Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Teka-teki Perang Darat Tentara Israel di Gaza Pasca-Gencatan Senjata, Pantai Titik Terlemah Hamas

Sejauh ini, bombardemen Israel ke Gaza terbukti tidak efektif melawan Hamas. Brigade Al Qassam justru punya inovasi perlawanan dalam perang kota

HO
Sebanyak 21 tank tempur militer Israel dilaporkan hancur usai pasukan Brigade Al-Qassam meluncurkan roket dan bom – bom rakitan ke pangkalan militer Israel di Tasilm. 

Teka-teki Perang Darat Tentara Israel di Gaza Pasca-Gencatan Senjata, Garis Pantai Titik Terlemah Hamas

TRIBUNNEWS.COM - Tentara Israel (IDF) sudah menyerukan, kalau meeka akan kembali menggempur Kota Gaza dalam skala penuh setelah gencatan senjata dengan milisi pembebasan Palestina, Hamas, berakhir.

Hal yang menjadi catatan penting, langkah militer apa yang bakal dilakukan IDF selanjutnya di Gaza mengingat serangan dahsyat selama lebih dari sebulan pada faktanya belum melemahkan sama sekali kekuatan Hamas.

Baca juga: Kesaksian Saat Pertukaran Tawanan di Gaza: Hamas Benar-benar Tidak Bisa Dibunuh Israel

Hasan Illaik, seorang jurnalis desk militer dan geopolitik TC yang malang melintang di berbagai media dan platform, termasuk karier 15 tahun bersama harian Al Akhbar, menggarisbawahi kalau IDF justru akan menghadapi potensi besar kehilangan lebih banyak personel dan peralatan militer saat berniat menggempur Gaza lebih keras dari sebelum gencatan senjata.

Dalam ulasannya, di menulis kalau sebelum senja tanggal 26 November, pejuang dari sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, memulai proses penyerahan sejumlah tawanan Israel yang ditangkap selama operasi Banjir Al-Aqsa tanggal 7 Oktober kepada Palang Merah Internasional.

Pemindahan perempuan dan anak-anak ini terjadi di Jalur Gaza di tengah-tengah apa yang tampak seperti parade pasukan keamanan Al Qassam.

"Pejuang Al-Qassam tiba dengan kendaraan roda empat dan mengerahkan diri di sekitar lokasi, mengenakan seragam lengkap dan membawa senjata. Dikelilingi oleh warga sipil yang bersorak atas perlawanan, pemindahan tawanan Israel selesai dengan lancar dan tenang," kata Hasan Illaik dalam ulasannya.

Peristiwa transfer tawanan ini, kata dia, terjadi di Palestine Square di Kota Gaza pada hari ketiga gencatan senjata setelah perang selama 49 hari.

Perlu dicatat, pemandangan ini terjadi setelah bombardemen penuh terhadap Gaza selama periode tersebut.

"Sepanjang perang, Kota Gaza telah menjadi sasaran pengepungan yang mencekik dan bombardemen serangan udara dan artileri Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya sejak tahun 1982," katanya.

Hasan menyebut, proses penyerahan di Palestine Square juga terjadi lebih dari sebulan setelah tentara Israel memulai operasi daratnya, yang bertujuan untuk menduduki Kota Gaza dan seluruh wilayah utara Jalur Gaza, menghancurkannya, dan membuat penduduk mereka mengungsi secara permanen.

"Namun gambaran para pejuang Al-Qassam yang dengan penuh percaya diri berjaga di Palestine Square pada tanggal 26 November, memberi kesan kepada semua yang hadir bahwa mereka tidak terluka oleh serangan brutal tentara Israel," kata dia.

Hasan menggambarkan, para anggota Brigade Al Qassam mengangkut para tahanan Israel dari berbagai tempat persembunyian dan lokasi penjemputan yang telah disepakati ke alun-alun, sambil memastikan kalau rumah persembunyian tersebut tidak akan ditemukan.

Ada yang mengeluarkan perintah, ada pula yang melaksanakannya secara mulus, di wilayah geografis yang mudah terlihat, yaitu kurang dari 150 kilometer persegi.

"Perlu diingat bahwa Israel dan AS telah mengalokasikan sumber daya intelijen yang sangat besar selama enam minggu terakhir untuk menggali jaringan terowongan Hamas yang luas, dan untuk mengetahui keberadaan para tahanan," kata Hasan.

Lewat hal ini, Hasan mencoba menggambarkan betapa upaya Israel dan AS untuk memetakan lokasi Hamas, hingga kini belum berhasil di Gaza yang sudah dikepung, disisir, dan dibombardir.

Baca juga: Acak-acak Gaza Utara Tapi Tak Temukan Markas Hamas, Israel Kini Mau Invasi Gaza Selatan

Gambaran operasi militer Tentara Israel di Gaza termasuk lokasi kamp pengungsian warga sipil, dan perbatasan di utara yang ditutup IDF.
Gambaran operasi militer Tentara Israel di Gaza termasuk lokasi kamp pengungsian warga sipil, dan perbatasan di utara yang ditutup IDF. (war mapper)

Hasan menjelaskan, merujuk pada peta di atas, kalau sebagian besar hasil dari operasi darat Israel di Gaza hanya berupa pembantaian warga sipil dan penghancuran infrastruktur yang masif, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada struktur militer perlawanan Palestina.

"Sejumlah pemimpinnya (Hamas) memang telah terbunuh – yang terbaru adalah komandan utara Al-Qassam dan anggota dewan militer Ahmed al-Ghandour – namun sistem komando dan kendalinya masih berjalan secara efektif," ulasan Hasan.

Baca juga: Komandan Brigade Utara Al Qassam Terbunuh, 4 Pimpinan Hamas Tewas Sejak Agresi Israel ke Gaza

Operasi Darat Tentara Israel Terbatas

Hasan mengatakan, bukti lebih lanjut dari masif sangat aktifnya Hamas, terletak pada ketidakmampuan tentara pendudukan untuk menembus, tanpa hambatan, seluruh wilayah utara Gaza.

Israel mengawali pergerakan daratnya dengan serangan udara yang intens, kemudian penembakan artileri. Setelah menghancurkan semua yang dilewatinya, tank-tanknya mulai bergerak maju.

"Hampir mustahil untuk menghadapi tank saat mereka masuk, karena tembakan udara membersihkan ruang 500 meter di depan, sementara peluru artileri membuka jalan 150 meter di depan unit darat," tulis Hasan.

Namun, bila memungkinkan, para anggota milisi pembebasan Palestina, meluncurkan rudal anti-lapis baja - Cornet, Conkurs, atau sejenisnya - dengan jangkauan melebihi seribu meter.

"Setelah tank mencapai target yang ditentukan, para pejuang perlawanan muncul seperti hantu dari bawah tanah atau puing-puing dan menembakkan peluru anti-lapis baja ke arah mereka, biasanya peluru buatan Al-Yassin, dengan jangkauan kurang dari 150 meter," kata Hasan menjelaskan taktik serangan pejuang Hamas menghadapi invasi darat IDF.

Atau, alternatifnya, papar Hasan, seorang anggota Hamas akan secara fisik mendekati tank-tank Israel dan memasang bom tempel yang meledak dengan cara yang hampir sama seperti granat tangan.

"Pekerjaan para milisi Hamas tidak berakhir di situ. Jika tank tidak mundur, dan tentara Israel memutuskan mempertahankan posisi, mereka akan diserang dengan tembakan senapan mesin atau alat peledak," kata Hasan.

Dia menyebut, para anggota milisi pembebasan Palestina lazimnya memfilmkan sebagian besar operasi serangan ke tentara IDF ini.

"Dan rekaman tersebut dikirim ke ruang operasi, yang kemudian memutuskan apa yang akan dipublikasikan. Jelas bahwa sistem komando dan kendali perlawanan Hamas masih beroperasi secara efektif," kata dia.

(FILES) Dalam gambar yang diambil pada 16 Januari 2023, tentara Israel mengambil bagian dalam latihan di fasilitas pelatihan perang kota tentara yang meniru Kota Gaza, di pusat pelatihan Tze'elim di gurun Negev selatan. Israel belum melancarkan invasi darat ke Gaza, meskipun telah mengumumkan akan segera melakukan invasi tersebut. Penundaan ini menurut laporan media dan para ahli disebabkan oleh tekanan internasional, perpecahan politik-militer, dan kekhawatiran atas sandera. Delapan belas hari setelah serangan paling mematikan yang pernah dilancarkan ke Israel oleh gerakan Islam Palestina Hamas yang menguasai Gaza, militer Israel tanpa henti menggempur wilayah tersebut. (MENAHEM KAHANA/AFP)
(FILES) Dalam gambar yang diambil pada 16 Januari 2023, tentara Israel mengambil bagian dalam latihan di fasilitas pelatihan perang kota tentara yang meniru Kota Gaza, di pusat pelatihan Tze'elim di gurun Negev selatan. Israel belum melancarkan invasi darat ke Gaza, meskipun telah mengumumkan akan segera melakukan invasi tersebut. Penundaan ini menurut laporan media dan para ahli disebabkan oleh tekanan internasional, perpecahan politik-militer, dan kekhawatiran atas sandera. Delapan belas hari setelah serangan paling mematikan yang pernah dilancarkan ke Israel oleh gerakan Islam Palestina Hamas yang menguasai Gaza, militer Israel tanpa henti menggempur wilayah tersebut. (MENAHEM KAHANA/AFP) (AFP/MENAHEM KAHANA)

Lebih besar dari Perang Tahun 1973?

Operasi darat Israel di Jalur Gaza utara dimulai setelah tiga minggu serangan udara awal dan persiapan pasukan invasi.

Lebih dari 100.000 tentara dikerahkan di sekitar Jalur Gaza yang luas totalnya sekitar 360 kilometer persegi.

"Sebagian besar pasukan ini merupakan anggota pasukan reguler, dan Israel mengerahkan 300.000 tentara dan perwira cadangan – lebih banyak dari jumlah tentara cadangan yang dipanggil Rusia untuk berperang di garis depan sejauh 1.500 km," kata Hasan.

Di Gaza utara, Israel sejauh ini telah mengerahkan brigade dan batalyon tempur reguler (non-cadangan): Brigade Golani, Brigade Nahal, Brigade Givati, Pasukan Terjun Payung, Pasukan Operasi Khusus “Shayetet 13,” Unit Operasi Staf Khusus (Sayeret Matkal) , dan seterusnya.

"Semua pasukan reguler yang dapat dikerahkan oleh tentara pendudukan Israel telah dikerahkan sepenuhnya di Jalur Gaza sejak awal minggu keempat perang," tulis Hasan.

Selain itu, Israel telah memobilisasi setengah dari persediaan artileri, setengah dari angkatan udaranya, dan seribu kendaraan lapis baja, termasuk tank dan pengangkut pasukan.

Perkiraan dari Hamas menyebutkan kalau jumlah total pasukan reguler dan cadangan yang dikerahkan di perbatasan Jalur Gaza, dan di dalamnya, melebihi jumlah tentara Israel yang berpartisipasi dalam serangan balasan perang tahun 1973 di front Suriah dan Mesir.

Dalam perang ini, Israel tidak berusaha memasuki Gaza dari “poros tradisional”, yaitu dari timur menuju lingkungan Shuja'iya di Kota Gaza.

"Sebaliknya, serangan mereka dimulai di tengah-tengah Jalur Gaza, di wilayah yang disebut “Wadi Gaza” dengan populasi dan kepadatan perkotaan yang rendah, yang berarti bahwa kemampuan Hamas untuk menghadapinya juga rendah," kata Hasan.

Tentara pendudukan Israel mampu memasuki wilayah ini, dari timur ke barat, dan secara efektif memisahkan bagian utara Jalur Gaza dari selatannya.

"Namun, hingga gencatan senjata berlaku, pejuang perlawanan masih melakukan operasi terhadap pasukan Israel, khususnya di wilayah Juhr al-Dik," kata dia.

Sasaran serangan lainnya adalah di wilayah Beit Lahia dan Beit Hanoun di Gaza utara.

Pada tanggal 24 November, ketika gencatan senjata sementara diumumkan, tentara pendudukan Israel tidak mampu mengendalikan wilayah tersebut dan terus menghadapi operasi mematikan yang dilakukan oleh berbagai pasukan milisi perlawanan Palestina.

Baca juga: Taktik Baru Gerilya Hamas Lawan IDF, Pancing Tentara Israel Pakai Speaker Lalu Hujani Tembakan

Poros kemajuan ketiga dan utama adalah di bagian barat Gaza, di sepanjang garis pantai Jalur Utara.

Tank-tank Israel maju dari utara dan tengah, sepanjang pantai Mediterania, hingga menembus Rumah Sakit Al-Shifa dan pusat-pusat pemerintahan lainnya, seperti gedung Dewan Legislatif.

Binatu yang dicuci menggunakan air laut karena kekurangan air bersih dan listrik, digantung di depan gubuk di sepanjang pantai di Deir el-Balah di selatan Jalur Gaza pada 29 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Israel menggempur Gaza yang dikuasai Hamas pada tanggal 29 Oktober, dalam serangan udara dan darat yang meningkat ketika PBB memperingatkan bahwa ketertiban sipil ?mulai rusak? di wilayah Palestina yang terkepung. Ribuan warga sipil, baik warga Palestina maupun Israel, telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza memasuki Israel selatan dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memicu perang yang diumumkan oleh Israel terhadap Hamas dengan pemboman balasan di Gaza. (Photo by MAHMUD HAMS / AFP)
Binatu yang dicuci menggunakan air laut karena kekurangan air bersih dan listrik, digantung di depan gubuk di sepanjang pantai di Deir el-Balah di selatan Jalur Gaza pada 29 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Israel menggempur Gaza yang dikuasai Hamas pada tanggal 29 Oktober, dalam serangan udara dan darat yang meningkat ketika PBB memperingatkan bahwa ketertiban sipil ?mulai rusak? di wilayah Palestina yang terkepung. Ribuan warga sipil, baik warga Palestina maupun Israel, telah tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza memasuki Israel selatan dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memicu perang yang diumumkan oleh Israel terhadap Hamas dengan pemboman balasan di Gaza. (Photo by MAHMUD HAMS / AFP) (AFP/MAHMUD HAMS)

Pantai Gaza, Titik Lemah Hamas

Hasan menganalisis, di sepanjang garis pantai, tidak terdapat terowongan pertahanan Hamas.

Hal ini karena sifat tanahnya, kurangnya populasi dan infrastruktur, serta kemungkinan air laut bocor ke dalam terowongan.

"Hal maksimal yang dapat dicapai oleh milisi perlawanan Hamas, secara defensif, di poros ini, adalah dengan menghalau pendaratan angkatan laut – bukan menghentikan gerak maju tank atau serangan udara dahsyat yang mendahuluinya," kata dia.

Hasan menjelaskan, titik utama dalam poros ini adalah Kamp Pantai, yang mana tentara pendudukan Israel tidak dapat memasukinya karena keganasan perlawanan di sana.

Sejauh ini, Tel Aviv telah mengakui kematian lebih dari 70 tentara dan perwira, dan ratusan lainnya terluka.

"Sumber Hamas membenarkan kalau  konfrontasi sebenarnya dengan pasukan Israel baru dimulai setelah IDF memasuki Kompleks Medis Rumah Sakit Al-Shifa," kata Hasan.

"Frekuensi dan intensitas pemboman udara dan artileri Israel tidak memungkinkan pejuang Hamas untuk menghalau gerak maju pasukan IDF, karena daya tembak yang sangat besar meledakkan sebagian besar Improvised Explosive Devices (IED) alias alat peledak rakitan," kata Hasan.

IED ini ditujukan Hamas untuk meledakkan tank atau infanteri dan memblokir atau menghancurkan pintu masuk terowongan.

"Oleh karena itu, kelompok perlawanan menunggu jeda pemboman, masuknya tank, dan pembukaan kembali terowongan untuk memulai operasinya. Pada tahap ini, para pejuang menunggu infanteri Israel muncul dari kendaraan lapis baja mereka untuk membidik mereka," papar Hasan menjelaskan cara pertempuran Hamas sejauh ini dalam perang kota di Gaza.

Hal ini, kata dia, terlihat dalam sejumlah operasi perlawanan Hamas di poros utara dan barat pergerakan pasukan pendudukan Israel.

Sejauh ini, kelompok perlawanan menegaskan kalau mereka telah merusak dan menghancurkan lebih dari 300 kendaraan lapis baja Israel. Beberapa di antaranya dibuang karena rusak dan tidak bisa dipakai, sementara yang lain disimpan untuk digunakan kembali.

"Seorang sumber mengkonfirmasi lebih lanjut kepada TC bahwa jumlah korban tentara Israel, baik tewas maupun terluka, jauh lebih besar daripada yang diumumkan Tel Aviv," tulis Hasan.

Apa yang Bakal Dilakukan IDF?

Sebelum gencatan senjata tanggal 24 November, tentara pendudukan Israel tampak sudah kehabisan kemampuannya untuk bermanuver di darat.

"Mereka telah mengerahkan sebagian besar pasukan tempur regulernya di wilayah utara dan barat (Gaza)," kata Hasan.

Hasan menilai, IDF perlu mencari solusi inovatif jika ingin mencapai wilayah padat penduduk di Gaza utara, seperti kamp pengungsi Jabalia, lingkungan Al-Zaytoun dan Al-Shuja'iya, kamp pantai Al-Shati, dan tempat-tempat penting lainnya yang sejauh ini gagal dimasuki pasukan Israel.

"Daerah-daerah ini adalah titik awal perlawanan Palestina, di mana kekuatan-kekuatan ini telah mempersiapkan diri – dan infrastruktur terowongan mereka – untuk menghadapi konfrontasi yang sengit dan berlarut-larut," kata Hasan.

Hasan menganalisis, alasan utama pemerintah Israel menyetujui gencatan senjata jangka pendek adalah karena serangan darat mereka mentok di batas ini – selain faktor-faktor lain seperti tekanan dari AS untuk membebaskan tawanan Amerika.

"Sederhananya, tentara Israel perlu mengaji ulang rencananya dan mengembangkan strategi baru untuk maju di lapangan," tulis Hasan.

Hasan menyatakan, penting untuk dicatat kalau norma-norma perang yang berlaku dalam konflik bersenjata biasa, seperti di Ukraina, Suriah, Irak, atau Sudan, belum tentu berlaku di Jalur Gaza.

Ketika peta kendali menunjukkan tentara Ukraina menguasai suatu wilayah, tentara Rusia telah mundur dari wilayah tersebut, dan sebaliknya.

"Di Gaza, peta yang menunjukkan tentara Israel (ada) di suatu wilayah tidak berarti penarikan pasukan Hamas, karena pasukan Hamas tidak memiliki kendaraan lapis baja atau formasi tradisional untuk dikeluarkan dari wilayah yang diserang musuh," katanya.

Alih-alih mundur, Hasan mengatakan, para pejuang Hamas seolah menghilang begitu saja di area yang diduduki tentara IDF.

"Mereka di bawah tanah menunggu munculnya tentara pendudukan dari tank mereka dan sejenisnya," kata Hasan.

Intinya adalah, ulas Hasan, kalau peta Gaza yang saat ini beredar oleh pemerintah, media, dan lembaga think tank yang menampilkan kemajuan pergerakan lapangan tentara Israel di Gaza – akurat atau tidak – tidak menggambarkan kendali darat Israel, melainkan seberapa dalam serangan mereka di wilayah tersebut di Gaza.

Ketika gencatan senjata berakhir, bahkan jika gencatan senjata diperpanjang, kata Hasan, Tel Aviv akan meluncurkan kembali operasi daratnya.

"Pertama-tama mereka akan mempersiapkan lapangan dengan pemboman udara yang lebih ganas dari sebelumnya, yang dimaksudkan untuk membuat lebih dari 700.000 warga sipil yang tersisa di Jalur Gaza utara terlantar dan berdampak pada moral para pejuang Hamas," kata Hasan.

Hasan menhilai, Hamas juga sudah bersiap diri menghadapi serangan lebih ganas dari Israel dengan mempelajari realitas lapangan secara baik, memodifikasi rencana pertahanannya, menentukan tujuannya operasinya secara hati-hati, dan mengatur ulang garis pertahanannya untuk melawan musuh dengan efektivitas yang lebih besar dan menimbulkan kerugian sebesar mungkin terhadap IDF.

"Tujuan Israel adalah untuk menghancurkan perlawanan di Gaza utara sebagai persiapan untuk perang tahap berikutnya di selatan – yang mungkin dilakukan dengan cara yang berbeda, baik secara strategis maupun taktis. Yang diinginkan kelompok perlawanan adalah memaksa musuh menghentikan perang," kata Hasan menganalisis tujuan maisng-masing kubu dalam perang Gaza pasca-gencatan senjata.

Hasan menekankan, sejak awal, Tel Aviv menetapkan dua tujuan perang secara umum, dan operasi darat pada khususnya: menghancurkan perlawanan dan membebaskan para tahanan.

"Peristiwa yang terjadi pada tanggal 26 November di Palestine Square, di jantung Kota Gaza, menunjukkan kepada kita organisasi Hamas yang masih utuh dan mampu memberi balasan serangan ke Israel," kata Hasan.

Faktanya Hamas masih sangat kuat, beberapa hari kemudian setelah 26 Oktober, pemerintah Israel memang justru harus menyaksikan kalau para tawanan Israel dibebaskan sesuai dengan persyaratan yang terutama ditentukan oleh Hamas: operasi militer harus dibekukan (dan diawasi dengan ketat), tahanan Palestina dibebaskan dari tahanan Israel, dan bantuan mulai mengalir kembali ke jalur Gaza yang terkepung.

"Lima puluh hari setelah perang Israel yang sangat tidak proporsional di Gaza, perlawanan Palestina masih mampu mendikte Israel – meskipun militer pendudukan Israel telah melakukan pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap lebih dari 20.000 warga sipil, ratusan ribu orang mengungsi, dan penghancuran besar-besaran rumah tinggal, rumah sakit, dan sekolah," kata Hasan.

"Ketika konflik kembali terjadi pada hari-hari mendatang, dan perang antarpasukan dimulai dengan sungguh-sungguh, Brigade Al Qassam mungkin akan menimbulkan akibat yang lebih tinggi bagi IDF, suatu hal yang tidak dapat ditoleransi oleh Israel," kata Hasan menutup ulasannya.

(oln/TC/*)

 
 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved