Selasa, 30 September 2025

Kisah WNI ABK Kapal Tiongkok Diungkap Media Asing, Pilih Terjun ke Laut karena Putus Asa

Menurut SCMP,  pria Indonesia itu Brando Tewuh (29) melompat dari kapal nelayan China bersama tiga rekan senegaranya pada bulan Agustus

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUN BATAM/ARGIANTO
POTRET saat petugas mengevakuasi jenazah WNI yang berada di dalam kapal berbendera China, Rabu (8/7/2020) lalu. 

Video tersebut menarik perhatian Indonesia Fishing Watch (DFW), sebuah LSM Indonesia.

Tapi belum ada hal luar biasa terjadi.

Pada tanggal 15 Agustus, Tewuh dan tiga rekannya memutuskan untuk melarikan diri dengan melompat dari perahu nelayan di malam hari.

Sebuah kapal tongkang penuh muatan kayu-kayu tebangan yang ditarik di sepanjang Sungai Mahakam melintas di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (4/11/2021). AFP/ADITYA AJI
Sebuah kapal tongkang penuh muatan kayu-kayu tebangan yang ditarik di sepanjang Sungai Mahakam melintas di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (4/11/2021). AFP/ADITYA AJI (AFP/ADITYA AJI)

"Kami tidak tahu di mana kami berada. Kami hanya tahu bahwa pantai itu masih jauh.

Rombongan mencoba untuk tetap dekat satu sama lain, tetapi menghadapi ombak besar dan terpisah," kata Tewuh.

ABK berusia 29 tahun dan temannya Aji Proyogo mencoba berpegangan tangan saat mengapung di laut, namun hanya sesaat sebelum sebuah kapal nelayan melintas.

Ironisnya, itu adalah perahu nelayan yang baru saja mereka tinggalkan.

"Kapal nelayan menemukan kami. Orang-orang di kapal melemparkan tali ke bawah untuk saya.

Ketika saya sampai di tali, tangan saya terlepas dari Aji," kata Tewuh.

"Ombak besar menghanyutkannya dan kami tidak pernah menemukan Aji," Tewuh berbagi.

Dua anggota kru lainnya kemudian ditemukan.

Meski upaya melarikan diri tidak berhasil, Tewuh dan 11 WNI lainnya dipulangkan oleh pemilik kapal pada 28 Agustus setelah mendapat tekanan dari DFW, Environmental Justice, pemerintah Indonesia dan Somalia.

Setidaknya 35 orang Indonesia yang bekerja di kapal penangkap ikan asing meninggal antara November 2019 dan Maret 2021, kata Moh Abdi Suhufan, koordinator internasional DFW.

Sekitar 82% dari 35 orang ini bekerja di kapal penangkap ikan Tiongkok.

"Mereka meninggal karena berbagai sebab, antara lain karena sakit, kekerasan, penyiksaan, pemukulan, pembunuhan atau bekerja dalam kondisi buruk, kekurangan makanan dan minuman," kata Abdi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved