Virus Corona
Jepang Konfirmasi Kasus Pertama Varian Omicron XE
Jepang telah mengkonfirmasi kasus pertama turunan Omicron XE dari virus corona baru pada seorang wanita setibanya di bandara Narita dekat Tokyo.
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Jepang telah mengkonfirmasi kasus pertama turunan Omicron XE dari virus corona baru pada seorang wanita setibanya di bandara Narita dekat Tokyo.
Dilansir dari Kyodo News, Kementerian Kesehatan Jepang, pada Senin (12/4/2022) menyatakan kasus konfirmasi dideteksi dari wanita berusia 30-an, yang telah tinggal di Amerika Serikat.
Wanita tersebut tidak menunjukkan gejala, dan tiba di bandara pada 26 Maret.
Namun Kementerian Kesehatan Jepang tidak menyebutkan kewarganegaraannya.
Wanita itu telah menerima dua suntikan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer, tetapi dia dites positif pada saat kedatangan untuk virus tersebut.
Baca juga: Update Covid-19 Global 12 April 2022: Infeksi Covid-19 saat ini Capai 500.054.346 Kasus
Strain XE terdeteksi melalui tes sekuensing genetik yang diambil menggunakan sampel dari wanita di National Institute of Infectious Diseases.
Dia dirawat di fasilitas untuk individu yang terinfeksi sebelum dibebaskan setelah masa karantinanya berakhir.
Strain dikatakan sebagai kombinasi dari subtipe BA.1 dan BA.2 dari varian Omicron.
Satu laporan mengatakan tingkat infeksinya 12,6% lebih cepat daripada BA.2, meskipun rincian tingkat keparahannya tidak diketahui.
Baca juga: Pemerintah akan Sediakan Posko Pelayanan Mudik Dilengkapi Gerai Vaksin Covid-19
Sifat dasar subvarian dan kemanjuran obat dan vaksin terhadapnya dianggap sama dengan tipe BA.2.
Lembaga itu mengatakan dua sampel lain yang diambil dari kedatangan bandara yang dikarantina tampaknya merupakan campuran dari materi genetik varian Omicron, tetapi jenisnya tidak dapat ditentukan.
Sekitar 1.100 kasus varian XE telah dikonfirmasi di Inggris pada 5 April, kata lembaga itu, meskipun mereka menyumbang kurang dari 1% dari infeksi di negara itu.
"Ini belum menjadi jenis yang dominan di Inggris, di mana terdeteksi lebih awal, dan tidak mungkin menyebar dengan cepat di Jepang," kata Kazushi Motomura, direktur Departemen Kesehatan Masyarakat di Institut Kesehatan Masyarakat Osaka.
"Tidak perlu terlalu takut saat ini," kata Motomura. "Kita harus terus menerapkan langkah-langkah dasar untuk mencegah infeksi, seperti mempromosikan vaksinasi tambahan."