Krisis Myanmar
Aung San Suu Kyi Hadapi Dakwaan Baru, Dituduh Terima Uang 550 Ribu Dolar AS
Pemimpin Junta Myanmar mengajukan tuduhan korupsi ke-11 terhadap Aung San Suu Kyi, Kamis (3/2/2022).
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Junta Myanmar mengajukan tuduhan korupsi ke-11 terhadap Aung San Suu Kyi.
Ini merupakan dakwaan terbaru terhadap peraih Nobel tersebut.
Melansir Al Jazeera, kasus barus diumumkan pada Kamis (3/2/2022).
Tim informasi militer menjelaskan, Aung San Suu Kyi diduga menerima 550.000 dolar AS sebagai sumbangan untuk yayasan amal yang dinamai berdasarkan nama sang ibu.
Baca juga: Militer Myanmar Ajukan Tuduhan Korupsi Kesebelas Terhadap Aung San Suu Kyi
Baca juga: Kiprah Perempuan Myanmar di Barisan Depan Perang Melawan Junta

Pernyataan itu tidak memberikan rincian tentang kapan proses pengadilan akan dimulai.
Aung San Suu Kyi (76) ditahan sejak kudeta 1 Februari 2021 yang memicu protes massal dan tindakan keras berdarah.
Lebih dari 1.500 warga sipil tewas, menurut kelompok pemantau lokal.
Dia telah dijatuhi hukuman enam tahun penjara karena hasutan terhadap militer, melanggar aturan Covid-19, dan melanggar undang-undang telekomunikasi.
Pada minggu ini, pemerintah militer mengumumkan Aung San Suu Kyi akan menghadapi persidangan mulai pertengahan Februari atas tuduhan mempengaruhi komisi pemilihan Myanmar selama jajak pendapat 2020.
Hal ini membuat partai Aung San Suu Kyi mengalahkan saingannya yang bersekutu dengan militer.
Baca juga: Berita Foto : Setahun Kudeta Militer, Rakyat Myanmar Lakukan Serangan Diam
Baca juga: Satu Tahun Kudeta Myanmar, Dunia Disebut Tak Melakukan Apa-apa Selain Duduk dan Menonton
Berubah jadi abu
Perlawanan terhadap kudeta sejak tahun lalu telah memicu lebih banyak kekerasan dari militer .
Pada Kamis (3/2/2022), militer Myanmar meluncurkan serangan baru terhadap penduduk sipil di wilayah barat laut Sagaing.
Pasukan militer diduga membakar hampir 400 rumah dan memaksa ribuan penduduk mengungsi.
Penduduk desa Mwe Tone mengatakan kepada kantor berita Associated Press (AP) bahwa 200 dari 250 rumah di sana dilalap api.
Di desa Pan, dekat wilayah Sagaing, hampir 200 dari 800 rumah.
Baca juga: Setahun Setelah Kudeta, Nasib Myanmar Semakin Tidak Menentu
Baca juga: AS, Inggris, dan Kanada Keluarkan Sanksi Baru untuk Myanmar, Tepat Satu Tahun Setelah Kudeta
Angka serupa dilaporkan oleh media Myanmar.
"Sebagai petani, saya menabung selama 15 tahun untuk membangun rumah, dan yang tersisa dari rumah saya hanyalah abu," kata seorang warga desa Mwe Tone berusia 29 tahun.
Ia mau berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan dari pihak berwenang.
"Bukan hanya rumah saya tetapi seluruh desa berubah menjadi abu,” imbuhnya.
“Sekarang, kami tidak punya apa-apa untuk dimakan atau tinggal bersama.”
Foto-foto menunjukkan pompa air, traktor dan kendaraan hancur oleh kobaran api, dengan hewan ternak juga menjadi korban.
Baca juga: Kepala HAM PBB Sebut Tanggapan Internasional Terhadap Krisis Myanmar Tak Efektif

Layanan Radio Free Asia Myanmar melaporkan serangan yang sama di wilayah barat laut dan mengatakan bahwa sebanyak 10.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Tentara Myanmar kerap menggunakan pembakaran sebagai salah satu taktiknya dalam operasi kontra-pemberontakan.
Pasukan diyakini telah membakar sebanyak 200 desa dalam kampanye brutal tahun 2017 di negara bagian Rakhine barat yang mendorong lebih dari 700.000 penduduk desa Muslim Rohingya untuk mencari keselamatan melintasi perbatasan di Bangladesh.
Junta dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida atas tindakannya terhadap Rohingya, yang juga termasuk pembunuhan dan pemerkosaan terhadap warga sipil.
Baca juga: Situasi Memburuk, Perusahaan Migas Besar Australia Cabut dari Myanmar
Tewaskan banyak orang
Seorang penduduk desa dari Pan yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, pasukan mencari anggota milisi lokal yang telah dibentuk untuk melindungi dari serangan pemerintah.
Dia mengatakan, tidak ada bentrokan di daerah terdekat yang mungkin memicu aksi militer hari Senin.
Dalam insiden serupa sebelumnya di tempat lain, tentara pemerintah bertindak sebagai pembalasan atas serangan oleh pasukan perlawanan.
Seorang warga Mwe Tone mengatakan, dia dan tujuh tetangganya, yang tidak dapat melarikan diri sebelum tentara mengambil alih, ditangkap, dengan beberapa dipukuli dan dianiaya.
Wanita berusia 45 tahun itu mengatakan kepada AP melalui telepon bahwa tentara mengatakan kepada mereka bahwa Mwe Tone dikenal karena mendukung anggota Angkatan Pertahanan Rakyat - kelompok perlawanan bersenjata yang juga dikenal dengan singkatan PDF - dan desa akan dibakar malam itu.
Dua warga Mwe Tone mengatakan pasukan juga terlibat dalam penjarahan, termasuk mencuri patung Buddha emas berusia 200 tahun setinggi 15 sentimeter dengan batu rubi tertanam dari biara desa.
Pemerintah belum mengeluarkan laporan tentang insiden tersebut.
Namun, surat kabar Myanma Alinn Daily yang dikelola pemerintah mengklaim bahwa 200 rumah di desa Ma Htee, sekitar 15 kilometer (9 mil) barat desa Mwe Tone dan Pan, dibakar oleh anggota pasukan pertahanan perlawanan selama pertempuran dengan pasukan tentara pada hari Minggu. .
Baca juga: Presiden Jokowi Bahas Situasi Myanmar Saat Bertemu PM Singapura di Bintan

Gambar satelit dari perusahaan Planet Labs menunjukkan sekitar sepertiga desa telah rusak pada waktu itu.
Penduduk desa Mwe Tone mengatakan helikopter datang untuk menjemput tentara pada Selasa pagi, tetapi penduduk kedua desa masih takut akan kepulangan mereka.
“Saya ingin mengatakan kepada pemerintah internasional bahwa jika Anda masih berdiri dan melihat tanpa mengambil tindakan apa pun terhadap militer, Myanmar akan segera menjadi abu,” kata penduduk desa dari Pan.
“Orang-orang tidak punya tempat untuk lari dan tentara membunuh semua orang.”
Berita lain terkait dengan Krisis Myanmar
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)