Selasa, 30 September 2025

'Anak Lapedo', temuan kerangka berusia 2.900 tahun yang memperkuat teori bahwa Neanderthal dan manusia modern pernah kawin

Temuan kerangka anak Lapedo telah memperkuat teori soal perkawinan antara manusia dan Neanderthal

Para peneliti memiliki dua hipotesis. Salah satunya adalah bahwa anak itu merupakan hasil persilangan satu kali antara manusia Neanderthal dan manusia modern.

Namun, Zilhão tidak yakin dengan hipotesis itu. Jika ini adalah peristiwa tunggal, langka, dan sporadis, kemungkinan untuk menemukan peristiwa tunggal ini 30.000 tahun kemudian hampir mustahil.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa Neanderthal dan sapiens memiliki hubungan seksual yang biasa antara satu sama lain.

“Kami tahu bahwa di Semenanjung Iberia saat kontak [antara keduanya] terjadi sekitar 37.000 tahun yang lalu. Jika kerangka ini berasal dari masa itu, teori pertama bisa berhasil. Tetapi jika anak itu berasal dari zaman yang lebih tua, implikasinya kami menjadi melihat pada tataran populasi, bukan pertemuan kausal antara dua invididu,” kata Zilhão.

Penanggalan radiokarbon menjawab pertanyaan itu. Anak Lapedo tersebut berusia 29.000 tahun.

“Jika ribuan tahun setelah kontak orang-orang pada zaman itu masih menunjukkan bukti anatomi populasi nenek moyang Neanderthal ini, itu pasti karena perkawinan silang tidak hanya terjadi satu kali. Itu adalah normal,” ujarnya.

Kuatnya bukti yang ditemukan oleh tim di Portugal membuat para ahli lainnya harus mempertimbangkan hipotesis ini secara serius.

Perubahan

Berkat penemuan ini, pemahaman kita terhadap Neanderthal sebagai sebuah spesies pun berubah.

Berdasarkan penelitian, Neanderthal tampaknya bukanlah spesies yang berbeda.

“Kami telah menafsirkan secara berlebihan perbedaan kecil pada kerangka wajah atau kekokohan kerangka,” kata Zilhão.

Penemuan fosil lain setelahnya dengan karakteristik yang mirip dengan anak Lapedo memperkuat teori perkawinan silang ini, yang kemudian didukung ketika para peneliti mengurutkan genom Neanderthal.

Begitulah kita mengetahui bahwa orang Eropa dan Asia mungkin memiliki hingga 4% DNA Neanderthal.

“Itu bukan berarti bahwa pada setiap diri kita, dua atau empat persen itu sama. Kalaupun Anda menggabungkan semua genom Neanderthal yang masih ada, itu hampir seperti 50 hingga 70 persen dari apa yang secara spesifik merupakan Neanderthal. Jadi genom Neanderthal bertahan hampir secara keseluruhan,” jelas dia.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved