Angka Keracunan Diprediksi Meningkat dari Tingginya Penjualan Pestisida
Semakin banyak pestisida yang digunakan di seluruh dunia berpengaruh pada konsekuensi mematikan bagi manusia dan alam, sebuah laporan…
Glyphosate pembunuh gulma, yang merupakan pestisida yang paling banyak digunakan adalah salah satu yang paling terkenal. Pada 2015, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengklasifikasikan glifosat sebagai "karsinogenik”.
University of Washington dalam sebuah meta-studi ilmiah 2019 juga mengidentifikasi peningkatan risiko tumor kelenjar getah bening ganas dari glifosat yang dikenal sebagai limfoma non-Hodgkin.
Pestisida juga telah dikaitkan dengan asma, alergi, obesitas, dan gangguan kelenjar endokrin, serta keguguran.
"Studi juga menunjukkan hubungan dengan penyakit parkinson, diabetes tipe II, atau jenis kanker tertentu,” kata Haffmans.
Keuntungan lebih penting daripada perlindungan kesehatan
Menurut Atlas, angka penjualan empat produsen terbesar, yakni Syngenta, Bayer, BASF, dan Corteva pada 2020 sebesar €31 miliar ($35 miliar). Di mana dalam beberapa tahun terakhir, penjualan pestisida global tercatat rata-rata tumbuh 4 persen per tahun.
Sayangnya, dari meningkatnya penjualan pestisida, perusahaan tidak membayar dampak kesehatan dan lingkungan, kecuali jika dibawa ke pengadilan.
Di AS, 125.000 orang yang telah menyemprotkan pestisida Roundup dengan bahan aktif glifosat dan sakit parah menuntut Bayer. Perusahaan membayar beberapa penggugat dan sekitar €10 miliar telah disiapkan Bayer untuk mengkompensasi kerusakan.
Terlepas dari kasus ini, Bayer dan perusahaan lain terus menjual pestisida yang sangat beracun, termasuk yang dilarang di UE karena berbahaya. Saat ini, produsen pestisida juga mencari otorisasi baru untuk glifosat di UE, meskipun akan dilarang di blok tersebut mulai 2024.
Gerakan untuk revolusi pertanian
Kelompok lingkungan mendorong peralihan dari pestisida kimia. Sebanyak 30 penulis Atlas lewat penerbitan artikel menyoroti kebijakan yang dapat mengurangi dampaknya.
"Dalam dua dekade terakhir, Sri Lanka telah terbukti menyelamatkan hampir 10.00 nyawa dengan melarang pestisida berbahaya,” kata Haffmans. Di India, "beberapa daerah ada yang sebagian dan sepenuhnya bertani bebas pestisida. Hal ini, pada gilirannya, mendorong peniruan di daerah lain,”
Menurut survei representatif yang dilakukan di Jerman untuk Atlas, mayoritas anak berusia 16-29 tahun menginginkan pertanian yang melindungi air, tanah dan serangga, dihasilkan secara adil tanpa rekayasa genetika dan pestisida, juga menggunakan pengendalian hama alami.
Survei menemukan 63 persen responden ingin pestisida dilarang pada 2035, dan petani diberikan dukungan untuk beralih ke produksi yang ramah lingkungan. Sementara ada 11 persen responden menolak permintaan ini.
(rw/ha)