Selasa, 7 Oktober 2025

China dan Taiwan Memanas

China dan Taiwan Makin Panas Saat Presiden Rusia Vladimir Putin Ingin Akhiri Perang dengan Ukraina

Kegiatan latihan militer China diketahui usai Amerika Serikat melakukan provokasi dengan meningkatkan bantuan militer kepada Taiwan.

Theatre Command/Handout via Reuters
Militer China menggelar latihan serangan militer besar-besaran di kawasan laut dan udara Taiwan ditengah hangatnya perayaan Natal, usai Amerika Serikat melakukan provokasi dengan meningkatkan bantuan militer kepada Taiwan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik China dan Taiwan makin memanas di tengah hangatnya perasaan Natal 2022.

Pada sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menginginkan mengakhiri perang dengan Ukraina yang telah berlangsung sejak 24 Februari 2022.

Menurut laporan Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, telah berlangsung latihan militer China pada Minggu (25/12/2022) di kawasan laut dan udara Taiwan dengan menerjunkan ratusan Tentara Nasional China (The People’s Liberation Army).

Baca juga: China Kecam AS yang Tingkatkan Bantuan Militer ke Taiwan Melalui UU Pertahanan

Kegiatan latihan militer China diketahui usai Amerika Serikat melakukan provokasi dengan meningkatkan bantuan militer kepada Taiwan.

Meski sejumlah pihak telah mengecam keras tindakan agresif militer China, namun pemerintah Beijing menegaskan serangan yang dilakukan negaranya merupakan bentuk protes atas keputusan undang-undang pertahanan AS yang mengesahkan bantuan militer senilai 10 miliar dolar AS kepada Taiwan.

Walau Taiwan menegaskan tidak memiliki hubungan diplomatik spesial dengan pemerintah AS.

Akan tetapi, Beijing menilai penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan bentuk provokasi yang dapat mengancam kedaulatan China atas Taiwan.

Alasan tersebut yang kemudian membuat China murka, hingga nekat meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi di kawasan Taiwan selama perayaan Natal berlangsung.

“Tentara Pembebasan Rakyat mengorganisir patroli kesiapan tempur bersama dan latihan tembakan bersama di laut dan wilayah udara di sekitar Pulau Taiwan," kata Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Shi Yu.

China tidak merinci berapa jumlah pesawat dan alat senjata perang yang dimobilisasi untuk latihan tersebut, namun melansir dari Al Jazeera selama latihan berlangsung China dilaporkan telah melayangkan sejumlah tembakkan yang ditujukan ke kawasan perbatasan Taiwan.

Latihan ini bukanlah kali pertama yang dilakukan militer China, sebelumnya pada Agustus lalu ketegangan antara China dan Taiwan pernah memuncak usai perjalanan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Ketegangan kembali terjadi pada Senin (12/12/2022) hingga Selasa (13/12/2022), setelah seorang anggota senior Partai Demokrat Liberal Jepang menyelesaikan kunjungannya ke Taiwan untuk menyerukan pendalaman kerja sama serta meningkatnya tekanan militer dan ekonomi kedua belah pihak.

Diperkirakan latihan militer ini akan kembali digelar, mengingat hubungan China dan Taiwan semakin merenggang dan panas.

Putin Ingin Akhiri Perang

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (22/12/2022) menyatakan Moskow ingin mengakhiri perang di Ukraina.

Baca juga: Rilis Kapal Selam Siluman Senjata Rudal Berkemampuan Nuklir, Putin: Militer Rusia Tak Tertandingi

Pernyataan Putin tersebut muncul sehari setelah Presiden AS Joe Biden menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih.

Dalam pertemuan itu Biden menjanjikan dukungan yang berkelanjutan dan tak tergoyahkan untuk Kyiv.

"Tujuan kami bukan untuk memutar roda konflik militer, tetapi sebaliknya, untuk mengakhiri perang ini," kata Putin, mengutip Reuters.

"Kami akan berusaha untuk mengakhiri ini, dan tentu saja lebih cepat lebih baik,” imbuhnya.

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan Putin sama sekali tidak menunjukkan indikasi bahwa dia bersedia bernegosiasi untuk mengakhiri perang, yang dimulai ketika Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari.

"Justru sebaliknya," kata Kirby kepada wartawan.

"Semua yang Putin lakukan di darat dan di udara menunjukkan seorang pria yang ingin terus melakukan kekerasan terhadap rakyat Ukraina dan meningkatkan perang,” imbuhnya.

Kirby menegaskan kembali bahwa Biden terbuka untuk pembicaraan dengan Putin, tetapi hanya setelah pemimpin Rusia itu menunjukkan keseriusan tentang negosiasi dan setelah berkonsultasi dengan Ukraina dan sekutunya.

Adapun, Moskow juga terbuka untuk melakukan negosiasi, tetapi pihaknya mencurigai taktik yang dilakukan Ukraina dan sekutunya untuk mengulur waktu menyusul serangkaian kekalahan dan mundurnya Rusia di medan perang.

"Saya telah mengatakan berkali-kali, intensifikasi permusuhan menyebabkan kerugian yang tidak dapat dibenarkan," kata Putin kepada wartawan.

"Cepat atau lambat, pihak mana pun dalam keadaan konflik akan duduk dan membuat kesepakatan. Semakin cepat kesadaran ini datang kepada mereka yang menentang kita, semakin baik. Kami tidak pernah menyerah dalam hal ini,” tambahnya.

Dalam wawancara itu, Putin juga memberikan pandangannya mengenai sistem pertahanan udara Patriot yang diberikan AS ke Ukraina.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-305, Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi

“Rudal Patriot yang diberikan AS untuk Kyiv sudah terlalu tua,” katanya, sembari membandingkan sistem pertahanan udara S-300 yang dimilikinya.

“Jadi pengiriman rudal Patriot hanya sia-sia dan itu hanya akan memperpanjang konflik,” tambah Putin.

Di sisi lain, Putin juga mengatakan batasan harga yang dikenakan pada minyak Rusia oleh negara-negara Barat, yang dirancang untuk membatasi kemampuannya mendanai perang, tidak akan merusak ekonomi Rusia.

Indonesia Khawatir

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan salah satu masalah yang tengah membayangi perekonomian global adalah ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan.

Indonesia pun saat ini sedang mengantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan dari persoalan tersebut.

"Yang harus kita khawatirkan sekarang adalah ketegangan geopolitik antara China dan Taiwan," kata Bahlil, dalam The Introduction to G20 Compendium and The Launch of Sustainable Investment Guidelines di Nusa Dua, Bali, yang ditayangkan Kompas TV, Senin (14/11/2022) siang.

Menurutnya, kondisi ini melahirkan ketidakpastian dan kecemasan di antara para pemimpin dunia dan pelaku ekonomi.

Sebagai seorang menteri yang juga merupakan pelaku ekonomi, ia pun menyebut fenomena ini sebagai 'ekonomi gelap'.

"Yang pada akhirnya kemudian sebagian ekonom termasuk saya, akiibat perang tersebut, dalam bahasa saya, saya sebut dengan 'ekonomi gelap'," jelas Bahlil.

Kendati demikian, di tengah ketidakpastian ekonomi dunia akibat persoalan geopolitik hingga pandemi virus corona (Covid-19), Bahlil menegaskan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 justru mengalami pertumbuhan.

"Tapi Indonesia, kita bersyukur bahwa pertumbuhan ekonomi kita di kuartal ketiga 2022 itu tumbuh 5,75 persen," tegas Bahlil.

Ia menekankan bahwa jika dibandingkan dengan negara anggota G20 lainnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik.

Baca juga: Jokowi Ungkap Dampak Perang di Ukraina, Tambah Ketidakpastian Global

Meskipun jika dilihat di kawasan Asia Tenggara, Indonesia kalah dari pertumbuhan ekonomi negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.

"Salah satu yang terbaik di negara-negara G20, namun di Asia Tenggara kita harus mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Vietnam jauh lebih baik ketimbang kita. Tapi untuk negara-negara G20, kita lebih baik daripada teman-Teman kita yang lain," pungkas Bahlil.

Sebelumnya, Bahlil menyebut perekonomian dunia sangat terdampak oleh beberapa faktor, termasuk pandemi virus corona (Covid-19).

Ia menjelaskan bahwa tidak ada satupun orang, termasuk investor yang memprediksi munculnya pandemi ini.

Kita tahu semua bahwa kondisi global dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, tidak pernah terduga oleh semua orang, tidak ada yang pernah berpikir suatu saat akan terjadi pandemi," papar Bahlil.

Indonesia pun ikut terseok dihantam pandemi, bahkan ada pula masalah lainnya yang kini turut menjadi pembahasan global yakni invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

"Dan kemudian dilanjutkan dengan persoalan perang antara Ukraina dan Rusia," jelas Bahlil.

Baca juga: Menteri Bahlil Khawatirkan Ketegangan Geopolitik China dan Taiwan: Timbulkan Ketidakpastian

Khusus Indonesia, kata dia, telah terhantam sejak terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

Sederet permasalahan geopolitik ini tentunya turut mendorong perekonomian global kian memburuk.

"Tapi bagi Indonesia, sesungguhnya kita sudah mendapat pukulan awal ketika terjadi perang dagang antara China dan Amerika. Kondisi geopolitik yang tidak menentu membuat dan memperparah kondisi ekonomi global," kata Bahlil.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved