Konflik Rusia Vs Ukraina
Mantan Ajudan Sebut Putin Bersiap Melarikan Diri ke Venezuela Jika Rusia Kalah Perang
Mantan ajudan Vladimir Putin mengklaim sang presiden sudah menyiapkan rencana pelarian diri seandainya kalah perang.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia dan orang-orangnya sudah memiliki rencana untuk melarikan diri jika situasi tak berjalan seperti yang diharapkan, ujar seorang mantan ajudan Vladimir Putin.
Abbas Gallyamov, mantan penulis pidato untuk Putin, membuat klaim tersebut lewat Telegram pada Rabu (7/12/2022) pagi.
Abbas Gallyamov menyebut ia memiliki "orang dalam" yang mengetahui rencana tersebut.
Rencana evakuasi itu, menurut Gallyamov, dimulai pada musim semi.
Rencana itu secara tidak resmi dinamai "Bahtera Nuh".
"Sesuai dengan namanya, ini tentang mencari tanah baru untuk didatangi seandainya di tanah air benar-benar tidak nyaman,” tulis Gallyamov, dilansir Daily Beast.
Baca juga: Klaim Takkan Gunakan Nuklir, Putin Akui Perang di Ukraina Bisa Berubah Jadi Proses Jangka Panjang
"Rombongan pemimpin Rusia tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa dia akan kalah perang, kehilangan kekuasaan, dan harus segera dievakuasi ke suatu tempat."
Lingkaran dalam Putin awalnya mempertimbangkan rencana untuk mengungsi ke China, kata Gallyamov.
Tetapi, mereka mengkhawatirkan kemungkinan kerja sama dari China yang sangat kecil, terutama karena China membenci "pecundang".
Sekarang, kata Gallyamov, fokus telah bergeser ke Argentina atau Venezuela.
Ia menyebut saat ini sekutu Putin, Igor Sechin, sedang mengawasi rencana evakuasi ke Venezuela.
Rencananya sejauh ini, kata Gallyamov, bahwa Sechin secara resmi mengundurkan diri dari raksasa minyak Rosneft, untuk menangani "pekerjaan di lokasi".

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-288: Putin Sebut Perang Bisa Jadi Proses Jangka Panjang
Mengutip dua sumber yang dekat dengan administrasi kepresidenan dan satu sumber di Rosneft, saluran Telegram Mozhem Obyasnit juga melaporkan bahwa pejabat tinggi sudah mulai membeli real estat dan berupaya mendapatkan hak tinggal di Venezuela.
Sementara mereka yang berpangkat lebih rendah dalam pemerintahan kepresidenan dan pemerintah Rusia mencari tempat tinggal di Ekuador, Paraguay, dan Argentina, menurut laporan itu.
Secara khusus, sebuah sumber mengatakan, pejabat Rusia telah mendapatkan properti di Pulau Margarita Venezuela, di mana mereka yakin akan aman dari ekstradisi.
"Pulau Margarita di Venezuela bagaikan Courchevel lokal mereka," kata sumber itu, membandingkan calon tempat persembunyian Kremlin dengan resor ski Pegunungan Alpen Prancis yang terkenal.
Mengakui dirinya tidak memiliki perincian lebih lanjut, Gallyamov mengatakan bahwa Kremlin tampaknya memiliki lebih dari satu rencana.
Klaim Gallyamov muncul ketika Vladimir Putin meremehkan laporan tentang tingkat moral yang rendah di antara pasukannya.
Banyak laporan muncul dalam beberapa minggu terakhir tentang pasukan wajib militer yang melarikan diri dari pangkalan mereka secara massal karena peralatan dan pasokan yang buruk.
Namun, menurut Putin, semuanya baik-baik saja.
"Tidak ada masalah dengan desersi di zona [operasi militer khusus]."
"Ada insiden yang terisolasi, tetapi secara keseluruhan, tidak ada yang seperti itu."
"Apakah ada orang yang meninggalkan posisinya? Ya, itu telah terjadi."
"Ini semakin jarang terjadi," klaim Putin pada hari Rabu saat bertemu dengan anggota dewan hak asasi manusia Rusia.
Putin juga membantah laporan dari kelompok hak asasi manusia bahwa sebuah "kamp" telah didirikan di mana ratusan pembelot Rusia ditahan secara paksa di ruang bawah tanah.
Ia mengklaim bahwa laporan semacam itu "palsu".
Memperingatkan bahwa perang kemungkinan akan menjadi "proses yang panjang", Putin lebih menekankan untuk merebut lagi wilayah Ukraina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)