Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pejabat Gedung Putih: Biden tidak Bahas Perubahan Rezim di Rusia

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tidak menyerukan 'perubahan rezim di Rusia' selama pidatonya di Warsawa, Polandia pada Sabtu kemarin.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Instagram @Potus dan Doc Tribunnews
Presiden AS Joe Biden (Kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Kanan) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Seorang pejabat Gedung Putih telah menekankan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tidak menyerukan 'perubahan rezim di Rusia' selama pidatonya di Warsawa, Polandia pada Sabtu kemarin.

Pernyataan ini ia sampaikan setelah Biden mengatakan bahwa 'orang ini tidak dapat tetap berkuasa', mengacu pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Maksud Presiden adalah bahwa Putin tidak boleh diizinkan untuk menjalankan kekuasaan atas tetangganya atau wilayah negara tetangganya. Ia (Biden) tidak membahas kekuasaan Putin di Rusia, atau perubahan rezim," kata pejabat itu.

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (27/3/2022), Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi sinis kata-kata Biden dan mencatat bahwa 'bukan urusan Presiden AS untuk memutuskan siapa Presiden Rusia'.

Baca juga: Kremlin Balas Komentar Gedung Putih: Presiden Rusia Dipilih oleh Rakyat Rusia, Bukan Biden

"Itu bukan wewenang Biden untuk memutuskan, Presiden Rusia dipilih oleh orang Rusia sendiri," kata Peskov.

Perlu diketahui, bagian penting dari pidato Biden di Polandia itu didedikasikan untuk situasi di Ukraina, yang diklaim negara Barat 'diserang' oleh Rusia.

Selama pidato 'utama' yang banyak dilampanyekan di Polandia, ia memuji perjuangan Ukraina dalam melawan pasukan Rusia yang melakukan operasi militer khusus di wilayahnya dan meminta negara Barat untuk mempersiapkan konfrontasi panjang antara demokrasi dengan 'otokrasi'.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus.

Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.

Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.

Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.

Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved