Senin, 6 Oktober 2025

Inggris Mengklaim Moskow Akan Pasang Pemimpin Pro-Rusia di Ukraina, Dekati Mantan Politisi

Inggris mengklaim bahwa Moskow mendekati mantan politisi dalam rencana invasi dan akan menempatkan pemimpin pro-Rusia di Ukraina

Editor: hasanah samhudi
AFP
Poster Presiden Rusia Vladimir Putin dijadikan latihan sasaran di sepanjang parit di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat desa Zolote, di wilayah Lugansk, pada Jumat (21/1/2022). Inggris menuduh Moskow mendekati mantan politisi dan akan menempatkan pemimpin pro-Rusia di Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON -  Inggris pada Sabtu (22/1/2022) menuduh Kremlin berusaha menempatkan seorang pemimpin pro-Rusia di Ukraina.

Disebutkan, para perwira intelijen Rusia telah melakukan kontak dengan sejumlah mantan politisi Ukraina sebagai bagian dari rencana invasi.

"Beberapa dari mereka memiliki kontak dengan perwira intelijen Rusia yang saat ini terlibat dalam perencanaan serangan ke Ukraina," kata pernyataan kantor luar negeri Inggris.

Kementerian Luar Negeri Inggris menolak untuk memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.

Tuduhan Inggris ini muncul pada saat ketegangan tinggi antara Rusia dan Barat atas pengerahan pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina.

Baca juga: Ukraina Menklaim Rusia Merekrut Tentara Bayaran Untuk Berperang dan Mengirim Senjata ke Timur

Baca juga: Dituduh Bekerja Untuk Rusia, Empat Warga Ukraina Dijatuhi Sanksi Oleh Amerika Serikat

Moskow sejauh ini bersikeras tidak memiliki rencana untuk menginvasi Ukraina.

Kementerian Inggris mengatakan memiliki informasi bahwa pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan mantan anggota parlemen Ukraina, Yevhen Murayev, sebagai calon potensial untuk memimpin kepemimpinan Ukraina yang pro-Rusia.

"Informasi yang dirilis hari ini menyoroti sejauh mana aktivitas Rusia yang dirancang untuk menumbangkan Ukraina, dan merupakan wawasan tentang pemikiran Kremlin," kata Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dalam sebuah pernyataan.

“Rusia harus mengurangi eskalasi, mengakhiri kampanye agresi dan disinformasi, dan menempuh jalur diplomasi,” katanya.

“Seperti yang telah berulang kali dikatakan oleh Inggris dan mitra kami, setiap serangan militer Rusia ke Ukraina akan menjadi kesalahan strategis besar-besaran dengan biaya yang besar,” ujarnya.

Baca juga: Jika Konfrontasi Militer Rusia Vs Ukraina Pecah, Seluruh Daratan Eropa Bisa Menjadi Medan Perang

Baca juga: Ancam Rusia dan China, Inggris Ingatkan Barat akan Melawan Kediktatoran hingga Sebut Indonesia

Pernyataan Inggris itu dirilis pada Minggu (23/1/2022) dini hari, waktu Moskow dan Kyiv, dan tidak ada pernyataan langsung dari Moskow, atau dari Murayev.

Sebuah sumber kementerian luar negeri mengatakan itu bukan praktik yang biasa untuk berbagi masalah intelijen, dan rinciannya hanya dirahasiakan setelah pertimbangan yang cermat untuk mencegah agresi Rusia.

Klaim Inggris muncul sehari setelah diplomat tinggi AS dan Rusia gagal membuat terobosan besar dalam pembicaraan untuk menyelesaikan krisis di Ukraina, meskipun mereka setuju untuk terus berunding.

Rusia menuntut keamanan pada Amerika Serikat, termasuk penghentian ekspansi NATO ke arah timur,  dan janji bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan untuk bergabung dengan aliansi militer Barat.

Murayev (45) adalah seorang politisi pro-Rusia yang menentang integrasi Ukraina dengan Barat.

Baca juga: Moskow: Pesawat Pengebom Bersenjata Nuklir AS  Berlatih Menghadapi Rusia,

Baca juga: Rusia-Belarusia Latihan Perang, AS Peringatkan Rusia Bisa Serang Ukraina Kapan Saja

Menurut jajak pendapat oleh think tank Razumkov's Center yang dilakukan pada Desember 2021, Murayev berada di peringkat ketujuh di antara kandidat untuk pemilihan presiden 2024 dengan 6,3 persen dukungan.

Inggris, yang minggu ini memasok 2.000 rudal dan satu tim pelatih militer ke Ukraina, juga mengatakan memiliki informasi bahwa dinas intelijen Rusia memelihara hubungan dengan banyak mantan politisi Ukraina, termasuk tokoh senior yang memiliki hubungan dengan mantan Presiden Viktor Yanukovich.

Yanukovich melarikan diri ke Rusia pada tahun 2014 setelah tiga bulan protes terhadap pemerintahannya.

Ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara secara in absentia atas tuduhan makar pada tahun 2019.

Kantor Perdana Menteri Boris Johnson di Downing Street juga mengatakan pemimpin Inggris itu berencana untuk meningkatkan tekanan pada Rusia minggu ini.

Baca juga: Menteri Ukraina Sebut Perang Dunia Ketiga Akan Terjadi Jika Rusia Serang Negaranya

Ia akan menyerukan rekan-rekan Eropa untuk bersama-sama dengan Amerika Serikat menghadapi agresi Rusia.

Sebelumnya, kantor berita RIA melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Inggris Truss akan mengunjungi Moskow pada bulan Februari untuk bertemu dengan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov.

Ssementara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan timpalannya dari Inggris Ben Wallace juga telah setuju untuk mengadakan pembicaraan. (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved