Minggu, 5 Oktober 2025

Erdogan unggul tipis dari Kilicdaroglu, apakah pemilu presiden Turki akan masuk putaran kedua?

Perebutan kursi kepresidenan di Turki tampaknya akan memasuki putaran kedua, dengan kedua pesaingnya bersikeras telah menggenggam…

Perebutan kursi kepresidenan di Turki tampaknya akan memasuki putaran kedua, dengan kedua pesaingnya bersikeras telah menggenggam kemenangan.

Setelah 20 tahun berkuasa, Recep Tayyip Erdogan berdiri di balkon markas besar partainya dan dengan yakin akan menang.

Sebelumnya, segalanya tampak masuk akal bagi lawannya - Kemal Kilicdaroglu - untuk menang.

Namun, hasil yang penghitungan suara yang belum lengkap menempatkannya di belakang Erdogan pada putaran pertama.

Dan kubu Erdogan juga bisa merebut mayoritas suara di parlemen.

Selama berbulan-bulan, berbagai partai oposisi Turki telah mengerahkan segala upaya untuk mengakhiri masa jabatan Presiden Erdogan, yang telah memperpanjang kekuasaannya secara dramatis sejak kudeta 2016 lalu gagal.

Pemilihan umum ini diawasi dengan sangat ketat di Barat karena Kilicdaroglu telah berjanji untuk menghidupkan kembali demokrasi Turki serta memperbaiki hubungan dengan sekutu NATO-nya.

Di sisi lain, pemerintah Presiden Erdogan, yang berakar Islam, menuduh Barat berencana menjatuhkannya.

Pada dini hari Senin, Kilicdaroglu berdiri di atas panggung di markas besar partainya di Ankara.

Didampingi oleh kedua sekutunya, dia mengeluarkan semua energinya agar terdengar bersemangat.

"Kalau bangsa kita menghendaki putaran kedua, kita pasti menang di putaran kedua," katanya.

Pendukung di luar markas partainya meneriakkan salah satu slogan, "semuanya akan baik-baik saja", tetapi belum jelas apakah semuanya akan baik-baik saja.

Sebelumnya, dengan penuh kemarahan, dia menuduh pemerintah berusaha untuk "menghalangi keinginan rakyat", dengan berulang kali melancarkan tantangan ke kubu oposisi.

Dua bintang yang sedang naik daun di partai tersebut, wali kota Istanbul dan Ankara, mengingatkan para pemilih bahwa ini adalah strategi yang telah digunakan oleh Partai AK Erdogan sebelumnya.

Mereka memuji tim sukarelawan oposisi yang sangat besar, yang menjaga surat suara, untuk memastikan tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi dalam proses pemungutan suara.

Baca juga:

Kilicdaroglu, 74 tahun, telah kalah dalam beberapa pemilihan umum sebagai pemimpin Partai Rakyat Republik. Namun, kali ini pesannya untuk mengakhiri kekuasaan presiden yang melampaui batas memunculkan simpati.

Turki juga telah terguncang oleh krisis biaya hidup dengan inflasi 44%, diperburuk lagi dengan kebijakan ekonomi ortodoks Erdogan.

Pemerintah Erdogan juga disalahkan atas respons penyelamatan yang lambat terhadap dua gempa bumi beruntun pada Februari, yang menewaskan lebih dari 50.000 orang di 11 provinsi.

Meski mengalami beberapa bulan yang sangat sulit, presiden Turki yang dominan itu tampaknya lebih unggul.

Berbicara kepada pendukung dari balkon yang dia gunakan pada kemenangan sebelumnya, dia mengumumkan bahwa "meskipun hasil akhirnya belum keluar, kita sudah berada jauh di depan".

Apakah dalam putaran kedua yang diperkirakan terjadi dua pekan ke depan dia akan memimpin atau tidak, Erdogan tampaknya telah menentang banyak lembaga survei yang mengatakan saingannya memiliki keunggulan dan bahkan bisa menang langsung tanpa putaran kedua.

Dia juga bisa mmeraih mayoritas suara di parlemen, bersama dengan sekutu nasionalisnya MHP, menurut hasil yang belum dikonfirmasi, yang dikutip oleh kantor berita Anadolu.

Pendukungnya mencemooh sekutu oposisi karena menyatakan bahwa Kilicdaroglu akan menjadi presiden Turki ke-13, dan kemudian secara bertahap menurunkan ekspektasi mereka.

Yang bisa ditunjukkan dari hasil penghitungan suara pemilu presiden ini adalah sejauh mana masyarakat Turki telah terpolarisasi, 100 tahun sejak Kemal Ataturk mendirikan republik Turki modern.

Pada jam-jam terakhir sebelum pemungutan suara dimulai, Kilicdaroglu mengakhiri kampanyenya dengan mengunjungi mausoleum Ataturk di Ankara.

Presiden Erdogan malah memilih untuk membuat pernyataan yang sangat simbolis kepada basis pendukung konservatif dan nasionalisnya, dengan membuat pidato kampanye di Hagia Sophia di Istanbul.

Di bawah Ottoman, bekas katedral Kristen Ortodoks telah menjadi masjid. Ataturk telah mengubahnya menjadi museum, tetapi pada 2020 Erdogan mengubahnya kembali menjadi masjid, menentang kritik internasional.

Belum jelas seberapa besar peluang putaran kedua, tapi sudah ada spekulasi yang cukup besar mengenai apa yang akan terjadi pada 5% suara yang diberikan kepada kandidat ketiga dalam pemilihan, ultranasionalis Sinan Ogan.

Dia tahu kedua pemimpin akan mencoba merayunya dan terikat untuk menetapkan beberapa persyaratan yang sulit.

Masih belum pasti apakah ketika Ogan mendukung salah satu kandidat, para pemilihnya di putaran pertama akan melakukan hal yang sama.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved