Konflik Palestina Vs Israel
Berselisih dengan Militer, PM Israel Tunda Serangan Darat Besar-besaran ke Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan menunda serangan darat ke Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dilaporkan menunda serangan darat ke Jalur Gaza.
Selain itu, Netanyahu juga dikabarkan berselisih dengan militer Israel lantaran menolak menandatangani rencana serangan.
Mewartakan dari Russia Today yang mengutip The New York Times, (27/10/2023), Netanyahu yang dikenal sebagai pemimpin sayap kanan itu telah bersumpah akan menghancurkan Hamas yang melancarkan serangan tiba-tiba pada tanggal 7 Oktober lalu.
Akan tetapi, hingga kini belum ada kesepakatan di antara para pejabat Israel mengenai bagaimana dan kapan Israel akan melenyapkan Hamas di Gaza.
Israel saat ini telah memobilisasi sekitar 360.000 tentara cadangan dan melancarkan serangan udara ke Gaza selama hampir 3 pekan.
Menurut New York Times, militer Israel bisa saja mulai melancarkan serangan darat pada pekan ini.
Baca juga: Hizbullah Mengganas di Perbatasan Selatan Lebanon: 40 Tentara Israel Tewas, 12 Tank Merkava Hancur
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mematangkan rencana serangan. Namun, menurut narasumber yang didapatkan koran kenamaan asal Amerika Serikat (AS) itu, Netanyahu masih menolak rencana itu.
Netanyahu sendiri sudah lama menjadi sosok kontroversial di Israel. Para pengkritiknya menuding dia melakukan tindak korupsi dan bersikap otoriter.
Pada tahun ini muncul polemik reformasi yudisial di Israel. Reformasi itu didukung oleh Netanyahu yang kembali berkuasa di negara itu sejak lalu.
Adapun serangan Hamas saat ini adalah masalah keamanan terbesar yang dihadapi Israel dalam lima dasawarsa terakhir.
Cara pemerintahan Israel menangani kasus penculikan/penawanan oleh Hamas juga menambah tekanan politik terhadap perdana menteri berumur 74 tahun itu.
Baca juga: Uni Eropa Desak Penghentian Serangan Israel agar Bantuan Bisa Masuk
Sebagai contoh, Yocheved Lifshitz (85), seorang warga Israel yang pernah ditawan Hamas, mengkritik pemerintah Israel.
Lifshitz dibebaskan pekan ini. Saat diwawancarai pada hari Selasa, (24/10/2023), dia menuding pemerintah Israel sama sekali tidak membantu ketika Hamas menyerang kawasan tempat tinggalnya.
Menurut New York Times, salah satu alasan membuat Israel menunda serangan darat ialah adanya harapan bahwa perundingan tentang pembebasan tawanan bisa membuahkan hasil. Perundingan dengan Hamas itu ditengahi oleh Qatar.
Beberapa pejabat Israel lebih disebut lebih suka apabila serangan yang akan dilakukan militer Israel itu berskala lebih kecil dan menargetkan bagian kecil dari wilayah Gaza.
Di samping itu, muncul kekhawatiran bahwa serangan darat besar-besaran malah bisa membuat bengkak biaya perang dan memicu eskalasi dengan pihak lain di Timur Tengah, termasuk Hisbullah.
Baca juga: Utusan Palestina Sindir Negara-negara Berstandar Ganda di PBB, Desak Hentikan Israel Bombardir Gaza
(Tribunnews/Febri)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.