Senin, 6 Oktober 2025
Deutsche Welle

Setelah Serangan Teror Moskow, Akankah Citra Putin Memburuk?

Setelah serangan teror di Moskow, banyak pertanyaan muncul terkait keamanan di Rusia. Terutama setelah Presiden Putin mengabaikan…

Deutsche Welle
Setelah Serangan Teror Moskow, Akankah Citra Putin Memburuk? 

Atas dasar tuduhan Kremlin tersebut, Putin, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri (PM), meluncurkan serangan bom terhadap Chechnya. Serangan tersebut, meroketkan popularitas Putin menjelang kemenangannya sebagai Presiden Rusia untuk pertama kalinya.

Sejak saat itu, Rusia mengalami beberapa serangan teror lainnya, seperti pengepungan tahun 2002 di gedung teater Moskow, krisis penyanderaan di sebuah sekolah tahun 2004 di Beslan, dan serangan teror lain yang menargetkan sejumlah transportasi. Serangan tersebut dikaitkan dengan para separatis Chechnya, kemudian Al-Qaeda dan kelompok ISIS.

Namun, ketika Rusia menekan pemberontakan Chechnya, beberapa serangan teror lainnya perlahan mulai menurun. Serangan besar terakhir di Rusia terjadi pada 2011, dan Putin dipuji karena telah membawa stabilitas keamanan di negara itu.

Putin mengabaikan peringatan AS tentang serangan teror itu

Serangan pada Jumat (22/03), yang dilihat sebagai kegagalan memalukan bagi intelijen Rusia, telah menimbulkan kembali kekhawatiran akan rentannya keamanan di negara itu. Putin sendiri telah memainkan perannya yang cukup signifikan dalam kegagalan itu.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di Rusia telah mengeluarkan peringatan pada 7 Maret bahwa "para ekstremis" merencanakan adanya aksi serangan dalam waktu dekat di Moskow, dan telah memperingatkan warga Rusia untuk menghindari konser dan keramaian.

Namun, dalam sebuah pertemuan di Dewan Keamanan Federal pada 19 Maret lalu, tiga hari sebelum terjadinya serangan teror Moskow, Putin justru menepis peringatan itu sebagai "pernyataan provokatif oleh sejumlah struktur resmi Barat tentang potensi serangan teroris di Rusia," demikian menurut transkrip Kremlin.

Dalam taktik yang sudah biasa digunakannya untuk menyalahkan Barat atas hampir semua masalah yang menimpa negaranya, Putin mengatakan bahwa peringatan Kedubes AS itu "seperti pemerasan dan niat untuk mengintimidasi serta mengacaukan masyarakat Rusia."

Sesaat setelah serangan itu terjadi, Dewan Keamanan Nasional AS mengonfirmasi bahwa pihaknya telah berbagi informasi intelijen dengan Rusia mengenai rencana aksi teror tersebut, "sesuai dengan kebijakan yang telah berlangsung lama yang 'mewajibkan untuk memberi peringatkan'.”

'Badan keamanan Rusia tidak berfungsi'

Lemahnya badan intelijen Rusia juga sebagian disebabkan oleh pendekatan pemerintahan Putin yang ketat dan otoriter. Hal itu menghambat inisiatif yang diperlukan dari badan tersebut untuk berfungsi dengan baik.

Selain itu, para ahli mengatakan bahwa upaya badan intelijen Rusia dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar hanya berfokus untuk memberantas para pembangkang internal, daripada menangkal ancaman eksternal.

Pavel Luzin, seorang pakar politik Rusia di Institut Riset Kebijakan Luar Negeri di AS, mengatakan kepada DW bahwa ada tanda-tanda kemunduran di seluruh aparat keamanan Rusia.

"Kami melihat bahwa badan-badan keamanan Rusia tidak berfungsi meski skalanya besar. Orang-orang tidak melaksanakan tugas mereka tanpa perintah," katanya. "Ini berarti ada kemunduran institusi keamanan Rusia."

Pengamat politik Rusia Dmitry Kolezev, yang juga merupakan seorang jurnalis di portal berita independen Republik, juga memiliki pandangan yang sama.

"Badan-badan intelijen hanya berfokus pada investigasi politik dan intimidasi terhadap warga negaranya. Mereka tidak memenuhi tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari ancaman nyata," tulisnya di media sosial X/Twitter.

Badan keamanan Rusia sibuk dengan Ukraina, demi melindungi rezim Putin

Serangan teror pada 22 Maret itu terlihat seperti kegagalan besar dari pemerintah negara, tambah Kolezev. Namun, seorang pakar Rusia-Amerika Mironova mengatakan kepada DW bahwa dia tidak begit terkejut jika tidak ada yang bisa memerangi terorisme di Rusia.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved