Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Poseidon, Senjata Pamungkas Putin Jika Akhirnya Harus Perang Habis-habisan Melawan Amerika dan NATO

Sebagai informasi, Rusia memiliki berbagai senjata nuklir taktis di gudang senjatanya, yang dapat dikirim dari platform laut, udara, dan darat.

TASS
Senjata jenis nuklir ini bisa dijatuhkan ke dasar laut oleh sebuah kapal selam atau kapal perang dan bisa melesat melewati pertahanan pantai hingga mencapai lokasi yang dituju. Kemudian, hulu ledaknya yang dirancang untuk meledak dan mengirimkan sebuah gelombang tsunami radioaktif ke sasaran di garis pantai. 

Torpedo ini membawa muatan nuklir, bukan hulu ledak eksplosif tinggi standar.

Target utama Poseidon--tidak seperti kebanyakan torpedo konvensional--tidak harus berupa kapal permukaan atau kapal selam lainnya.

Dengan muatan nuklir besar, torpedo itu malah akan menargetkan kota-kota pelabuhan besar yang penting untuk industri dan perdagangan, seperti yang ditemukan di sepanjang pantai timur dan barat Amerika Serikat.

Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia.

Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air itu bisa melintasi Atlantik Utara.

Jika diledakkan di lepas pantai Timur Amerika Serikat (AS), hulu ledak nuklir yang Poseidon bawa bisa menciptakan gelombang tsunami setinggi puluhan meter di samping kerusakan yang disebabkan oleh ledakan nuklir itu sendiri.

Baca juga: Pasangan Tentara Ukraina Menikah di Tengah Invasi Rusia, Pakai Seragam Militer, Disaksikan Rekannya

Itu sebabnya, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kontrol Senjata pada Juli 2021 mengatakan, Rusia harus berhenti mengembangkan Poseidon.

Dia melihat Poseidon sebagai "konsep mengerikan".

Menghancurkan kapal induk

Pada Maret 2019, Putin mengungkapkan, Poseidon dilengkapi dengan muatan konvensional dan nuklir serta bisa menghancurkan fasilitas infrastruktur musuh, kapal induk, dan target lainnya.

Pada Juli 2019, Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan fasilitas tempat drone itu dirakit, dan sebuah film animasi yang menunjukkan bagaimana drone digunakan dalam situasi perang yang sebenarnya.

“Drone memiliki beberapa keunggulan. Kapal selam dengan awak di atas kapal, tentu saja, adalah senjata yang kuat, tetapi ada batasan tertentu pada faktor manusia," kata mantan Kolonel Direktorat Intelijen Utama (GRU) Rusia Alexander Zhilin.

"Poseidon secara praktis bisa waspada dan melakukan tugas kapan saja,” ujar dia kepada Sputnik Radio di bawah kontrol Kremlin pada akhir Mei lalu seperti dikutip The Moscow Times.

Zhilin, Kepala Pusat Studi Masalah Keamanan Nasional Terapan Publik Universitas Lobachevsky, Rusia, menepis kekhawatiran tentang potensi kerentanan drone terhadap peretas dan cyberterrorist.

“Penampilan drone sekelas ini, tentu saja, membutuhkan banyak tanggungjawab karena dikelola melalui perangkat lunak. Jelas bahwa ada risiko tertentu ketika dalam operasi peretas dapat mencoba mengambil kendali," katanya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved