Selasa, 7 Oktober 2025
Deutsche Welle

Kudeta Gabon: Presiden Terpilih Ali Bongo Jadi Tahanan Rumah

Sekolompok perwira militer di Gabon membubarkan lembaga pemerintahan negara dan menempatkan Presiden Bongo sebagai tahanan rumah.…

Deutsche Welle
Kudeta Gabon: Presiden Terpilih Ali Bongo Jadi Tahanan Rumah 

Para perwira tinggi militer di Gabon muncul di televisi pada hari Rabu (30/08) untuk mengumumkan pembatalan hasil pemilihan umum (pemilu) baru-baru ini di negara itu, dengan alasan kurangnya kredibilitas.

Suara tembakan terdengar di pusat ibu kota Gabon, Libreville, tak lama setelah komite pemilu negara Afrika Tengah itu mengumumkan pada Rabu (30/08) pagi bahwa Presiden Ali Bongo, 64 tahun, memenangkan pemilu dengan perolehan suara sebanyak 64,27%.

Presiden terpilih jadi tahanan rumah

Para pemimpin kudeta militer itu kemudian menjadikan Presiden Bongo sebagai tahanan rumah, atas alasan "pengkhianatan", sementara tokoh-tokoh pemerintah lainnya juga telah ditahan atas berbagai tuduhan.

"Presiden Ali Bongo menjadi tahanan rumah, dikelilingi oleh keluarga dan dokter," ungkap para perwira militer Gabon dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi milik pemerintah.

Putra Presiden Bongo, Noureddin Bongo Valentin, yang juga merupakan penasihat presiden, termasuk di antara mereka yang ditangkap.

Presiden Bongo pun muncul dalam sebuah unggahan video di media sosial dan mengatakan bahwa, "saya mengirim pesan kepada semua teman di seluruh dunia, untuk memberikan suara mereka kepada ... orang-orang di sini yang menangkap saya dan keluarga saya."

"Saya berada di rumah dan baik-baik saja, tetapi saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, saya meminta kalian semua untuk membuat keributan," kata presiden berusia 64 tahun itu.

Semua lembaga pemerintahan dibubarkan

"Atas nama rakyat Gabon ... kami telah memutuskan untuk mempertahankan perdamaian dengan mengakhiri rezim saat ini," tegas para perwira militer itu dalam sebuah pidato sebelum fajar.

Kelompok yang tampil di televisi itu terdiri dari belasan kolonel angkatan darat, anggota pasukan elit Garda Republik, tentara reguler, serta anggota polisi dan pasukan keamanan lainnya.

Dengan mengklaim bahwa mereka mewakili semua suara pasukan keamanan dan pertahanan Gabon, para perwira itu menyatakan pembubaran "semua institusi republik" di negara itu.

Ketegangan semakin meningkat sejak pemilu

Setelah pemilu pada hari Sabtu (26/08), ketegangan menjadi semakin meningkat, di mana Presiden Bongo terpilih melanjutkan kekuasaan keluarganya yang telah berlangsung selama 55 tahun di tengah-tengah seruan oposisi untuk melakukan perubahan di negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi miskin secara ekonomi.

Kekhawatiran mengenai transparansi pemungutan suara pun meningkat, karena tidak adanya pengamat internasional, penangguhan siaran asing, hingga pemadaman internet secara nasional dan jam malam yang diberlakukan oleh pihak berwenang.

Pada tahun 2019 lalu, tentara militer Gabon juga mengumumkan di radio pemerintah bahwa mereka telah "membentuk dewan restorasi nasional" untuk menggulingkan Presiden Ali Bongo. Upaya kudeta militer itu telah berlangsung kurang dari seminggu, setelah pasukan militer menyerbu stasiun radio dan menangkap delapan komplotan, bahkan membunuh sedikitnya dua orang.

Perkembangan situasi terkini di Gabon itu telah terjadi hampir satu bulan, setelah pasukan pemberontak di Niger juga menggulingkan pemerintah terpilih secara demokratis.

Reaksi pemimpin dunia

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan bahwa dia "dengan tegas" mengutuk upaya kudeta militer tersebut dan menegaskan kembali "penentangannya yang kuat terhadap aksi kudeta militer," menurut juru bicaranya.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved