Selasa, 30 September 2025
Deutsche Welle

Bagaimana Respons Uni Eropa atas Krisis di Perbatasan Polandia-Belarus?

Di tengah meningkatnya krisis di perbatasan Polandia dengan Belarus, Uni Eropa merencanakan sanksi baru terhadap rezim Lukashenko.

Uni Eropa untuk kesekian kali kembali berupaya untuk mengatasi krisis di perbatasannya, yang oleh para pejabat disebut sebagai "serangan hibrida" yang digunakan oleh rezim Belarus untuk mendorong para migran menuju perbatasan eksternal blok itu.

Setelah meningkat secara dramatis aliran migran yang datang dari Belarus pada hari Senin (08/11), Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa "pihak berwenang Belarus harus memahami bahwa menekan Uni Eropa dengan cara ini melalui instrumentalisasi sinis para migran tidak akan membantu mereka berhasil dalam tujuan mereka."

Respons lambat dan tak tegas dari UE

Sampai saat ini, negara-negara anggota UE telah memilih "pendekatan bertahap", mencoba untuk menekan Presiden Belarus Alexander Lukashenko dan rezim di Minsk tanpa menimbulkan kesengsaraan pada kehidupan warga Belarus. UE sejauh ini sudah menjatuhkan empat putaran sanksi yang menargetkan 166 orang dan 15 entitas yang terkait dengan rezim tersebut.

Tetapi dengan situasi yang terjadi saat ini, para pengamat berpendapat bahwa pendekatan UE terbukti tidak efektif.

"Tanggapan Uni Eropa lambat dan tidak tegas," kata Judy Dempsey, dari lembaga pemikir Carnegie Europe, kepada DW. "Lukashenko, kemungkinan dengan dukungan (Presiden Rusia) Vladimir Putin, telah menggunakan masalah migrasi untuk menghukum Brussel karena menjatuhkan sanksi pada rezimnya. Baik Moskow maupun Minsk tahu bahwa reaksi mendalam Eropa terhadap migrasi adalah salah satu kerentanan terbesarnya."

Namun, UE bersikeras bahwa pendekatannya berhasil.

"Mengapa kita punya alasan untuk percaya bahwa sanksi itu efektif? Karena rezim Lukashenko mulai berperilaku seperti rezim gangster, karena itu menyakiti mereka dan mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi," Juru bicara Komisi Eropa Peter Stano mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa (09/11).

Brussels mengatakan bahwa Belarus berusaha mengacaukan Uni Eropa dengan membawa masuk migran dan mendorong mereka untuk melintasi perbatasannya - terutama Polandia dan Lituania - sebagai pembalasan atas sanksi UE.

UE memberikan sanksi yang lebih luas

Sekarang, tampaknya lebih banyak sanksi akan segera dijatuhkan. Von der Leyen menyerukan kepada negara-negara anggota UE untuk menyetujui perpanjangan sanksi, yang sekarang sedang dibahas berdasarkan prosedur internal blok tersebut.

Cakupan sanksi akan diperluas dengan memasukkan isu perdagangan manusia, menurut seorang diplomat UE yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan kepada DW. Langkah itu akan memperkuat kekuatan UE untuk menargetkan mereka yang memfasilitasi rute migrasi yang diklaim Belarus gunakan untuk mengantar orang menuju blok tersebut.

Paket sanksi baru juga dapat mencakup tindakan terhadap maskapai Belarus, Belavia, dan perusahaan yang menyewakan pesawat ke perusahaan tersebut, lanjut diplomat itu.

UE juga mempertimbangkan langkah-langkah baru terhadap maskapai penerbangan yang diyakini "aktif dalam perdagangan manusia" - dengan kata lain, terlibat dalam pengangkutan migran ke Belarus.

Menurut seorang diplomat Polandia, jumlah penerbangan ke Belarus setiap minggu telah meningkat lebih dari 50 kali penerbangan sejak dimulainya krisis perbatasan.

Komisi Eropa secara teratur memantau pola, frekuensi, dan jumlah penumpang penerbangan ke Minsk dari sejumlah negara, antara lain Iran, Suriah, Qatar, India, Afrika Selatan, dan Rusia, demikian konfirmasi juru bicara UE Peter Stano kepada DW.

Berkomunikasi dengan negara asal dan transit

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved