Konflik Rusia Vs Ukraina
Pejabat AS Sebut Rusia Alami Masalah Teknis dalam Operasikan Drone Iran
Menurut sejumlah pejabat AS, Rusia menghadapi masalah teknis dengan drone buatan Iran yang didapat Moskow pada bulan ini.
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat AS mengatakan Rusia mengalami masalah teknis dalam mengoperasikan drone buatan Iran.
Sejumlah pejabat AS, yang bicara dengan syarat anonim untuk membahas penilaian intelijen ini, tidak merinci kesulitan apa yang dimaksud.
Mereka mengatakan, intelijen AS menilai pengiriman drone Mohajer-6 dan Shahed di bulan ini kemungkinan adalah bagian dari rencana Rusia mengakuisisi ratusan drone buatan Iran.
Sebelumnya, AP News bulan lalu melaporkan, bahwa Rusia baru-baru ini memperoleh ratusan drone Iran untuk digunakan berperang di Ukraina.
Kabar bahwa Rusia menghadapi masalah teknis dengan drone Iran pertama kali dilaporkan oleh The Washington Post.
Dilansir AP News, Rusia telah menerima pelatihan di Iran untuk menggunakan sistem drone ini.
Baca juga: Rusia akan Gelar Latihan Militer Besar-besaran dengan China pada 1-7 September
Menurut para pejabat AS, drone tersebut dapat melakukan serangan udara-ke-permukaan, peperangan elektronik, dan penargetan.
Pemerintahan Biden bulan lalu merilis citra satelit yang menunjukkan pejabat Rusia mengunjungi Lapangan Terbang Kashan pada 8 Juni dan 5 Juli untuk melihat drone Iran.
Pada saat itu, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan menegaskan bahwa pemerintah memiliki "informasi bahwa pemerintah Iran sedang bersiap untuk menyediakan beberapa ratus UAV kepada Rusia."
Dengan sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat, Rusia disebut beralih menjadikan Iran sebagai mitra utama dan pemasok senjata.
Masih menurut keterangan para pejabat AS, peralatan UAV atau drone dimuat ke dalam pesawat Rusia di sebuah lapangan terbang di Iran selama beberapa hari pada Agustus ini.
Juru bicara dewan keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kepada wartawan pada Senin bahwa pemerintah belum mendapat informasi apakah drone tersebut telah dikirim.

Teheran telah membantah laporan pemberian pasokan pesawat tak berawak kepada Rusia.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein-Amir Abdollahian bulan lalu mengatakan Teheran melakukan berbagai kerja sama dengan Rusia termasuk di sektor pertahanan.
"Tetapi kami tidak akan membantu salah satu pihak yang terlibat dalam perang ini karena kami percaya bahwa itu (perang) perlu dihentikan," katanya.
Serangan Balasan Ukraina
Pasukan Ukraina telah memulai serangan balasannya terhadap Rusia di Kherson.
Menyusul hal ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan pasukan Rusia agar segera melarikan diri.
"Jika mereka ingin bertahan, sudah waktunya bagi militer Rusia untuk melarikan diri," ujar Zelensky.
Dilansir The Guardian, pasukan Ukraina telah menembus pertahanan Rusia di sejumlah titik dekat Kota Kherson, lapor pejabat Kyiv pada Senin (29/8/2022).
Dalam wawancara video, Oleksiy Arestovych mengatakan pasukan Ukraina juga telah menembaki feri di wilayah Kherson yang digunakan Rusia untuk memasok kebutuhan untuk wilayah di tepi barat sungai Dnieper.
Zelensky tidak membahas serangan balasan itu secara khusus selama pidato malamnya pada Senin kemarin.
Namun ia berjanji akan mengusir pasukan Vladimir Putin dari negaranya.
"Para penjajah harus tahu, kami akan mengusir mereka ke perbatasan. Ke perbatasan kami, yang garisnya tidak berubah," kata Zelensky.

Baca juga: AS Bakal Kirim VAMPIRE ke Ukraina, Senjata Kontra-Drone yang Bisa Dipasang di Truk
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina Hari ke-188: Ukraina Lakukan Serangan Balasan di Kherson
Ia menegaskan, pasukan Rusia yang menyerah akan diperlakukan bersarkan konvensi Jenewa.
"Jika mereka tidak mendengarkan saya, mereka akan berurusan dengan para pembela kami, yang tidak akan berhenti sampai mereka membebaskan semua yang menjadi milik Ukraina," tegasnya.
"Ukraina mengembalikan miliknya sendiri. Kami akan mengembalikan wilayah Kharkiv, wilayah Luhansk, wilayah Donetsk, wilayah Zaporizhzhia, wilayah Kherson, Krimea. Ini akan terjadi," jelas pemimpin Ukraina ini.
Pasukan Ukraina telah merebut kembali empat desa di dekat Kota Kherson setelah menerobos garis depan di tiga tempat, lapor CNN berdasarkan keterangan sumber militer Ukraina.
Operasi dimulai dengan penembakan berat di posisi pasukan Rusia dan bagian belakang yang memaksa mereka melarikan diri, kata sumber tersebut.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)