Minggu, 5 Oktober 2025

35 Tahun Buron, Pelaku Pembunuhan Berantai dan Rudapaksa di Prancis Ternyata Pensiunan Polisi

Pelaku pembunuhan berantai dan rudapaksa di Prancis yang sudah menjadi buron selama 35 tahun, ditemukan tewas.

Metro
Francois Verove (59), pensiunan polisi yang ternyata pelaku pembunuhan berantai di Prancis. Ia melakukan kejatannya selama 1986-1994. 

TRIBUNNEWS.COM - Setelah 35 tahun buron, pelaku pembunuhan berantai yang dijuluki Le Grele, yang berarti pria bopeng, telah terungkap.

Menurut laporan di Prancis, pelaku pembunuhan berantai yang melakukan aksinya di sekitar Paris dalam kurun waktu 1986 hingga 1994 ternyata seorang pensiunan polisi, Francois Verove (59).

Dikutip dari Sky News, Verove ditemukan tewas karena bunuh diri di sebuah flat sewaan dekat Montpellier di selatan Prancis pada Rabu (29/9/2021).

Tepatnya di wilayah Grau-du-Roi, sebuah desa nelayan di Pantai Mediterania.

Di hari yang sama, Verove sebenarnya dijadwalkan untuk diinterogasi bersama 750 polisi militer lainnya.

Francois Verove (59), pensiunan perwira polisi yang ternyata pelaku pembunuhan berantai dan rudapaksa.
Francois Verove (59), pensiunan perwira polisi yang ternyata pelaku pembunuhan berantai dan rudapaksa. (Metro)

Baca juga: POPULER Internasional: Taliban Bunuh Mantan Pemimpim ISIS-K | Presiden Prancis Dilempari Telur

Baca juga: Walau Menjanjikan Prancis Hentikan Pengembangan Vaksin mRNA Covid-19, Kembangkan Vaksin Lain

Interogasi ini dilakukan setelah pihak berwenang mencurigai pelaku pembunuhan berantai bekerja di dinas keamanan.

Selama bertahun-tahun, para penyelidik percaya pelaku mungkin bagian dari gendarmerie -angkatan bersenjata yang bertanggung jawab atas keamanan internal- dan membuat profil DNA-nya.

Karena itu, dalam beberapa bulan terakhir, seorang hakim investigasi mulai menanyai sekitar 750 polisi militer yang bertugas di wilayah Paris selama kurun waktu 1986-1994.

Satu diantaranya adalah Verove, yang dikirimi surat panggilan pada 24 September.

Dalam surat panggilan itu, ia diminta menyerahkan sampel DNA miliknya lima hari kemudian.

Namun, Verove tak memenuhi permintaan tersebut dan menghilang dari rumahnya.

Sang istri sempat melaporkan hilangnya Verove pada 27 September sebelum ia ditemukan tewas.

Mengutip BBC, sebelum bunuh diri, Verove sempat menuliskan catatan berisi pengakuan atas kejahatannya yang keji.

Kendati isi catatan itu belum dikonfirmasi, tetapi laporan Prancis mengatakan Verove menyebut aksi kejahatannya adalah "impuls di masa lalu" alias dilakukan secara spontan.

Lebih lanjut, Verove mengatakan ia berhasil "mengendalikan diri" hingga akhirnya tak lagi melakukan kejahatan setelah 1997.

Sketsa wajah Francois Verove (59).
Sketsa wajah Francois Verove (59). (Metro)

Baca juga: Prancis Gandakan Dosis Vaksin Covid-19 untuk Negara-negara Miskin Menjadi 120 Juta

Baca juga: Biden dan Macron akan Bertemu Bulan Depan untuk Memperbaiki Hubungan AS dengan Prancis

Jaksa negara bagian mengonfirmasi DNA Verove yang diambil setelah kematiannya, sesuai dengan beberapa Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Ia dianggap bertanggung jawab atas kasus pembunuhan dan rudapaksa Cecile Bloch (11) pada Mei 1986.

Kala itu, Verove menculik Bloch saat si bocah meninggalkan apartemennya untuk pergi ke sekolah.

Gadis malang itu ditemukan tewas dalam kondisi setengah telanjang di ruang bawah tanah apartemen.

Badannya tertutup karpet tua.

Berawal dari kasus itu, Verove kemudian mendapat julukan sebagai pria bopeng.

Pasalnya, saat penyelidikan penghuni gedung mengaku melihat seorang pria berkulit bopeng menaiki lift.

"Ia (pelaku alias Verove) tampak percaya diri. Ia berbicara padaku dengan cara yang sangat berani dan sopan."

"Ia mengatakan sesuatu padaku, 'Semoga harimu menyenangkan'," terang Luc Richard, kakak tiri Bloch, kala itu, yang juga menjalani pemeriksaan dan mengaku melihat pria berkulit bopeng.

Tetapi, polisi tidak memiliki petunjuk hingga penyelidikan ditutup pada 1992.

Baca juga: Merasa Dikhianati, Prancis Tarik Duta Besar di AS dan Australia Buntut Kesepakatan soal Kapal Selam

Baca juga: China Geram dan Prancis Merasa Dikhianati dengan Aliansi Terbaru AS-Inggris-Australia

Namun, di tahun 1996, seorang hakim baru kembali membuka kasus itu dan memerintahkan analisis genetik dari bukti, yang memungkinkan untuk mendapatkan DNA tersangka.

Bukti DNA itu mengaitkan pelaku dengan kasus pembunuhan dan rudapaksa lainnya.

Dilansir ABC News, termasuk kasus pembunuhan Gilles Politi (38) dan aupair-nya, Irmgrad Mueller (21), pada 1987.

Selain itu, Verove juga pelaku dari pembunuhan, penculikan, dan rudapaksa gadis berusia 14 tahun (1987), 11 tahun (1994), dan wanita Jerman berumur 26 tahun.

Laporan lokal mengatakan Verove juga dalang di balik tewasnya Karine Leroy (19) di tahun 1994.

Leroy saat itu ditemukan tewas di tepi hutan setelah dilaporkan menghilang selama lebih dari sebulan.

Ia hilang dalam perjalanan menuju sekolah.

Baca juga: Prancis Merasa Ditikam Dari Belakang, Tuduh AS Gagalkan Kesepakatannya dengan Australia

Baca juga: Prancis Umumkan Pasukannya Berhasil Bunuh Pemimpin ISIS di Sahara

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved