Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky Enggan Terima 4 Tuntutan Rusia untuk Akhiri Perang Tanpa Syarat, Mau Negosiasi soal NATO
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky enggan memenuhi empat tuntutan yang diajukan Rusia jika tanpa syarat.
TRIBUNNEWS.COM- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky enggan memenuhi empat tuntutan yang diajukan Rusia jika tanpa syarat.
Namun, Zelensky bersedia untuk bernegosiasi soal tak mengejar keanggotaan NATO.
Zelensky menyatakan tak akan menerima empat tuntutan Rusia untuk mengakhiri perang tanpa syarat.
Namun, ia terbuka untuk diskusi soal keanggotaan NATO.
Hal ini diungkapkan Zelensky saat berbicara kepada ABC News.
Ukraina bersedia bernegosiasi mengenai masalah tersebut.
Mengutip Newsweek, Zelensky mengakui bahwa NATO tak siap untuk menerima Ukraina.
Meski demikian, Zelensky tidak akan tunduk terhadap permintaan Rusia sejauh ini.
Sementara pembicaraan damai hanya membuahkan sedikit hasil.
"Saya siap untuk berdialog," kata Zelensky kepada ABC News .
"Kami tidak siap untuk menyerah karena ini bukan tentang saya, ini tentang orang-orang yang memilih saya,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Rusia mengajukan empat tuntutan untuk Ukraina.
Baca juga: Soal Invasi Rusia ke Ukraina, Zelensky: Negara Barat juga Bertanggung Jawab atas Jatuhnya Korban
Baca juga: 144 WNI Berhasil Dipulangkan dari Ukraina, 9 WNI Masih di Chernihiv
Baca juga: Artis NFT Asal Rusia Bakar Paspornya untuk Dukung Ukraina

Tuntutan tersebut telah berada dalam daftar keinginan Rusia selama bertahun-tahun.
Untuk mengakhiri perang, Ukraina tak boleh menjadi bagian dari NATO, mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia dan mengakui wilayah Lugansk dan Donetsk sebagai negara merdeka.
Tuntutan lainnya yakni Ukraina menghentikan semua aksi militernya.
Lebih lanjut, Zelensky mengatakan, menyerah pada tunturan Rusia mengenai wilayah-wilayah tersebut tidak sesederhana kelihatannya.
Baginya, penting sebagai presiden untuk mempertimbangkan berbagai hal termasuk bagaimana orang-orang di wilayah tersebut akan hidup.
Pun termasuk mereka yang ingin menjadi bagian dari Ukraina.
Hingga saat ini invasi Rusia terhadap Ukraina masih berlangsung.
Belum ada kata damai hingga pembicaraan ketiga kedua belah pihak.
Sementara itu, mengutip dari Newsweek, warga sipil yang menjadi korban akibat invasi ini berjumlah 1.335.
Sebanyak 474 warga sipil tewas dan 862 lainnya terluka.
"Sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, serta serangan rudal dan udara," kata badan Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina dalam sebuah pernyataan.
(Tribunnews.com/Miftah)