Kamis, 2 Oktober 2025

Gempa Afghanistan: 'Sejumlah pria menolak menyentuh perempuan yang terluka atau meninggal'

PBB mengatakan 90% korban jiwa dalam gempa bumi di Afghanistan baru-baru ini adalah perempuan dan anak-anak, hal ini sebagian disebabkan…

BBC Indonesia
Gempa Afghanistan: 'Sejumlah pria menolak menyentuh perempuan yang terluka atau meninggal' 

Saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa sebagian besar perempuan yang meninggal dikuburkan pada hari yang sama tanpa dimandikan sebagaimana diatur dalam Islam.

Tugas tersebut harus dilakukan oleh seorang perempuan, dan banyak keluarga tidak dapat menemukan seorang pun untuk melakukannya.

Bantuan dibatasi

Para aktivis juga mengatakan bahwa pembatasan yang dilakukan Taliban menghambat pertolongan medis terhadap korban luka.

Di bawah pemerintahan Taliban, perempuan tidak diizinkan bepergian tanpa didampingi oleh kerabat laki-laki.

Fariba*, sukarelawan berusia 21 tahun, bekerja di unit gawat darurat di rumah sakit Herat dengan kapasitas 500 tempat tidur.

Dia ingin segera kembali bekerja begitu mendengar gempa tersebut. Dia mengenakan mantel panjang dan jilbabnya, lalu meninggalkan rumah menuju rumah sakit.

Namun supir taksi menolak membawanya ke sana karena dia tidak mengenakan burqa dari kepala hingga kaki dan juga tidak ditemani oleh seorang pria.

“Sopir taksi mengatakan departemen kebajikan dan kejahatan akan menyita mobil mereka dan mengenakan denda besar sebesar 10.000 Afghani (sekitar Rp2 juta) jika mereka memberi saya tumpangan. Saya berjalan selama satu jam untuk sampai ke rumah sakit,” tambahnya.

Fariba mengatakan bahwa beberapa pekan sebelum gempa terjadi, Taliban mulai menghukum pengemudi yang membawa penumpang perempuan sendirian atau mereka yang tidak mengenakan burqa.

BBC mengetahui bahwa beberapa pejabat Taliban memang mengunjungi rumah sakit utama dan mendesak para dokter perempuan untuk bekerja – mengingat ada begitu banyak perempuan yang terluka dan dokter pria tidak dapat mengatasinya. Namun, tidak jelas bagaimana para dokter perempuan dapat melakukannya.

Saksi mata di rumah sakit mengatakan ada banyak perempuan yang terluka setelah gempa, namun sangat sedikit staf medis yang bisa memenuhi kebutuhan mereka.

Fariba menyalahkan milisi Taliban atas kejadian ini.

“Taliban melarang dokter laki-laki merawat pasien perempuan. Hal ini memberikan banyak tekanan pada sekelompok kecil dokter dan perawat perempuan,” katanya.

Dr Salma juga mengatakan Taliban mencegahnya membantu satu korban.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved