tahun.

Kini, kematiannya juga berdampak pada masa depan salah satu posisi paling berkuasa di Timur Tengah tersebut.

Berikut 4 pertanyaan yang muncul setelah meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi.

1. Apa bedanya Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) dan Presiden dalam pemerintahan Iran?

Mengutip Time.com, Pemimpin Tertinggi, juga dikenal dengan istilah Velayat-e Faqih dalam teologi Islam Syiah, adalah penguasa tertinggi di Iran dan bertanggung jawab untuk membuat semua keputusan besar mengenai negara.

Pemimpin Tertinggi adalah sebuah jabatan yang dibuat setelah Revolusi Islam 1979.

Pemimpin Tertinggi juga merupakan kepala negara dan panglima tertinggi Iran.

Hanya laki-laki yang diperbolehkan untuk dipertimbangkan mengisi jabatan ini.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bertemu dengan para mahasiswa di Teheran pada tanggal 1 November 2023.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bertemu dengan para mahasiswa di Teheran pada tanggal 1 November 2023. (khamenei.ir / AFP)

Berdasarkan jenis hukum Islam yang diterapkan di Iran, jabatan Pemimpin Tertinggi tersebut harus diberikan kepada teolog Syiah tingkat tinggi yang setidaknya harus bergelar Ayatollah, walaupun masih diperdebatkan apakah Khamenei sendiri pernah mencapai tingkat tersebut.

Sementara itu, presiden di Iran adalah kepala cabang eksekutif negara tersebut.

Presiden Iran dipilih melalui proses pemilu yang diawasi ketat setiap empat tahun.

Baca juga: Lokasi Kecelakaan Helikopter Presiden Ebrahim Raisi Masih Masuk Wilayah Iran

Presiden mengendalikan pemerintahan.

Bergantung pada latar belakang dan kekuatan politik orang tersebut, presiden dapat mempunyai pengaruh besar terhadap kebijakan negara dan perekonomian.

2. Apa yang terjadi sekarang setelah kematian presiden?

Berdasarkan konstitusi Iran, setelah presiden meninggal, wakil presiden akan mengambil alih kepemimpinan sementara.

Bersama dengan ketua kehakiman dan ketua parlemen, wakil presiden akan mengadakan pemilihan presiden baru dalam waktu 50 hari.

Dalam kasus ini, nampaknya pemimpin sementara adalah Mohammad Mokhber, mantan perwira di Korps Garda Revolusi Islam dan pernah menjadi kepala dana abadi yang menjaga aset-aset Republik Islam.

Demi menenangkan publik yang khawatir mengenai stabilitas pemerintah, Khamenei berbicara tentang kematian Raisi pada Minggu (19/5/2024) malam, sebelum kematiannya dikonfirmasi.

Khamenei mengatakan bahwa masyarakat tidak boleh mencemaskan adanya gangguan terhadap jalannya negara.

3. Apa dampak kematian Raisi terhadap Iran dan kawasan sekitarnya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi menghadiri parade militer bersama para pejabat tinggi dan komandan dalam upacara memperingati hari tentara tahunan negara itu di Teheran pada 17 April 2024. ( ATTA KENARE/AFP)
Presiden Iran Ebrahim Raisi menghadiri parade militer bersama para pejabat tinggi dan komandan dalam upacara memperingati hari tentara tahunan negara itu di Teheran pada 17 April 2024. (ATTA KENARE/AFP)

Salah satu pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana kematian Raisi kemungkinan besar akan mempengaruhi perebutan siapa yang menggantikan Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi selanjutnya.

Ini adalah isu yang menjadi perhatian para akademisi, pejabat, dan analis seiring bertambahnya usia Khamenei.

Kematian Raisi juga dapat berdampak pada hubungan Iran dengan negara-negara kawasan lainnya.

Iran mendukung sejumlah kelompok proksi kuat yang melawan Israel.

Korps Garda Revolusi akan berupaya memastikan bahwa musuh-musuh Iran tidak memanfaatkan momen pergolakan ini.

Raisi juga mengawasi periode hubungan yang lebih hangat dengan negara-negara Teluk Arab termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Meskipun kebijakan ini kemungkinan besar akan terus berlanjut, setiap pemimpin baru mungkin memiliki prioritas yang berbeda.

Baca juga: Mei Tahun Lalu, Presiden Iran Ebrahim Raisi Kunjungi Indonesia, Sepakat Bela Perjuangan Palestina

4. Siapa yang selanjutnya menjadi Pemimpin Tertinggi?

Dalam struktur politik Iran yang rumit, hampir tidak ada ruang resmi atau publik di mana pertanyaan tentang pengganti Khamenei didiskusikan secara terbuka.

Namun para analis, pejabat, dan akademisi yang dekat dengan kalangan politik selama beberapa waktu menyebut putra Khamenei, Mojtaba, sebagai kandidat utama.

Kematian Raisi berarti Mojtaba sekarang terlihat memiliki jalur yang jelas menuju jabatan puncak.

Tapi itu juga merupakan penunjukan yang berisiko.

Iran memiliki warisan yang penuh dengan konsep "pemerintahan yang diwariskan."

Para pemimpin Revolusi Islam tahun 1979 dengan keras menentang sistem apa pun yang menyerupai monarki, yang mereka gulingkan.

Popularitas Mojtaba juga belum pernah teruji karena ia tidak memegang jabatan apa pun di pemerintahan dan jarang terlihat di depan umum.

Pemimpin Tertinggi setidaknya harus terlihat mendapat dukungan otentik dari massa yang mendukung sistem keagamaan saat ini jika ingin memiliki legitimasi.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved