Pengguna Twitter Atur Nasib Elon Musk, 57 Persen Minta Miliarder Itu Hengkang
Lebih dari 57 persen pengguna Twitter yang disurvei telah memutuskan bahwa Elon Musk harus mundur dari posisinya sebagai CEO platform tersebut.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA - Lebih dari 57 persen pengguna Twitter yang disurvei telah memutuskan bahwa Elon Musk harus mundur dari posisinya sebagai CEO platform tersebut.
Desakan ini digaungkan setelah serangkaian perubahan kebijakan kontroversial yang diterapkan miliarder itu.
Musk akan melanjutkan kepengurusan perusahaan melalui pemungutan suara.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (19/12/2022), Musk meluncurkan jajak pendapat pada hari Minggu kemarin yang meminta pengguna Twitter untuk memutuskan 'haruskah saya mundur sebagai bos Twitter?'.
Sebagai pemilik sekaligus CEO tunggal platform tersebut, Musk berjanji untuk mematuhi hasil survey tersebut.
Baca juga: Nilai Saham Tesla Meroket di Tengah Desas-desus Hengkangnya Elon Musk dari Twitter
Sama seperti yang ia lakukan saat mengumumkan keputusan untuk mengembalikan akun mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke publik.
Pada saat jajak pendapat ditutup pada Minggu malam, 57,5 persen dari lebih dari 17 juta responden meminta agar Musk mundur, dengan 42,5 persen berharap ia tetap memegang kendali.
Namun Musk belum memberikan komentar terkait hasil jajak pendapat tersebut pada Senin pagi waktu setempat.
Dalam percakapan dengan beberapa pengguna Twitter terkemuka pada hari Minggu malam, pengusaha tersebut mengatakan bahwa ia 'tidak memiliki penerus'.
Tidak hanya itu, ia menekankan bahwa menemukan 'CEO yang dapat membuat Twitter tetap hidup', tentunya akan menjadi sebuah tantangan.
"Tidak ada yang menginginkan pekerjaan yang dapat membuat Twitter tetap hidup," cuit Musk.
Baca juga: Elon Musk Bikin Jajak Pendapat: Haruskah Saya Mundur Sebagai Bos Twitter?
Musk membeli Twitter seharga 44 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada Oktober lalu.
Ia berjanji untuk membatalkan beberapa kebijakan sensornya dan menjadikan platform itu sebagai 'alun-alun kota digital' untuk mengizinkan debat bebas dan terbuka.
Sejak pengambilalihan Twitter, Musk telah memecat lebih dari setengah staf platform tersebut, termasuk eksekutif senior yang terlibat dalam pelarangan akun Trump.