Iran Memanas
Organisasi HAM Iran Sebut 76 Orang Tewas dalam Aksi Protes Bela Mahsa Amini, Jurnalis Ditangkap
Protes anti-pemerintah karena kematian Mahsa Amini masih meluas di Iran. Organisasi HAM Iran menyebut setidaknya 76 orang telah tewas.
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 76 orang tewas dalam protes anti-rezim di Iran atas kematian wanita Kurdi bernama Mahsa Amini setelah ditangkap polisi moral, menurut organisasi Iran Human Rights di situs resminya.
Angka itu naik dari yang sebelumnya dilaporkan 57 tewas per 25 September.
Iran sekarang meningkatkan penangkapan terhadap aktivis dan jurnalis, ungkap organisasi tersebut.
Jumlah korban tewas menurut perhitungan resmi pihak berwenang Iran adalah 41 orang, termasuk beberapa anggota pasukan keamanan.
Dilansir The National, para pejabat mengatakan pada hari Senin (26/9/2022) bahwa mereka telah menangkap lebih dari 1.200 orang.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di ibukota Teheran dan di tempat lain pada hari Senin untuk demonstrasi malam ke-11, kata saksi mata kepada AFP.
Baca juga: Pengunjuk Rasa Pro-Pemerintah Iran Turun ke Jalan di Tengah Meluasnya Protes Kematian Mahsa Amini
Kerumunan di Teheran menyerukan diakhirinya lebih dari tiga dekade kekuasaan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei (83).
Direktur Iran Human Rights, M. Amiry-Moghaddam, membagikan sejumlah video aksi protes di akun Twitter-nya.
Rekaman video dan sertifikat kematian yang diperoleh IHR menunjukkan bahwa amunisi langsung ditembakkan ke pengunjuk rasa.
Jurnalis dan Aktivis Ditangkap

Sementara itu, 20 jurnalis telah dipenjara sejak protes dimulai, menurut Committee to Protect Journalists yang berbasis di Washington.
Sejumlah aktivis dan pengacara juga telah ditahan, termasuk aktivis terkemuka kebebasan berbicara Hossein Ronaghi, yang ditangkap pada akhir pekan lalu.
Penangkapan itu dilakukan di atas pembatasan internet yang ketat dan pemblokiran situs-situs termasuk Instagram dan WhatsApp, yang menurut para aktivis bertujuan untuk mencegah rincian protes mencapai dunia luar.
"Dengan menargetkan jurnalis di tengah banyak kekerasan setelah membatasi akses ke WhatsApp dan Instagram, pihak berwenang Iran mengirimkan pesan yang jelas bahwa tidak boleh ada liputan protes," ujar Reporters Without Borders dalam sebuah pernyataan.
Ronaghi, seorang kritikus kepemimpinan Iran, mengatakan dalam sebuah video yang diposting pada akhir pekan bahwa dia awalnya menghindari penangkapan dengan melarikan diri dari apartemennya ketika petugas mendatanginya.
Tetapi dia kemudian ditahan pada hari Sabtu ketika pergi ke penjara Evin Teheran untuk menemui jaksa dan juga dipukuli oleh agen keamanan, tulis saudara, Hassan, di Twitter.
Ibunya mengatakan kepada Manoto TV dalam sebuah wawancara bahwa kaki Ronaghi patah.
Laporan mengatakan bahwa pengacaranya, yang menemaninya ke Evin, juga telah ditahan.
Dua pengacara lain juga telah ditangkap, tulis pengacara Saeid Dehghan di Twitter.
"Ini berarti membela pengunjuk rasa dilarang," katanya.
Siapa Mahsa Amini? Wanita Iran yang Kematiannya Memicu Aksi Protes Besar-besaran di Berbagai Negara
Mahsa Amini adalah seorang wanita 22 tahun yang tewas saat berada dalam penahanan polisi.
Ia ditahan karena dianggap tidak memakai jilbab dengan benar.
Dilansir Harper's Bazaar, pada 13 September, Mahsa Amini datang ke ibukota Iran, Teheran untuk kunjungan keluarga.
Ia berasal dari kota Saqqez di Provinsi Kurdistan, di Iran barat.
Saat berada di pintu masuk Jalan Raya Haqqani bersama saudara laki-lakinya Kiaresh Amini, Mahsa Amini ditangkap oleh 'Patroli Bimbingan'.
Mahsa Amini lalu dipindahkan ke agen 'Keamanan Moral'.
Dalam sebuah video CCTV yang dirilis oleh polisi Teheran, tampak Mahsa Amini jatuh ke tanah saat ditangkap.
Saudara laki-laki Amini diberitahu bahwa Amini akan dibawa ke pusat penahanan untuk menjalani "kelas pengarahan".
Amini dijanjikan akan dibebaskan tidak lama kemudian.
Namun Amini tidak pernah dibebaskan.

Amini justru dilarikan ke Rumah Sakit Kasra, di mana dia meninggal pada hari Jumat (16/9/2022), setelah sempat koma selama tiga hari.
Dalam sebuah posting-an di Instagram yang kini sudah dihapus, rumah sakit mengklaim Mahsa Amini sudah mati otak pada saat kedatangannya.
"Resusitasi dilakukan pada pasien, detak jantung kembali dan pasien dirawat di unit perawatan intensif," tulis pihak rumah sakit, lapor The Guardian.
"Sayangnya, setelah 48 jam pada hari Jumat, pasien mengalami serangan jantung lagi, karena kematian otak."
"Meskipun dengan upaya tim medis, mereka gagal untuk menghidupkannya kembali dan pasien akhirnya meninggal."
Saksi mata mengklaim Mahsa Amini dipukuli oleh patroli di dalam van, yang bermaksud membawanya ke pusat penahanan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)