Konflik Rusia Vs Ukraina
Video Tentara Rusia Menangis, Minta Maaf ke Wanita & Anak-anak Ukraina, Minta Putin Hentikan Invansi
Kesaksian tujuh tentara Rusia setelah ditangkap pasukan Ukraina, menyesal dan meminta maaf.
TRIBUNNEWS.COM - Tujuh tentara Rusia tampak menangis dan meminta maaf kepada warga Ukraina.
Seperti diketahui, mereka yang merupakan perwira pengintai tersebut telah ditangkap oleh pasukan Ukraina.
Pesawatnya ditembak jatuh dari wilayah udara Ukraina pekan lalu.
Dikutip Tribunnews dari The Sun, seorang pilot yang ditangkap mengecam "invasi berbahaya" Vladimir Putin selama konferensi pers emosional pada hari Minggu (13/3/2022).
Mereka diberi kesempatan untuk berbicara dengan wartawan di Kantor Berita Interfax Ukraina, dan meminta maaf atas tindakan negara mereka.
Salah satu tentara, Galkin Sergey Alekseevich, mengatakan:

"Saya meminta maaf untuk diri saya sendiri, untuk pasukan saya ke setiap rumah ke setiap jalan ke setiap warga Ukraina, kepada orang tua, kepada wanita, kepada anak-anak atas invasi kami ke tanah ini."
"Saya sangat meminta maaf atas invasi berbahaya kami."
Baca juga: Deplu Amerika Serikat Umumkan Sanksi terhadap 11 Pejabat Pertahanan Rusia
"Kepada jenderal unit militer kami, saya ingin mengatakan satu hal bahwa mereka telah bertindak pengecut, bahwa mereka berkhianat kepada kami."
Dirinya tampak menangis.

Pria berusia 34 tahun yang berasal dari Roschchinsky, Rusia ini kemudian memohon kepada Putin untuk berhenti mengirim tentara ke Ukraina.
Diapit oleh rekan-rekannya di kedua sisi dengan mikrofon di depannya, dia mendesak negaranya untuk meletakkan senjata.
Baca juga: Ukraina Sebut Perang dengan Rusia Bisa Berakhir pada Mei 2022
Baca juga: Rusia Disebut Minta Bantuan Makanan dari China di Tengah Invasi ke Ukraina
"Saya ingin mengatakan kepada semua resimen tentara Rusia, letakkan senjata Anda," kata Alekseevich.
"Dan Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin menghentikan aksi pertempuran lebih lanjut."
"Hentikan pemboman, berhenti mengirim tentara ke sini untuk membunuh warga sipil, untuk melakukan serangan udara."
Rusia Kembali Culik Wali Kota di Ukraina, Jurnalis AS Dibunuh Pasukan Putin
Seorang jurnalis Amerika dilaporkan ditembak mati saat melarikan diri dari tentara Rusia.
Pria bernama Brent Renaud (50) ditembak mati oleh pasukan Vladimir Putin saat bepergian menggunakan mobil di Irpin, tepat di luar Kyiv, Ukraina, Minggu (13/3/2022).
Saat itu, Brent Renaud melakukan perjalanannya dengan rekannya, Juan Arredondo.
Dilaporkan, Juan Arredondo mengalami luka tembak di punggung bawah, dan sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Ukraina.
Juan Arredondo mengatakan kepada wartawan Italia, Annalisa Camilli, bahwa dia dan Renaud ditembak setelah mereka dihentikan di sebuah pos pemeriksaan tepat setelah jembatan di Irpin, dikutip Tribunnews dari The Sun.
Baca juga: 9 Orang Tewas hingga 57 Terluka akibat Serangan Rusia di Pangkalan Militer Ukraina
"Kami menyeberangi jembatan pertama di Irpin. Kami akan merekam pengungsi lain yang menyelamatkan diri dan kami masuk ke mobil, lantas seseorang menawarkan untuk membawa kami ke jembatan lain," katanya.

"Kami melewati pos pemeriksaan dan mereka mulai menembaki kami. Jadi pengemudi itu berbalik dan mereka terus menembak," lanjutnya.
Arredondo mengatakan, Renaud sempat dipukul di leher.
Andrey Nebitov, kepala polisi wilayah Kyiv, mengatakan Brent Renaud membayar dengan nyawanya karena melaporkan invasi tersebut.
Baca juga: YouTube Blokir Secara Global Saluran Media yang Didanai Pemerintah Rusia
"Tentu saja, profesi jurnalis berisiko, tetapi warga negara AS Brent Renaud membayar nyawanya karena mencoba menyoroti kecerdikan dan kekejaman agresor," ungkapnya.
Laporan awal menunjukkan bahwa Renaud bekerja untuk New York Times, tetapi Cliff Levy, wakil redaktur pelaksana surat kabar itu, mengatakan dia tidak ditugaskan untuk penerbitan itu.
"Kami sangat sedih mendengar kematian Brent Renaud. Brent adalah seorang fotografer dan pembuat film berbakat yang telah berkontribusi pada New York Times selama bertahun-tahun," kata Levy dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di Twitter.
Rusia Kembali Culik Wali Kota di Ukraina

Seorang Wali Kota Ukraina disebut kembali diculik oleh pasukan Rusia.
Pria bernama Yevgeny Matveyev adalah Wali Kota Dniprorudne di Oblast Zaporizhzhia.
Berita penculikannya diumumkan oleh kepala Administrasi Negara Wilayah Zaporizhzhia, Oleksandr Starukh pada Minggu pagi, dikutip dari The Sun.
"Kejahatan perang menjadi sistemik. Wali Kota Dniprorudne telah diculik," tulis Starukh.
Baca juga: Serangan Udara Rusia di Pangkalan Militer Ukraina Tewaskan 35 Orang, 134 Terluka
Penculikan kedua terjadi setelah Ivan Fedorov terekam sedang diseret oleh pasukan Rusia di kota Melitopol, di selatan Ukraina.
Anggota parlemen Ukraina, Lesia Vasylenko, mengatakan Rusia menggunakan taktik teroris untuk memasang rezim boneka di tingkat lokal.
Yevgeny Matveyev terekam pada awal invasi Rusia, dirinya berdiri di depan sebuah tank setelah memimpin orang-orang lokal yang tidak bersenjata keluar untuk melawan pasukan Vladimir Putin.
Ivan Fedorov, Wali Kota Melitopol Ukraina yang Diculik Rusia

Wali Kota Melitopol, Ukraina, Ivan Fedorov disebut telah hilang lantaran diculik.
Penculikan Ivan Fedorov terekam dalam video.
Kejadian yang terjadi pada Jumat (11/3/2022) tersebut memperlihatkan Ivan Fedorov, terlihat di video dibawa pergi dari gedung pemerintah kota oleh orang-orang bersenjata.
Melitopol adalah sebuah kota di Ukraina selatan yang terletak di antara kota Mariupol yang terkepung dan kota Kherson yang sekarang diduduki Rusia.
Pasukan Rusia menduduki Melitopol beberapa hari setelah invasi dimulai, dikutip Tribunnews dari CNN.
Kini Rusia mengklaim telah menduduki kota tersebut.
Seusai Ivan Fedorov diculik, seorang wali kota baru yakni Galina Danilchenko, mantan anggota dewan kota, telah dilantik di kota Melitopol, Ukraina, yang berada di bawah kendali militer Rusia.
Jaksa regional Luhansk yang didukung Rusia mengklaim bahwa Fedorov telah melakukan pelanggaran terorisme dan sedang diselidiki.
Menurut sebuah pesan di situs web kejaksaan Luhansk, Fedorov dituduh membantu dan mendanai kegiatan teroris dan menjadi bagian dari komunitas kriminal.
Penahanan Fedorov oleh orang-orang bersenjata adalah kasus pertama di mana seorang pejabat politik Ukraina ditahan oleh Rusia, atau pasukan yang didukung Rusia, sejak invasi dimulai.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina: Bandara Dihancurkan, Bocah Tewas Ditembak saat Melarikan Diri
Baca juga: Cerita Mahasiswa Ukraina di Odesa Siapkan Bom Molotov Untuk Hadapi Tentara Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menuntut pembebasannya segera, dengan mengatakan itu adalah "kejahatan terhadap demokrasi".
Dan Rusia telah beralih ke tahap teror baru dalam invasinya dengan mencoba untuk secara fisik menghilangkan perwakilan dari otoritas lokal Ukraina yang sah.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut penahanan Fedorov sebagai penculikan dan kejahatan perang.
Ratusan orang memprotes penculikan di luar balai kota Melitopol, dengan kerumunan meneriakkan "Kebebasan untuk Walikota."