Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Disebut akan Memanfaatkan Momen Hari Kemenangan untuk Menyatakan Perang Total
Pengamat menduga Vladimir Putin akan memanfaatkan momen Hari Kemenangan untuk menyatakan perang total dengan Ukraina.
“Sulit untuk melakukan wajib militer umum: Saya pikir saat itulah orang Rusia akan keluar dan memprotes,” kata Elizabeth Wood, Profesor Sejarah di MIT.
“Anda dapat wajib militer semua orang di Buryatia (daerah pegunungan di Siberia), tetapi jika Anda wajib militer Moskow, mereka akan protes."
"Saya pikir dia juga tidak bisa menyatakan kemenangan. Saya pikir mereka merencanakan perang keras yang panjang."
Sejarah Hari Kemenangan Rusia

Masih dari AlJazeera, Hari Kemenangan pertama kali dirayakan pada 1965 di bawah Pemimpin Soviet, Leonid Brezhnec, seorang veteran Perang Dunia II.
Perayaan itu juga ditandai di seluruh diaspora Rusia dan negara-negara bekas Soviet lainnya, termasuk Ukraina.
Namun, Ukraina secara simbolis memindahkan tanggal Hari Kemenangan menjadi 8 Mei pada 2015.
Pada 8 Mei 1945, komandan pasukan Jerman yang tersisa menyerah pada Tentara Merah.
Tetapi, karena perbedaan waktu antara Berlin dan Moskow, di Rusia momen itu terjadi pada 9 Mei 1945.
Hari Kemenangan menandai pengorbanan besar yang dilakukan orang-orang Rusia dan negara-negara lain di Uni Soviet dalam perang melawan Nazisme.
Baca juga: Menteri Keuangan Ukraina Serukan Embargo Total Terhadap Impor Minyak dan Gas Rusia
Baca juga: Amerika Serikat Buang Badan Atas Insiden Tenggelamnya Kapal Penjelajah Rusia
Pada 22 Juni 1941, tentara Jerman memulai invasinya ke Uni Sovet, yang diberi nama Operasi Barbarossa.
Penguasa Soviet, Joseph Stalin, tak siap, usai mengambil bagian dalam invasi Polandia tahun 1939 dengan Nazi.
Ia mengira kesepakatannya dengan Adolf Hitler akan melindunginya.
Stalin bahkan tak mengindahkan peringatan diplomat asing atau agennya sendiri.
Sementara itu, Hitler dengan arogannya percaya bahwa perang akan berlangsung tidak lebih dari tiga bulan, di mana pasukannya tak membawa pakaian musim dingin.