Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Terkuak, Yahya Sinwar Sudah Beri Tahu Hizbullah Setengah Jam sebelum Hamas Serang Israel

Hizbullah disebut diberi tahu tentang rencana serangan Hamas ke Israel setengah jam sebelum dimulai.

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Daryono
MAHMUD HAMS / AFP
Ketua sayap politik gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, menghadiri rapat umum untuk mendukung Masjid al-Aqsa Yerusalem di Kota Gaza pada 1 Oktober 2022. 

TRIBUNNEWS.COMYahya Sinwar, pemimpin Hamas di Jalur Gaza, merahasiakan rencana serangan Hamas ke Israel tanggal 7 Oktober lalu.

Disebutkan bahwa rencana itu hanya diketahui dua rekan dekatnya. Bahkan, pemimpin Hamas yang berada di luar Gaza tidak mengetahuinya.

Namun, menurut surat kabar asal Prancis, Le Figaro, Hasan Nasrallah yang menjadi pemimpin kelompok Hizbullah di Lebanon sempat diberi tahu tentang rencana serangan itu setengah jam sebelum dimulai.

Seorang pemimpin Hamas bernama Saleh al-Arouri yang tinggal di Beirut, Lebanon, diberi informasi mengenai serangan itu.

Al-Arouri kemudian menyampaikannya kepada Nasrallah. Nasrallah dilaporkan marah karena Iran tidak diberi tahu tentang rencana serangan itu.

Artikel dari Le Figaro itu terbit setelah ada laporan bahwa Sinwar dan kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif, marah lantaran Nasrallah tidak menggunakan kekuatan penuh Hizbullah setelah Hamas melancarkan serangan.

Baca juga: Israel Buka Opsi Deportasi Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan Mohammed Deif

Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniye, bahkan terbang ke Iran untuk mendesak pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, untuk ikut bergabung dalam perang itu. Namun, Khamenei menolak.

Hamas minta Hizbullah tak ikut berperang

Sementara itu, Nawaf al-Moussawi, seorang pejabat senior Hizbullah, mengklaim Hamas tidak meminta Hizbullah untuk ikut berperang melawan Israel.

Dalam sebuah wawancara dengan Al-Manar TV, al-Moussawi mengatakan Hizbullah telah mendekati Hamas setelah Hamas melancarakan serangan.

Hizbullah bertanya kepada Hamas apakah pihaknya harus turut berperang melawan Israel di perbatasan.

“Kami bertanya kepada saudara-saudara kami di Gaza, ‘Apa yang bisa kami lakukan?’ Jika kami memulai perang habis-habisan di Lebanon, apakah hal itu akan menghentikan perang di Gaza?” kata dia saat diwawancarai, dikutip dari Jerusalem Post.

“Jawab mereka: tidak, pertempuran di Gaza tidak akan berhenti. Pertempuran tidak akan berakhir. (Pertempuran akan berakhir) hanya dengan kemenangan atas Israel di Gaza,” katanya menambahkan.

Baca juga: Israel Ancam akan Bunuh Yahya Sinwar, Hamas: Tong Kosong, IDF Pamer Prestasi Palsu

Sejak perang di Gaza meletus, Hizbullah makin sering menyerang Israel di perbatasan Israel-Lebabon.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga melancarkan serangan untuk membalas serangan Hizbullah.

Serangan terbaru

Pada Selasa malam dan Rabu pagi, Hizbullah dan Israel kembali saling menyerang.

Serangan Israel dilaporkan menewaskan tiga orang di Lebanon, sedang di pihak Israel ada beberapa orang yang terluka.

Saat itu ketiganya berada di Kota Bint Jbeil yang berada di perbatasan Lebanon-Israel.

Dikutip dari The New Arab, dua orang korban tewas itu adalah warga sipil, sedangkan satu lainnya adalah anggota Hizbullah yang bernama Ali Bazzi.

Sementara itu, pada hari Selasa militer Israel mengatakan rudal antitank yang ditembakkan Hizbullah melukai sembilan tentara.

Baca juga: Sepak Terjang Yahya Sinwar Pemimpin Hamas: Dijatuhi 4 Hukuman Seumur Hidup pada Usia 26 Tahun

Sehari berselang radio Israel menyebut ada 18 roket yang ditembakkan di perbatasan Lebanon. Sebanyak 8 di antaranya bisa ditangkis.

Israel kemudian membalasnnya dengan melancarkan tembakan ke perbatasan.

Sudah ada lebih dari 150 orang di Lebanon yang tewas oleh serangan Israel sejak pertempuran di perbatasan dimulai tanggal 8 Oktober lalu.

AS ingin cegah perang Israel-Lebanon

Sementara itu, para pejabat Amerika Serikat (AS) khawatir konflik di perbatasan Israel-Lebanon bisa memunculkan perang baru.

Mereka kemudian mendesak para pejabat Israel untuk tidak memperluas konflik yang sudah hampir mencapai puncaknya itu.

Haaretz melaporkan penasihat Presiden AS Joe Biden sekaligus tangan kanannya, Amos Hochstein, tengah berupaya melakukan diplomasi guna mencegah munculnya perang baru itu.

Tahun lalu Hochstein juga menjadi juru damai dalam kesepakatan antara Israel-Lebanon perihal perbatasan laut.

Baca juga: Sosok Yahya Sinwar Pemimpin Hamas: Selalu Lolos dari Sergapan Israel, Dijuluki The Walking Dead

(Tribunnews/Febri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved