Konflik Rusia Vs Ukraina
Swedia Ingin Gabung NATO, Tapi Menolak Jadi Markas Senjata Nuklir dan Pangkalan Militer Aliansi
Partai Pekerja Sosial Demokrat Swedia yang berkuasa di pemerintahan, mendukung langkah bergabung dengan aliansi militer NATO.
TRIBUNNEWS.COM - Partai Pekerja Sosial Demokrat Swedia yang berkuasa di pemerintahan, mendukung langkah bergabung dengan aliansi militer NATO.
Namun, pihaknya menentang penempatan senjata nuklir atau menjadi tuan rumah pangkalan NATO.
Pernyataan yang relevan telah diposting di situs partai politik ini.
"Dewan partai pada pertemuannya pada 15 Mei 2022 memutuskan bahwa partai akan bekerja menuju Swedia untuk mengajukan keanggotaan di NATO," kata Sosial Demokrat dalam sebuah pernyataan, dikutip dari media Rusia, TASS.
Pada saat yang sama, pemerintah Swedia menyatakan "penolakan sepihak terhadap penyebaran senjata nuklir dan pangkalan permanen di wilayah Swedia."

Baca juga: Perusahaan Energi Italia Berencana Buka Rekening Rubel untuk Perlancar Pembayaran Gas Rusia
Baca juga: G7: Blokade Rusia atas Laut Hitam Buat Jutaan Orang Kelaparan, Gandum Ukraina Tak Bisa Diekspor
Pada 13 Mei lalu, sebuah laporan parlemen lintas partai dirilis di Swedia.
Laporan itu menyimpulkan bahwa keanggotaan NATO akan meningkatkan keamanan bagi Swedia, yang bersikap netral dan tidak bergabung dengan aliansi militer selama 200 tahun.
Perdebatan tentang dokumen ini akan diadakan di Parlemen pada 16 Mei, pada hari yang sama pemerintah Swedia akan mengadakan pertemuan tambahan untuk membuat keputusan resmi tentang aplikasi untuk bergabung dengan aliansi.
Menurut surat kabar Svenska Dagbladet, kerajaan Swedia akan mengirim dokumen ke Brussel pada 17 Mei.
Dilansir BBC, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson dalam konferensi pers mengatakan partainya percaya bergabung dengan aliansi NATO adalah keputusan terbaik bagi keamanan negara.
"Bagi kami Sosial Demokrat, jelas bahwa non-blok militer telah melayani Swedia dengan baik, tetapi kesimpulan kami adalah bahwa itu tidak akan melayani kami dengan baik di masa depan," tambahnya.
Menurutnya, Swedia dalam posisi rentan jika menjadi satu-satunya negara di kawasan Baltik yang bukan anggota NATO.
Sebelumnya, Finlandia telah mengumumkan niatnya bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS ini.
Presiden Finlandia, Sauli Niinisto telah mengonfirmasi akan mengajukan permohonan dan menyebutnya sebagai "hari bersejarah".
Dia mengaku telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang keputusan itu, dengan mengatakan dia ingin "mengatakannya dengan jujur".
Presiden Rusia sebelumnya mengatakan kepada Finlandia bahwa akan menjadi "kesalahan" untuk bergabung dengan NATO, yang didirikan pada tahun 1949 untuk melawan ancaman dari Uni Soviet.
Diketahui Putin menggunakan niat Ukraina untuk bergabung dengan aliansi sebagai salah satu alasan invasi.

Menteri luar negeri negara-negara NATO, yang bertemu di Berlin, telah berjanji untuk memberikan jaminan keamanan bagi Finlandia dan Swedia selama proses bergabung.
Adapun proses untuk bisa menjadi anggota resmi NATO diperkirakan membutuhkan waktu hingga satu tahun.
Swedia dan Finlandia sama-sama netral selama Perang Dingin, dan keputusan mereka untuk bergabung dengan NATO akan menjadi salah satu perubahan terbesar pada arsitektur keamanan Eropa selama beberapa dekade.
Ini mencerminkan pergeseran besar opini publik di kawasan Nordik sejak Rusia menginvasi tetangganya, Ukraina, pada Februari lalu.
Turki Menentang
Salah satu anggota NATO, Turki, menentang rencana Finlandia dan Swedia bergabung dalam aliansi.
Turki menuduh dua negara Nordik itu memberikan dukungan kepada Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Turki selama beberapa dekade.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Swedia dan Finlandia harus berhenti mendukung teroris di negara mereka, memberikan jaminan keamanan yang jelas, dan mencabut larangan ekspor ke Turki.
Namun, dia menambahkan bahwa Turki tidak mengancam siapa pun atau mencari pengaruh.
Menanggapi hal ini, NATO dan Amerika Serikat (AS) pada Minggu mengatakan mereka yakin Turki tidak akan menahan keanggotaan Finlandia dan Swedia.
"Saya yakin bahwa kami akan dapat mengatasi kekhawatiran yang telah diungkapkan Turki dengan cara yang tidak menunda keanggotaan," kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, lapor Reuters.

Baca juga: Finlandia dan Swedia Siap Gabung NATO, Turki Suarakan Keberatan
Baca juga: Swedia Berupaya Mencari Dukungan Luas untuk Gabung ke NATO
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menolak untuk merinci pembicaraan tertutup di Berlin, tetapi menggemakan posisi Stoltenberg.
"Saya sangat yakin bahwa kami akan mencapai konsensus tentang itu," kata Blinken kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa NATO adalah tempat untuk berdialog.
Setiap keputusan tentang perluasan NATO membutuhkan persetujuan dari 30 sekutu dan parlemen mereka.
Ankara, anggota NATO selama 70 tahun, akan berada di bawah tekanan besar untuk menyerah, kata diplomat NATO, karena aliansi tersebut menganggap bahwa aksesi Finlandia dan Swedia akan sangat memperkuatnya di Laut Baltik.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)